Mohon tunggu...
Nur Kholillah
Nur Kholillah Mohon Tunggu... Lainnya - survivor

Jika memang harus, patah dan hancurlah! lalu hiduplah kembali dan mencoba lagi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Strategi Zionis dalam Menguasai Palestina

15 Oktober 2024   09:32 Diperbarui: 15 Oktober 2024   09:55 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ketika Theodore Herzl mengusungkan ide untuk mendirikan negara Yahudi, Palestina berada di bawah kekuasaan Turki Utsmani yang saat itu dipimpin oleh Sultan Abdul Hamid II. Pada bulan Juli 1896 M, Theodore Herzl melakukan kunjungan ke Istanbul untuk mengajukan proposal pembangunan negara Yahudi di Palestina kepada Sultan Abdul Hamid II dan beliau dengan tegas menolak proposal tersebut.

Dalam buku Tragedi-Tragedi Besar Dalam Sejarah Islam karangan DR. Fathi Zaghrut menyebutkan bahwa Theodore Herzl menyodorkan lima puluh juta poundsterling kepada Sultan Abdul Hamid II untuk membantu krisis ekonomi akut pemerintahan Utsmani kala itu. Tetapi beliau menolak seraya berkata, " Aku tidak dapat melepaskan sejengkal pun tanah Palestina. Sebab tanah tersebut bukanlah milikku, melainkan milik bangsaku. Rakyatku telah berjuang mempertahankan tanah ini dan menebusnya dengan darah mereka."

Akhirnya, Theodore Herzl mengorganisasi Gerakan Zionis Internasional dan mengadakan Konferensi Zionis Internasional pertama di kota Basel, Swiss pada tanggal 29 Agustus 1897 M yang dihadiri 204 delegasi. Isi kongresnya tentang Langkah-langkah untuk merealisasikan tujuan Zionis untuk menjadikan Palestina sebagai negara Yahudi. Anehnya, golongan Yahudi kaya dan golongan asimilasionis menolak ide-ide zionismenya. Justru yang berduyun-duyun mengikutinya adalah kaum Yahudi miskin, bodoh, ortodoks, dan tertindas.

Mengapa?

Karena ia memberikan pandangan kepada imajinasi mereka bahwa salah satu yang bisa didapatkan dengan berdirinya negara Yahudi adalah status. Artinya, mereka tidak akan tertindas. Dan suara-suara mereka akan terdengar di majelis-majelis dunia.

Langkah pertama, ia mulai menempatkan kaum petani Yahudi yang memiliki keterampilan dan profesi untuk mengembangkan tanah yang mereka tinggali di palestina secara sistematis. Lalu mengirim sepuluh imigran Yahudi dari beberapa negara ke Palestina. Sedikit demi sedikit hingga jumlah imigran Yahudi tahun 1914 M mencapai 35-40 ribu jiwa. Dan antara tahun 1918-1936 M, sekitar 150 ribu imigran Yahudi menetap di Palestina.

Kaum Zionis membeli tanah di Palestina dalam skala besar. Walaupun harga yang diminta tuan-tuan tanah sangat fantastis, mereka tetap membelinya. Lalu mereka mempercepat transformasi dari bumi tandus menjadi subur. Kampung-kampung bertebaran di atas gurun pasir dan berkembang cepat menjadi kota-kota. Beberapa desa, pabrik, sekolah, dan gerumbul pohon jeruk bertebaran di atas tanah yang dulunya gersang dari Haifa sampai Ascalon.

Pada tahun 1948 M, Ketika mereka mendeklarasikan Negara Israel, bangsa Yahudi telah membayar  jutaan dollar untuk 250 ribu akta tanah gurun yang ditempati 83 ribu orang Yahudi. Mendirikan 233 desa. Dan menanam 5 juta pohon di atas tanah yang lima puluh tahun silam masih tandus. Begitulah migrasi kaum Yahudi ke Palestina, sistematis dan terencana secara matang.

Lantas bagaimana perang antara Israel dan Palestina bisa berkecamuk?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun