Aku berpapasan dengannya di sebuah lorong yang ramai lalu lalang orang. Dia menyapaku dengan manis. Hatiku bergetar, detak jantungku tak bisa ku tenangkan, langkahku mulai melamban dan aku tersenyum kegirangan seperti orang gila. Aku bertanya-tanya apakah ini, tanda apakah ini tuhan. Kenapa hatiku seperti ini? Kejadian itu terus berulang ketika aku bertemu dengannya. aku takut jika aku benar-benar gila.
Semakin aku memikirkan dia, semakin menjadi pula rasa ingin memilikinya. Aku segera ingin dewasa dan menikah dengannya, membangun sebuah bahtera kebahagiaan dan keberkahan dengannya. pikiranku semakin tak karuan melayang-layang beterbangan. Setan telah berhasil menggiringku ke dalam kesesatan.
Kesenangan dan bayangan semuku tak lama berselang, semuanya hancur pada hari itu. Harapan yang aku panjatkan dan keinginan yang aku idam-idamkan sirna begitu saja. Dan air mataku mengalir sederas banjir bandang. Hari itu Seseorang mengatakan padaku bahwa dia telah mencintai seseorang yang lain. Hidupku seolah kacau balau dan berantakan.
Tuhan bisakah engkau menghapus ingatanku tentang dia?
Berhari-hari pikiranku tak karuan, konsentrasiku buyar, dan aku hanya ingin berdiam membisu. Hingga akhirnya aku mencoba membagikan kisahku dengan salah satu teman.Â
Aku sangat beruntung dikelilingi orang yang senantiasa baik dan berilmu. Dia menasihatiku untuk tidak berharap kepada manusia. Kata-kata itu terngiang dan mulai terpatri di benakku. Akhirnya aku sadar bahwa dia yang ku inginkan tidaklah pantas untuk aku dapatkan. Aku percaya rencana yang tuhan berikan padaku jauh lebih indah dari angan-angan semu negeri dongeng yang selalu aku harapkan. Tuhan aku tak akan lagi meminta dan memohon padamu untuk menghapus ingatan ini.Â
Aku sangat bersyukur pernah menyukai seseorang seperti dia, memikirkan dia, dan hampir gila karenanya di hari-hariku lalu. Aku akan menjadikan itu sebagai pelajaran di masa mendatangku. Hai kamu, laki-laki yang pernah dekat denganku jangan hilang dari hidupku ya, kita tetap berteman baik. Kamu baik, aku menyukaimu sebagai teman baikku. Tidak sebagai laki-laki untuk masa depanku.
Kini hari-hariku menjadi lebih ringan dan bahagia ketika bertemu dengannya. Kami masih sering saling tegur sapa hingga mengobrol tak karuan arah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H