Mohon tunggu...
Lilia Gandjar
Lilia Gandjar Mohon Tunggu... Tutor - Penikmat aksara dan pencinta kata-kata.

Penyuka dunia tulis menulis.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Gawai, Penting Enggak, Sih?

28 Mei 2020   05:00 Diperbarui: 2 Juni 2020   10:00 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernahkah Anda melihat seorang ibu yang sedang mempersiapkan bekal makan siang anaknya? Seperti itulah illustrasi parenting.

Makanan terbaiklah yang disiapkan seorang ibu untuk anak-anaknya. Bahkan banyak ibu yang memastikan kotak bekal penuh terisi. Juga tak jarang ibu-ibu yang menyiapkan bekal berlebih, agar anaknya dapat berbagi dengan kawan.

Makanan apakah yang Anda letakkan dalam kotak bekal anak?

Pentingnya Parenting

Orang tua memiliki tanggung jawab yang serius terhadap anak-anaknya.

Tanggung jawab parenting bukan sekedar memelihara jasmani anak. Tetapi menyediakan pendidikan yang bersifat holistik.

Mempersiapkan intelektual anak. Memupuk spiritualitas. Menanamkan nilai-nilai moral. Mengembangkan kemampuan fisik anak agar tetap sehat. Melatih sifat sosialnya. Menantang mental anak agar kuat. Juga memberikan pendidikan seksual.

Parenting adalah pendidikan paling berpengaruh untuk anak. Sebab materi parenting terus berlangsung hingga anak siap mandiri. Orang tua bebas bereksplorasi untuk mengembangkan seluruh potensi anaknya.

Apakah Teknologi Penting Untuk Anak?

Opini setiap orang tua pasti berbeda-beda. Prinsip dua sisi mata uang pasti berlaku untuk setiap barang. Satu sisi positif dan lainnya sisi negatif.

Teknologi memberikan akses pengetahuan yang tak terbatas. Juga dapat menjadi alat hiburan. Teknologi pun memudahkan komunikasi di saat darurat.

Sebagai kepala keluarga, saya banyak menghabiskan waktu dengan gadget. Untuk bekerja, berelasi, mencari peluang-peluang, mencari tambahan penghasilan, hingga menuangkan hobi.

Teknologi sangat membantu kehidupan saya. Sehingga saya tidak dapat melarang anak untuk akrab dengan teknologi. Selama dia tidak membuat gadget sebagai 'tuhan'.

Sejak batita, putri kecil sudah akrab dengan laptop. Bagi dia, laptop adalah tendem bernyanyi. Sekaligus pelatih bahasa Inggris.

Saya menggunakan laptop sebagai alat bantu mengajar dan alat peraga. Lewat video-video sederhana yang penuh warna, putri kecil belajar banyak hal. Huruf, angka, binatang, warna, buah-buahan, dan sayuran.

Di usia tiga tahun, putri kecil mulai mengenal film. Tentu saja saya memilihkan film-film berkualitas untuk dia tonton. Film kartun yang mengandung unsur edukasi, memberi wawasan baru, dan berbahasa Inggris.

Mendampingi anak saat menonton dan memberi penjelasan. Itu menjadi tugas tambahan yang menantang. Saya harus pintar-pintar meramu pesan moral menjadi bahan belajar yang pas.

Hingga usia putri kecil 5 tahun, gadget yang kami gunakan bersama adalah laptop. Aplikasi Kiddo Smart jadi teman belajar putri kecil. Membantunya belajar kesehatan, matematika, IPA, IPS, geografi, dan bahasa Inggris.

Saya coba melatih kesadaran dalam berteknologi. Memaksimalkan pekerjaan dengan teknologi tetapi tidak tergantung pada gawai. Kemudian saya ajarkan ini kepada putri kecil.

Anak dan Game

Dalam mengajar, saya sangat terbuka dengan game offline. Bahkan memasukkan game edukasi sebagai hiburan untuk putri kecil.

Puzzle melatih abstraksi. Putri kecil belajar menata keping demi keping puzzle hingga menjadi satu gambar utuh. Dimulai dari menata 35 keping, saat ini dia dapat menyelesaikan 140 keping dengan mudah.

Sudoku melatih berpikir logis. Awalnya, putri kecil belajar menyesuaikan warna di kotak 2x2. Saat ini, dia mampu menyesuaikan tempat dari masing-masing angka di kotak 3x3. Bahkan mampu mengerjakan kombinasi sudoku yang cukup rumit.

Game strategi My Little Pony: Friendship is Magic sangat menarik. Menyusun strategi, bersenang-senang, hingga nyanyi bersama. Itulah yang putri kecil lakukan dengan game favoritnya.

Sering saya meluangkan waktu untuk bermain bersama-sama. Menikmati kebersamaan, canda dan tawa, hingga kadang saling ngotot. Tapi satu hal yang pasti, saya semakin paham karakter dan caranya berpikir dengan bermain game bersama.

Anak dan Gawai

Umur 6 tahun, barulah putri kecil mulai mengenal smartphone. Itupun, satu gawai kami gunakan bersama-sama.

Setelah menyelesaikan belajar, barulah putri kecil mendapatkan reward. Diperbolehkan menonton film kartun di Youtube. Bahkan terkadang, dia harus menyelesaikan pekerjaan rumah ringan untuk dapat menonton. Misalnya menyapu, mengepel, menyiram tanaman, atau mencuci piring.

Awalnya, kebutuhan internet kami per bulan 10 GB. Lama-lama, meningkat drastis hingga 20 GB. 

Di masa PSBB, saya coba membatasi biaya internet dengan menggunakan paket Xtra Kuota. Tersedia kuota hiburan yang cukup untuk putri kecil selama 1 bulan. Juga kuota data berlimpah untuk saya di jam 1 hingga 6 pagi.

Anak dan gawai tidak dapat dipisahkan. Menyeimbangankan antara kegiatan online dan aktivitas offline. Siasat itu yang saya gunakan agar kehidupan kami tetap sehat. Tetap wajar dalam menggunakan gawai sehari-hari.

Gawai bukan monster yang dapat menghancurkan anak-anak. Namun perlu ada aturan yang jelas ketika anak menggunakan gawai. Apa yang boleh dan apa saja yang tidak boleh.

Dari banyak kasus anak dan gawai. Akar permasalahannya adalah keteladanan orang tua, aturan yang plin-plan, keterlibatan orangtua terhadap aktifitas anak dan pengawasan.

Sejauh ini, saya menemukan begitu banyak hal positif dari gawai. Betapa gawai mempermudah dan membantu kehidupan kami.

Jika ada yang bertanya, apakah gawai itu penting? Maka saya akan menjawab sangat penting. Jika ada pertanyaan, apakah gawai untuk anak penting? Penting dan jadilah orang tua yang bijak. (*)


Referensi:

Abelardo Villareal, Ph.D. April 2005. Parents As First Teachers. Creating an Enriched Home Learning Environment. IDRA

Ashley brooks. September 2018. Kids and Technology: Age-Appropriate Milestones to Aim for. Rasmussen College.

Elih Sudiapermana. Pendidikan Informal. Reposisi, Pengakuan dan Penghargaan.

Katherine Lee. 2019. Reason Why You Should Unplug Your Kids From Technology. Very Well Family.

Katherine Lee Joel Forman, MD. 2019. The Concerns About Kids and Screen Time. Very Well Family.

Melanie Pinola. 2017. Smarter Living Guide. How to Limit Kids' Tech Use. New York Times.

_____. September 2019. Anak Keseringan Main HP, Bagaimana Dampaknya? Editor: Wisnubrata. Kompas.com.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun