Mohon tunggu...
Lilia Gandjar
Lilia Gandjar Mohon Tunggu... Tutor - Penikmat aksara dan pencinta kata-kata.

Penyuka dunia tulis menulis.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Tuntutan Belajar Online: Guru Berkreasi Tanpa Batas

23 Juni 2020   20:25 Diperbarui: 23 Juni 2020   20:34 317
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustrasi | Shutterstock.com

Belajar online lebih mengedepankan teknologi daripada sosok guru. Tetapi, inilah tantangannya. Guru perlu terus belajar menguasai teknologi.

Tantangan terbesar mengajar online adalah penguasaan teknologi dan memaksimalkan produktivitas belajar. Selain itu, guru juga dituntut ahli mengatur belajar jarak jauh.

Walaupun teknologi yang jadi artis utama, dalam sistem belajar online, guru dituntut lebih aktif. Tugasnya lebih daripada tukang scan materi, tukang ubah ke format pdf, ataupun tukang publish.

Agar belajar online sukses, apa yang perlu guru lakukan?

  1. Gunakan aplikasi-aplikasi yang menarik.
  2. Pilih strategi yang menyenangkan untuk murid belajar.

Melebihi Trend Saat Ini

Ada banyak pilihan aplikasi. Tetapi, belum semua aplikasi menarik dan berkualitas. Apalagi menyenangkan untuk murid. Sehingga pemilihan aplikasi harus disesuaikan kelas penggunanya.

Belajar online itu harus asyik. Sebab saingan belajar online adalah game online atau drama Korea.

Kreasi belajar online yang akan sukses, tentu yang tingkat keseruannya setara atau melebihi game online.

Belajar online yang menarik, perlu menghadirkan mahluk-mahluk cantik atau ganteng melebihi artis sinetron Korea.

Bisa juga, belajar online yang memacu adrenalin. Sehingga murid tertantang untuk fokus dan terus belajar.

Apa Itu SAMR?

SAMR adalah model pembelajaran online. Dikembangkan oleh Ruben Puentedura di tahun 2010. Ini adalah konsep belajar online yang menarik.

Menurut Puentedura, ada 4 pilar belajar online, yaitu:

  1. Substitution - Menukar
  2. Augmentation - Menambahkan
  3. Modification - Merubah
  4. Redefinition - Memberi Makna Baru

Pada tahap subsitution dan augmentation terjadi proses peningkatan mutu belajar. Sedangkan tahap modification dan redefinition, akan tercipta suatu transformasi atau revolusi edukasi.

Tahap Substitution

Kegiatan belajar online menggantikan proses belajar mengajar tradisional. Guru bertugas mengubah bentuk material pengajaran. Yang awalnya dicetak di atas kertas, perlu diubah menjadi versi digital.

Konten materi tidak berubah. Yang berubah adalah bentuk materi belajar dan cara distribusi. Sehingga dapat dikatakan, tahap ini sebagai tahap digitalisasi.

Tahap digitalisasi atau paperless, mengurangi jumlah pemakaian kertas. Jika permintaan terhadap kertas berkurang, maka jumlah pohon yang ditebang berkurang. Sebab bahan baku kertas yang beredar di pasaran adalah dari pohon.

Tahap Augmentation

Dalam belajar online, guru dan murid harus sama-sama aktif. Di proses ini, murid yang dituntut berkreasi. Agar mereka membaca, mengingat, atau berlatih mandiri.

Untuk suksesnya augmentation, perlu ada tantangan. Murid diberi kesempatan mendemonstrasikan kemampuan dan pemahamannya. Dengan lingkup, topik yang sedang dipelajari.

Papan kreativitas di kelas virtual adalah media yang tepat. Murid bebas posting pertanyaan, tautan yang berhubungan dengan topik, gambar, rangkuman materi, atau bahkan video.

Tahap Modification

Pada tahap ini, belajar online mulai terstruktur dan sistematis. Seluruh kegiatan tradisional berubah menjadi digital. Aplikasi yang digunakan sudah teruji, atau bahkan sudah berbayar.

Terlahir suatu kelas online yang terpadu. Tata kelola kelas virtual rapi.

Kalender akademik sudah terencana. Statistik nilai murid tercantum. Komunikasi guru dan murid mengalir. Tugas dan PR dapat mudah diakses di papan kelas. Jadwal ujian sudah ditetapkan.

Baik guru dan murid sama-sama bergerak maju. Ada semangat mengembangkan kemampuan diri.

Anak-anak yang introvert dan biasa diam, mulai unjuk kemampuan. Mereka mulai menikmati kelas, teman-teman, dan guru. Keaktifan murid optimal.

Tahap Redefinition

Proses edukasi itu perlu berubah. Mengikuti perkembangan teknologi. Memenuhi permintaan dunia kerja.

Di kelas tradisional, perubahan itu akan setara dengan nilai rupiah. Ada harga untuk melakukan perubahan. Tetapi, dalam kelas online, perubahan itu mungkin terjadi.

Teknologi mampu memberikan pengalaman baru yang unik untuk suatu kelas. Contohnya, ketika belajar tentang Tata Surya. Guru dapat mengajukan pilihan apakah murid ingin belajar Tata Surya di NASA, Planetarium of Singapore, Planetarium of Hamburg, dan lainnya.

Field Trip all around the world. Itu mustahil. Tapi dengan belajar online, itu mungkin. Silahkan pilih tempat wisata yang ingin dikunjungi. Kemudian membuat laporannya.

Ingin menghadirkan aktor dan aktris Korea pujaan? Bisa! Ingin minta waktu berbincang-bincang dengan Presiden Amerika? Bisa! Semua mungkin dengan teknologi.

Inilah yang dimaksud dengan tahap redefinition. Baik guru dan murid bersama-sama menciptakan suatu edukasi yang baru. Edukasi yang hidup, bukan hanya teori.

Revolusi Edukasi

Kekurangan pendidikan di Indonesia, pada tingkat menengah (SMP) hingga atas (SMA) adalah menulis. Murid kurang terbiasa menulis.

Belajar online akan memaksa murid untuk aktif menulis. Belajar mengutarakan ide dan pikirannya dalam tulisan.

Guru dapat mendorong murid untuk memiliki blog pribadi. Mereka dapat mengutarakan ide-ide atau sekedar membuat jurnal. Membuat tulisan mereka terbuka untuk publik.

Menulis di blog dapat mengatasi jarak. Murid dapat menulis topik apapun di blognya. Mereka juga dapat memberi respon blog teman-teman sekelasnya. Sehingga tercipta suatu ikatan.

Setelah kegiatan itu berlangsung, guru dapat meningkatkan kapasitas belajar dan kapasitas murid. Misalnya, guru memilih satu topik yang diangkat murid. Kemudian memberikan tugas mengamati di lingkungannya.

Mungkin juga guru mengangkat topik yang lebih berat. Murid diwajibkan mewawancarai petugas desa hingga kecamatan atau petugas yang berwenang di sekitar tempat tinggalnya.

Kemudian mereka diminta membuat proposal untuk pemecahan masalah. Proposal tersebut dipublikasikan kepada publik. Lalu guru memilih proposal yang terbaik dan mengundang pakar di bidang tersebut untuk mengulas tulisan murid itu.

Sehingga, edukasi bukan kegiatan statis. Tetapi menjadi kegiatan dinamis. Guru dan murid bukan hanya berkutat terus di teori, tetapi aktif mencari solusi. Bahkan menawarkan solusi mereka kepada publik. (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun