Mohon tunggu...
Lila Anggreyani
Lila Anggreyani Mohon Tunggu... Lainnya - mahasiswa

Nama : Lila Anggreyani Nim : 46123110010 Fakultas : Psikologi mercubuana Warung Buncit Mata kuliah : Kewirausahaan 1 Dosen : Prof. Dr. Apollo, AK. M. Si

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Diskursus Pendanaan UMKM Pendekatan Pecking Order Theory Myers Majluf

15 Juni 2024   21:13 Diperbarui: 15 Juni 2024   21:41 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendataan UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) dengan pendekatan Pecking Order Theory (POT) yang dikembangkan oleh Myers dan Majluf (1984) adalah suatu cara untuk memahami bagaimana UMKM mengatur struktur modal dan sumber pendanaan mereka. Pecking Order Theory berpendapat bahwa perusahaan memiliki urutan preferensi tertentu dalam pemilihan sumber pendanaan, yang didasarkan pada biaya-biaya informasi dan masalah asimetri informasi. 

Teori pecking order Myers-Majluf adalah teori yang menjelaskan preferensi perusahaan dalam pembiayaan, di mana perusahaan cenderung menggunakan internal funding terlebih dahulu sebelum memilih utang, dan baru terakhir kali melakukan penjualan saham baru jika memang diperlukan.

Penerapan teori ini pada pendataan UMKM dapat terkait dengan cara UMKM memilih sumber pembiayaan mereka. Umumnya, UMKM cenderung mengandalkan dana internal seperti tabungan pribadi, pinjaman dari keluarga atau teman, atau keuntungan yang dihasilkan sendiri sebelum mempertimbangkan utang bank atau penerbitan saham. Ini karena mereka seringkali sulit memenuhi persyaratan untuk mendapatkan utang dari lembaga keuangan formal atau memilih untuk menghindari risiko yang terkait dengan utang.

Dalam konteks pendataan UMKM, teori ini bisa menunjukkan bahwa UMKM akan lebih memilih pembiayaan internal atau utang kecil sebelum memutuskan untuk mendaftar dalam program pendataan yang mungkin memerlukan biaya tambahan atau memiliki persyaratan yang sulit dipenuhi.

Prinsip Dasar Pecking Order Theory

Pecking Order Theory berasumsi bahwa perusahaan memiliki urutan preferensi tertentu dalam pemilihan sumber pendanaan, yang terutama didasarkan pada biaya-biaya informasi dan masalah asimetri informasi. Urutan preferensi tersebut adalah sebagai berikut:

1. Pendanaan Internal (Internal Financing):

  • Laba Ditahan (Retained Earnings): Perusahaan lebih suka menggunakan laba yang dihasilkan dari operasi mereka sendiri untuk mendanai investasi baru. Hal ini karena pendanaan internal tidak menimbulkan biaya transaksi dan tidak menimbulkan masalah informasi asimetri, di mana manajer perusahaan memiliki informasi lebih banyak daripada investor luar.
  • Pengurangan Pembayaran Dividen: Jika laba ditahan tidak cukup, perusahaan dapat mengurangi pembayaran dividen kepada pemegang saham dan menggunakan dana tersebut untuk investasi.
  • Perusahaan lebih memilih untuk menggunakan laba ditahan dan arus kas operasional terlebih dahulu karena tidak memerlukan pengungkapan informasi kepada pihak luar dan menghindari biaya transaksi.

2. Pendanaan Eksternal (External Financing):

  • Utang (Debt): Jika pendanaan internal tidak mencukupi, perusahaan lebih memilih untuk menerbitkan utang terlebih dahulu. Utang memiliki biaya transaksi yang lebih rendah dibandingkan dengan ekuitas dan informasi asimetri yang lebih rendah karena kreditur biasanya memiliki akses lebih baik ke informasi keuangan perusahaan.
  • Utang Bank: Pinjaman dari bank biasanya lebih mudah diakses dan lebih cepat dibandingkan dengan menerbitkan obligasi.
  • Obligasi: Jika pinjaman bank tidak mencukupi, perusahaan dapat menerbitkan obligasi kepada publik.

3. Pendanaan Ekuitas (Equity Financing):

Pilihan terakhir bagi UMKM adalah menerbitkan saham baru. Penerbitan saham melibatkan biaya informasi yang tinggi dan dapat mengindikasikan kepada pasar bahwa manajemen menganggap saham perusahaan mungkin dinilai terlalu tinggi, yang bisa menyebabkan penurunan harga saham.

Aplikasi Pecking Order Theory pada Pendataan UMKM 

1. Pengumpulan Data Keuangan:

  • Dana Internal: Data mengenai laba ditahan, arus kas operasi, dan saldo kas.
  • Hutang: Informasi tentang pinjaman yang ada, termasuk suku bunga, jangka waktu, dan syarat pembayaran.
  • Ekuitas: Data tentang jumlah saham yang diterbitkan dan dijual, serta rincian penerbitan saham baru.

2. Analisis Struktur Modal:

  • Memahami urutan pendanaan yang diikuti oleh UMKM, apakah sesuai dengan prinsip-prinsip POT.
  • Mengidentifikasi proporsi antara penggunaan dana internal, hutang, dan ekuitas dalam struktur modal UMKM. 

