Mohon tunggu...
lila podungge
lila podungge Mohon Tunggu... -

I love blogging and writing for blogs of course. So far, I got two blogs, in multiply and blogspot. Wish to join here

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Radio Masa Kini

2 November 2010   04:54 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:54 224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sudah sekitar tiga minggu ini saya memulai kembali kesibukan radio yang sudah empat tahun saya tinggalkan. Rasa haru menyeruak ketika angan2 yang selama ini hanya angan2 saja menjadi nyata. Selang waktu 4 tahun itu juga membawa boanyak sekali perubahan. Tidak hanya dalam dunia radio yang semakin ganas saja bersaing dengan televisi, tetapi juga pada teknologi siaran. Saya bersyukur sedikit melek teknologi sehingga saya bisa kembali ke dunia dimana saya menemukan dunia narsis tanpa harus terlihat mencolok.

Teknologi saat ini memudahkan keinginan kembali ke dunia radio. Yang dibutuhkan hanyalah seperangkat PC atau laptop. Speaker, and microphone. Penyewaan server sudah bisa ditemukan dimana-mana (saya bersyukur, seorang teman berbaik hati menyewa server, dan membiarkan saya sedikit ‘semena-mena’ dengan server tersebut. LOL) Nah, setelah beberapa kali saya kembali ke dunia siaran ii, saya jadi pengen menuliskan apa saja yang membedakan antara siaran local dan interlocal (istilah ngawur untuk lintas local hahahaha). Baiklah, saya mulai tulis:

Pluses:

1.Tidak diperlukan waktu ekstra untuk melakukan perjalanan ke studio, karena tempat siaran ada di rumah, to be precise, di kamar sendiri. Selesai siaran di tengah malam, tinggal langsung memadamkan laptop dan lampu kamar, dan tiduurrr…

2.Karena berada di rumah, terutama dalam kamar sendiri, maka saya bisa berdaster-ria ketika bertugas. Alas untuk duduk pun cukup kasur lipat yang setiap waktu badan capek, bisa langsung merebahkan badan.

3.Karena acara yang dibawakan adalah selera sendiri, maka saya bisa memunculkan lagu2 ajaib koleksi saya, selain pamer koleksi, sekaligus ‘mendidik’ kuping audience yang sudah dipastikan seleranya dari itu ke itu.

4.Era social networking seperti saat ini memungkinkan promosi yang sedikit berlebihan agar semakin banyak kalangan bisa mendengar radio streaming. Dan itu gratiiisss (ngitung biaya internet aja).

5.Bahan siaran tersebar di seluruh situs internet. Mau nyari informasi seorang penyanyi, tinggal search. Mau tips2, tinggal klik. Tak diperlukan lagi script writer seperti di radio saya terdahulu. Kertas bisa sangat ditekan dalam penggunaan disini.

6.Meski sedikit konyol, tidak menutup kemungkinan library lagu pribadi cukup terbatas, terbatas dari selera pendengar, maksud saya hahaha… Karena keterbatasan itulah, maka tiap ada request, dan saya tidak memilikinya, maka beberapa situs gratis penyedia unduhan lagu menjadi library utama. How sophisticated!!!

Minuses:

1.Buat saya, yang berkaca mata minus cukup tebal, terus terang saya mempunyaai masalah dengan layar laptop (meski bisa di-adjust, tapi tetap saja sedikit mengganggu). Belum lagi, segala request dilayani lewat social network juga ruang chat. Maka tendensi memelototi layar laptop menjadi smakin tinggi. Berbeda sekali dengan jaman siaran local dulu. Request datang dari telepon atau sms.

2.Karena diri sendiri yang mengatur jadwal, maka terkadang muncul ‘excuse’ pada diri sendiri untuk mencari alasan untuk ‘mangkir’ dari jam siaran yang sebenarnya sudah disepakati. Untungnya, saya bukan salah satu orang yang mangkir ini (kali aja karena masih hangat2nya ber-reuni dengan kerjaan lama ya? Hahahaha… semoga ngga deh mangkirnya)

3.Karena kabin siar adalah kamar sendiri, maka segala proteksi semacam kedap suara tidak mungkin terpasang. Akibatnya, segala suara ‘alam’ sering munculsebagai backsound alami. Mulai dari suara hujan beserta gunturnya, pesawat terbang melintas (kompleks rumah saya berada cukup dekat dengan airport), hingga suara penjual sate lewat di malam hari.

Well, sementara masih itu saja yang bisa masuk list pluses and minuses berdasar pengalaman yang masih cetek. Seiring dengan waktu, mungkin saja list keduanya bisa lebih memanjang lengkap dengan solusinya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun