"Itu bukan urusan kamu, bocah. Itu urusan orangtua. Sebaiknya kamu tidak ikut campur. Mungkin mereka sedang ada masalah." Jawab saya pada si bocah.
***
Urusan Orangtua dan Urusan Anak
For by the grace given to me I say to everyone among you not to think of himself more highly than he ought to think, but to think with sober judgment, each according to the measure of faith that God has assigned.
ESV, Roman 12 : 3
Setiap orang harus memikirkan hal-hal yang menjadi porsinya. Porsi orang tua dan porsi anak tentu berbeda.
Tidak salah anak dan orang tua akrab. Tetapi, orang tua tetap harus menyaring curhat ke anak sesuai umurnya. Curhat di luar kapasitas anak, sebaiknya dengan teman.
Sekalipun tidak mampu mempercayai teman, ada yang namanya diary. Juga ada Tuhan yang akan mendengarkan setiap keluhan hati.
Apa pengaruhnya jika anak memikirkan hal di luar kapasitasnya?
Anak tidak dapat hidup harmonis dengan orang lain. Dia akan menganggap dirinya selalu benar. Sombong dan sok tahu.
Imannya mudah goyah. Sebab banyak hal di dunia yang begitu rumit dan kompleks. Pikiran anak-anak belum sanggup menampungnya. Bahkan pada satu titik, dia akan kehilangan kepercayaan terhadap Tuhan.
Apa yang seharusnya anak-anak pikirkan?
Anak-anak harus berpikir sebagaimana anak-anak. Tentang kehidupan anak-anak. Kewajiban anak-anak. Semua hal yang berhubungan dengan umurnya.
Topik-topik apa yang anak tidak perlu tahu?
Urusan rumah tangga yang kompleks:
- gaji mama lebih besar dari papa,
- jabatan mama lebih tinggi dari papa,
- mama atau papa enggak memuaskan di ranjang,
- mama atau papa punya selingkuhan,
- mama atau papa mau cerai,
- dan sebagainya.