3. Evaluasi Kinerja Keuangan: 

  • Menilai dampak dari struktur pendanaan terhadap profitabilitas, likuiditas, dan solvabilitas UMKM.
  • Menganalisis bagaimana pilihan pendanaan mempengaruhi daya tahan dan pertumbuhan UMKM.

4.  Studi Kasus dan Praktik terbaik:

  • Melakukan studi kasus pada UMKM yang sukses untuk memahami bagaimana mereka mengelola struktur modal dan urutan pendanaannya.
  • Mengidentifikasi praktik terbaik yang dapat diadopsi oleh UMKM lainnya dalam membuat keputusan pendanaan.

Myers-Majluf (1984) menyediakan model yang lebih rinci untuk memahami bagaimana perusahaan memilih antara penerbitan utang dan ekuitas. Hirarki pendanaan menurut model ini:

1. Internal Funds: Perusahaan akan menggunakan dana internal terlebih dahulu.

2. Debt: Utang akan dikeluarkan jika perusahaan tidak memiliki cukup dana internal.

3. Equity: Jika perusahaan memerlukan lebih banyak dana setelah menggunakan dana internal dan utang, mereka akan mengeluarkan saham.

4. Signal Theory: Dalam konteks Myers-Majluf, keputusan untuk mengeluarkan saham bisa menjadi sinyal kepada investor tentang prospek perusahaan. Jadi, dalam beberapa kasus, perusahaan mungkin lebih memilih untuk mengeluarkan saham daripada utang untuk mengirim sinyal positif.

Asumsi yang mendasari teori pendataan pecking order theory myers majluf meliputi:

1. Urutan preferensi pendanaan: Perusahaan cenderung memilih pendanaan internal (seperti laba ditahan) sebelum mencari pendanaan eksternal (utang dan saham baru).

2. Biaya informasi: Asumsi dari teori Myers-Majluf adalah bahwa manajemen memiliki informasi yang lebih baik tentang nilai perusahaan daripada investor. Hal ini dapat mengarah pada ketidaksempurnaan informasi yang menyebabkan biaya transaksi dan biaya asimetri informasi.

3. Biaya asimetri informasi: Investor memperoleh informasi tentang perusahaan dari publikasi dan laporan keuangan, sementara manajemen memiliki akses langsung ke informasi internal yang lebih detail. Biaya asimetri informasi dapat mempengaruhi keputusan perusahaan dalam memilih antara pendanaan internal dan eksternal.

4. Sinyal dari pembiayaan eksternal: Pilihan perusahaan untuk mendapatkan pendanaan eksternal (utang atau saham baru) dapat memberikan sinyal kepada pasar tentang keyakinan manajemen terhadap prospek masa depan perusahaan.

5. Biaya keuangan: Penggunaan pendanaan eksternal dapat memunculkan biaya tambahan dalam bentuk bunga (utang) atau dividen dan kehilangan kontrol (saham).

Tantangan dalam Pendataan

1. Ketersediaan dan Akurasi Data: Banyak UMKM mungkin tidak memiliki catatan keuangan yang lengkap dan akurat, sehingga menyulitkan analisis.

2. Asimetri Informasi: Perbedaan informasi antara pemilik/pengelola UMKM dan pemberi dana eksternal dapat menghambat akses ke pendanaan optimal.

3. Kapasitas Manajemen: Kemampuan manajemen UMKM untuk memahami dan menerapkan konsep keuangan yang kompleks seperti POT dapat menjadi terbatas.

Kesimpulan 

Teori Pecking Order memberikan kerangka kerja yang kuat untuk memahami bagaimana perusahaan menentukan struktur modal mereka dalam menghadapi asimetri informasi dan biaya informasi. Urutan preferensi ini mencerminkan upaya perusahaan untuk meminimalkan biaya dan risiko yang terkait dengan pengumpulan dana eksternal. Penerapan teori ini membantu manajemen dalam membuat keputusan pendanaan yang lebih efisien dan strategis, yang pada akhirnya berkontribusi terhadap stabilitas dan kinerja jangka panjang perusahaan.

Pendekatan Pecking Order Theory memberikan kerangka kerja yang bermanfaat untuk memahami dan menganalisis keputusan pendanaan UMKM. Dengan menerapkan teori ini, dapat diidentifikasi pola-pola pendanaan yang umum digunakan dan dianalisis bagaimana pilihan-pilihan tersebut mempengaruhi kinerja dan keberlanjutan UMKM. Pendataan yang komprehensif dan akurat sangat penting untuk memungkinkan analisis yang tepat dan pengambilan keputusan yang informatif.

Citasi

YUME : Journal of ManagementISSN : 2614-851X (Online)Teori Pecking Order: Pilih Utang atau Ekuitas?Yasmi1, Dian Novita2, Asri Usman3

Yunita, A et al. (2023). PERAN ACCESS TO FINANCE DALAM MEMEDIASI FINANCIAL LITERACY DAN SUSTAINABILITY PADA UMKM DI KOTA MATARAM. Jurnal Aplikasi Akuntansi Vol. 8, No. 1. Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Mataram, Indonesia

Harjito, A. (2011). TEORI PECKING ORDER DAN TRADE-OFF DALAM ANALISIS STRUKTUR MODAL DI BURSA EFEK INDONESIA. Jurnal Siasat Bisnis Vol. 15 No. 2. Prodi Manajemen Universitas Islam Indonesia Yogyakarta

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun