Mohon tunggu...
Lila Delila
Lila Delila Mohon Tunggu... Wiraswasta - Bumi Biru

Ketika senja menjadi suatu waktu yang kutunggu...

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Jangan Memperturutkan Emosi pada Kompetitor, Tetapi Justru pada Kostumer

17 September 2018   20:13 Diperbarui: 17 September 2018   20:51 612
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seorang pelaku bisnis yang menghadapi pasar persaingan sempurna tentu mengalami banyak hal - baik yang bersifat positif, maupun negatif.

Faktor yang positif, misalnya:

  • Harga sudah ditetapkan pasar
  • Pelaku lain menerapkan harga yang seragam tersebut
  • Tidak perlu susah-susah menghitung harga produk yang akan dijual

Kondisi Ini berlaku termasuk pada komunitas tukang sayur di pasar. Atau kios penjual daging. Kios mereka umumnya terletak saling berjejeran, saling bersebelahan, dan harga sama saja semuanya, apakah seseorang membeli dari penjual A, ataupun dari penjual B (yang duduk tepat di sebelah A).

Atau juga pada pedagang makanan gultik (gulai tikungan) yang berjajar di kawasan Blok M, Jakarta Selatan. 

Contoh lain adalah para pedagang kerak telor di acara akbar tahunan Jakarta Fair, di Kemayoran.

Sedangkan sisi negatipnya yakni:

Tak terpungkirinya bahwa kita ingin 'lebih' dari yang lainnya, maka timbullah rasa berkompetisi. Penjual di sebelah kita, otomatis akan kita anggap sebagai kompetitor kita.

Gerak-geriknya akan semakin kita perhatikan, agar kita tidak ketinggalan langkah bisnis darinya.

Sebenarnya ini hanya akan menjadi perangkap sikap yang kurang tepat. Di masa depan ini dapat menjadi boomerang.

Nah, dalam kondisi demikian hendaknya jangan mudah terkecoh.

Justru sebaliknya kita harus 'memutar kepala', berbalik 'memandang' pihak yang lebih penting dari sekadar sang competitor : yakni customer kita. Ya, kita harus mencari tahu dan mendalami preferensi atau selera dari konsumen kita. Ikutkan hati penjual untuk menyelami hati pembeli.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun