Kasih memungkinkan seseorang bertahan dalam keadaan paling sulit.
***
PSBB membuat gerak kita terbatas dan banyak waktu luang. Intensitas pertemuan yang tinggi dengan anggota keluarga, membuka celah friksi. Terlebih untuk keluarga tidak harmonis. Sehingga #DiRumahAja untuk sebagian orang adalah masalah serius.
Saya beryukur keluarga kecil kami harmonis. Walapun sangat sederhana, kami berdua akrab dan saling mengasihi. Inilah berkat Tuhan yang tak pernah habis saya syukuri.
Belajar melihat musibah dari bermacam-macam sudut pandang. Itu yang saya praktekkan selama masa PSBB. Sehingga saya belajar untuk hidup dalam damai dengan semua orang. Walaupun ada orang-orang yang sengaja membuat masalah, saya berusaha tetap tenang.
Munculnya istilah 'generasi rebahan', membuat saya waspada. Sebagai teladan di rumah, saya berusaha mendisiplinkan diri terlebih dulu. Lalu menegur putri yang kadang hidupnya tidak tertib.
Sabar terhadap semua orang adalah hal penting di saat ini. Sebab semua orang sedang menghadapi masa-masa sulit. Seringkali kita tidak sadar telah melukai, menyengsarakan, bahkan menjadi penderitaan bagi orang lain. Begitupun orang lain terhadap kita.
Sabar membantu saya untuk tidak fokus pada penderitaan diri sendiri. Meskipun bertubi-tubi penyiksaan bahkan hingga percobaan pembunuhan dialami, saya berusaha tenang dan sabar. Bahkan ketika penyiksa menganggap dirinya sebagai superhero, saya anggap itu candaan Tuhan.
Tidak membalas kejahatan, bahkan lebih fokus pada pengembangan diri. Saya mengalihkan kemarahan dengan melakukan hal-hal positif. Menulis di Kompasiana. Belajar membuat blog yang menarik. Belajar menulis hingga ikut lomba blog.
Saya juga belajar untuk senantiasa bersukacita meskipun dalam kesesakan. Tetap berdoa dan menaruh harapan pada Tuhan. Mengucap syukur untuk semua hal yang telah terjadi. Sebab semua yang telah terjadi tidak akan pernah dapat diubah. Tuhan mengijinkan itu terjadi karena Dia berdaulat penuh atas diri saya.