Mohon tunggu...
Nur Kholillah
Nur Kholillah Mohon Tunggu... Lainnya - Writer

Jika memang harus, patah dan hancurlah! lalu hiduplah kembali dan mencoba lagi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Hati-Hati, Kecanduan Gadget Dapat Mengganggu Proses Perkembangan dan Kesehatan Anak, Inilah Beberapa Kasusnya

2 Desember 2024   14:23 Diperbarui: 2 Desember 2024   14:27 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gadget adalah perangkat elektronik yang memiliki fungsi berbeda-beda, untuk mempermudah kehidupan manusia. Seperti ponsel, televisi, laptop, dan sebagainya. Kemunculan televisi sejak tahun 1927 di San Francisco. Lalu ponsel menyusul pada tahun 1973 yang saat itu masih menggunakan Motorola DynaTAC.

Seiring perkembangan zaman, peradaban gadget pun berkembang semakin canggih dan sangat membantu kehidupan manusia. Mulai dari belajar jarak jauh hingga berperan sebagai pengasuh anak. Namun akhir-akhir ini, bantuan tersebut membuat dampak yang sangat besar, yaitu membuat kecanduan penggunanya hingga mengganggu proses perkembangan dan kesehatan anak.

Beberapa kasus dampak kecanduan gadget

  • Seorang anak berusia 5-6 tahun yang mengalami kesulitan berbicara akibat menonton televisi dalam sehari dan jarang diajak berinteraksi. Ia sulit mengeluarkan kata-kata dan memerlukan waktu untuk berbicara.
  • Seorang anak sekolah dasar berusia 9-10 tahun mengalami tantrum saat tidak diberikan ponsel. Ia akan berteriak marah lalu merajuk hingga tidak mau melakukan aktifitas apa pun.
  • Seorang anak berusia 2,5 tahun yang tidak fokus dalam belajar. Untuk usia sedini itu memang wajar jika anak ingin belajar sambil bermain. Tetapi permintaannya hanya fokus pada gadget. Dalam beberapa menit ia akan meminta ponsel kepada ibunya.
  • Seorang anak berusia 8-9 tahun yang selalu melihat ponsel dalam jarak 5 sentimeter. Hingga saat melihat benda yang jauh, matanya akan menyipit. Tetapi saat tidak diberikan ponsel dalam waktu beberapa bulan, penglihatannya kembali normal.

Bagaimana hal tersebut bisa terjadi? Pola asuh orang tua adalah faktor penting dalam kasus ini.

  • Karena sibuk memasak dan anak selalu menangis, sang ibu akan memberikan ponsel kepada anaknya agar tidak mengganggu aktifitasnya dalam melakukan pekerjaan rumah tangga.
  • Ayah yang sibuk dengan ponsel nya sepulang kerja dan tidak ada keinginan untuk mengajak anaknya bermain atau berbincang, sehingga anak diberikan ponsel agar tidak mengganggu waktu istirahatnya.
  • Sistem belajar daring yang menjadikan anak-anak diberikan ponsel tanpa pengawasan orang tua karena berpikir anak sedang belajar, padahal tidak.

Di masa ini, sangat sulit untuk tidak memberikan gadget kepada anak karena kebutuhan belajar dan sebagainya. Lalu bagaimana cara mengantisipasi agar kasus yang dipaparkan tidak terjadi?

  • Berikan durasi dalam bermain gadget. Seperti 5-10 menit. Jangan biarkan anak bermain gadget hingga satu jam walaupun sudah dijadwalkan hanya seminggu sekali
  • Mengawasi apakah anak sudah melihat tontonan yang sesuai dengan usianya.
  • Perhatikan karakter anak. Apakah termasuk anak yang mudah kecanduan dengan gadget atau tidak.

Kesimpulannya, gadget tidak akan memberi dampak negatif selama digunakan dengan baik. Caranya adalah mengedukasi para orang tua dalam ketertiban memberikan gadget kepada anak, dan memaksimalkan quality time serta aktifitas secara langsung dengan anak. Tujuannya untuk meningkatkan motorik dan kognitif si anak. Jika semua upaya sudah dikerahkan, maka dianjurkan konsultasi ke dokter untuk menilai status perkembangan dan kesehatan anak, serta upaya lebih lanjut untuk mencegah perburukan sikap dan perilakunya.

Dimoderasi oleh Dr. Nur Hikmatin, S.Ked

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun