Zionis berkontribusi besar dalam kemenangan Inggris pada perang dunia 1. Chain Weizmann, - seorang ahli kimia Zionis berkebangsaan Inggris - menemukan cara memproduksi kordit sintetis sebagai bahan peledak untuk perang. Lalu menyerahkannya kepada pemerintah Inggris. Selain itu, mereka juga membantu Inggris dalam melemahkan kekuatan Turki Utsmani melalui Freemasonry yang berhasil melengserkan Sultan Abdul Hamid II.
Ketika itu, sebagian wilayah Arab dibagi antara Inggris dan Prancis. Berdasarkan kesepakatan, Palestina berada di bawah kekuasaan pemerintah Inggris. Tahun 1917 M, Chain Weizmann mendekati pemerintah inggris dan memohon agar Palestina dijadikan sebagai rumah nasional Yahudi yang terproteksi.
Menurut buku 'Tragedi-Tragedi Besar Dalam Islam' karangan DR. Fathi Zaghrut, tanggal 2 November 1917 M Lord Arthur Balfour - menteri luar negeri Inggris - menyampaikan kebijakan di depan publik bahwa Palestina ditetapkan menjadi Pemerintahan Nasional Yahudi. Hal ini pun segera dilaksanakan dengan dukungan negara-negara besar kala itu. Imigran-imigran Yahudi terus berdatangan ke Palestina dibawah lindungan pemerintah Inggris, dan ini menjadi awal penderitaan bangsa Palestina yang sesungguhnya.
Bangsa Yahudi mulai menempati Baitul Maqdis, membangun berbagai apartemen, yayasan, organisasi, berbagai jaringan terorisme, dan mengagendakan pembangunan Universitas Ibrani. Inggris menyempurnakan agenda politik itu dengan memberi tugas utama kepada Sir Samuel - seorang Yahudi yang diangkat menjadi delegasi Inggris - untuk menghancurkan pemerintahan dan negara Palestina. Ia menghancurkan lembaga-lembaga resmi negara, divisi keuangan, divisi keamanan, dan lainnya.
Akhirnya, bangsa Palestina melakukan revolusi-revolusi di Baitul Maqdis untuk menolak imigrasi kaum Yahudi. Menyerang kelompok-kelompok Masyarakat Yahudi dan warga mereka. Hingga pada tahun 1929 M, total korban luka-luka dan terbunuh dari orang Yahudi mencapai 472 korban, dan dari Palestina mencapai 338 korban.
Ironisnya, pemerintahan Inggris menghentikan revolusi itu tanpa memberi bantuan apa pun.
Tahun 1931 M, bangsa Arab Baitul Maqdis mengadakan konverensi islam yang dihadiri lebih dari 22 delegasi. Para ulama terkemuka dan cendekiawan memberikan resolusi. Diantaranya memboikot semua produk Zionis, demontrasi penghentian imigrasi Yahudi ke Palestina, dan mendirikan Universitas Islam di Baitul Maqdis untuk menandingi Universitas Ibrani. Lalu dikirim sebuah delegasi dari Palestina untuk mengumpulkan donasi bagi pejuang bangsa dengan berkunjung ke berbagai negara Islam.
Tetapi, lagi-lagi Inggris yang menjajah sebagian besar negara Islam menghentikannya.
Tahun 1936 M, meletuslah revolusi besar. Bangsa Palestina berjuang mengangkat senjata melawan kaum Yahudi selama tiga tahun karena pemerintah inggris tidak dapat menghentikan revolusi tersebut. Saat perang berakhir tahun 1939 M, pemerintah Inggris melawan semua para pejuang atau siapa pun yang mengangkat senjata, menghancurkan rumah-rumah penduduk, dan menjatuhkan hukuman mati kepada lebih dari 148 muslim di penjara Akka.
Lalu kaum Yahudi menghancurkan hotel-hotel Arab, masjid-masjid, pasar-pasar, meledakkan mobil-mobil, membubarkan kerumunan massa, dan lainnya. Hingga ratusan warga Palestina mati karena dipaksa mengosongkan Baitul Maqdis. Dan itu terus berlanjut bukan hanya hingga tahun 1048 M, tetapi hingga sekarang.
Mengapa?
Karena mereka berencana memindahkan semua orang Yahudi dari semua negara atau dari mana saja untuk imigrasi ke Baitul Maqdis. Karena itu, mereka membutuhkan perluasan kota.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H