Mohon tunggu...
kakaponge
kakaponge Mohon Tunggu... Lainnya - Istri

memotret fakta tuk di kenang lewat tinta pena kompasiana, berharap memberi kebermanfaatan buat sesama dan mencari rekan asik tuk berdiskusi bersama. salam perjuangan!!!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Gertakan Sayang

4 Juli 2018   15:37 Diperbarui: 8 Juli 2018   09:35 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Seberapa jauh kita pergi, tempat yang paling nyaman untuk kita kembali tetaplah rumah

Bukan rumah tapi keluargalah yang sebenarnya membuat hangat bangunan itu. Kupikir aku adalah seseorang yang paling jauh dan tidak mengenal keluargaku, tapi ternyata aku salah besar. 

Ketika satu kata aku lontarkan ada beribu jawaban yang saling bertautan dan mampu buatku lunak tak berdaya tuk meneruskannya. Bagaimana tidak dari kecil hingga sekarang  merekalah yang senantisa peduli denganku tanpa pamrih. Keluargaku adalah orang yang paling istimewa dalam hidupku tanpa kusadari selama ini.

Aku selalu beranggapan mereka selalu mengekang dan membatasi ruang gerakku. Semuanya terasa sempit dan hambar. Namun, itulah kenikmatan surga yang kudapati dari dulu di dunia fana ini. 

Mereka senantiasa membebaniku dengan berbagai tugas lewat omelannya, menakutiku tentang dunia kejam orang dewasa dan mengkhawatirkanku seolah hal itu pasti terjadi padaku. Dengan tegas aku selalu menolak nasihat-nasihat itu kalaupun terlaksanan hati nan berat pun mengikutinya. Kini aku sangat bersyukur berkat semua itu. Aku anak yang terlahir manja dengan jalan yang berliku kini mulai tumbuh dewasa dengan kemandirian (mungkin).

Dahulu kala semua yang aku minta selalu terpenuhi seperti sulap. Namun, beriring waktu berjalan usaha mulai nyala padam aku dituntut dengan sangat memendam semua inginku. Hemat dan utamakan prioritas adalah moto hidup kami. Meskipun terkadang semua itu tampak omong kosong. 

Aku mulai menyadari hidup bukan melulu tentang terpenuhinya keinginan, di dapatkannya barang kesukaan, memiliki sejuta harta berlimpah ruah, dan hidup berkecukupan. 

Sejatinya hidup merupakan tentang seberapa besar ucap syukur kita atas nikmat dan bukan seberapa besar nikmat yang harus kita syukuri. Bersyukur merupakan sebuah kewajiban untukku yang harus senantiasa terucap dan teramalkan. Hidup hemat, menahan nafsu, dan jangan kikir berbagi dengan sesama. Bismillah semoga semua berjalan sesuai dengan aturan, syari'ah dan tututan agama. Sepenuh hati. . .

Sobat, jangan pernah pelit dalam berbagi nikmat tuhan dengan sesama. Berbagi bukan tentang sebera banyak tapi seberapa besar niat dan keikhlasan kita di dalamnya. Sedikit tapi istiqomahkan, jauh lebih mulia.

"Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?"Ar-Rahman ayat 13.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun