Mohon tunggu...
Liky Ledoh
Liky Ledoh Mohon Tunggu... Ilmuwan - peneliti

married, civil servants and interisti. masih belajar untuk fokus...

Selanjutnya

Tutup

Politik

Menimbang Keberhasilan Serangan Fajar di Perkotaan

9 April 2014   01:34 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:53 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa jam lagi kita akan masuk pada pesta demokrasi Indonesia. Pemilu 4 tahunan ini menjadi suatu bagian penting dalam kemajuan negara kita. Bukan hanya pesta, momen ini juga adalah ajang penerimaan pekerjaan terbesar kedua setelah seleksi CPNS. Secara nasional terdapat lowongan sebanyak 19.699 unit kursi di 2.471 daerah pemilihan. Perbandingannya 10 orang memperebutkan 1 kursi. Tentu ini membuat perlombaan ini berlangsung dengan tensi tinggi. Saling sikut dan serang bukan hanya terjadi antar partai tapi juga para caleg di dalam satu partai. Berbagai cara dilakukan untuk meraup pemilih sebanyak-banyaknya. Baik itu cara-cara yang elegan hingga yang paling busuk sekalipun. Salah satu cara busuk adalah dengan politik uang. Ini adalah metode yang mungkin sudah mendarah daging. bisa berupa bantuan uang, beras, mi instan dan peralatan olahraga saat kampanye. Bisa juga berupa janji-janji beasiswa, kenaikan gaji pegawai hingga pemberian uang sesaat sebelum hari H. Pemberian uang untuk mempengaruhi pemilih saat subuh hari pemilu ini yang disebut serangan fajar. Serangan Fajar umumnya menyasar kelompok-kelompok menengah ke bawah. Biasanya sang oknum caleg sudah melakukan pemetaan wilayah yang mudah dipengaruhi. Biasanya di wilayah kemiskinan dan kos-kosan murah. Jumlah uang yang diberikan bervariasi dari 50 ribu hingga 200 ribu per orang. Jumlahnya menjadi besar bila dikalikan dengan target untuk mendapatkan 1 kursi. Contohnya  DPT Kota Kupang berjumlah 254.690 orang. Bila hitungan etimasi suara sah 75% dan 1 kursi senilai 30% dari BPP, maka seorang caleg membutuhkan suara sebesar 1.337 suara untuk melenggang ke kursi DPRD. Seorang caleg hanya membutuhkan 133 juta untuk harga 100 ribu per suara. Tapi apakah semudah itu hitungannya di perkotaan? Wilayah perkotaan memiliki keunikan karena pemilih adalah golongan rasional. Termasuk para pemilih yang secara ekonomi tidak mampu. Para caleg yang  memilih strategi serangan fajar harus mempertimbangkan banyak hal termasuk banyaknya kaum oportunis yang memanfaatkan momen ini. Secara umum ada 2 metode dalam politik uang saat pemilu:

  1. Pra Pemilu : Metode ini adalah warisan orde baru. Di masa reformasi, metode ini bertransformasi dengan pemberian uang menjelang pemilu. Ungkapan serangan fajar berasal dari sini. Metode ini mulai ditinggalkan seiring dengan jargon "ambil uangnya, jangan pilih orangnya". Para caleg yang memakai metode ini tidak memiliki ikatan yang kuat dan para penerima uang tidak bisa "mempertanggungjawabkan" pilihan mereka.
  2. Pasca Pemilu : Metode ini lebih memberi ruang pada pembuktian. Bisa melalui hasil pemilihan, foto, hingga sobekan nama caleg. Tapi ini tidak berlaku para para opurtunis. Beberapa orang memanfaatkan hal ini dengan memberikan dukungan pada beberapa calon. Pembuktian hasil perhitungan suara tidak bisa menjelaskan siapa yang memilih si A atau si B. Sedangkan bukti foto dan sobekan nama kertas suara pun bisa diakali dengan mencoblos beberapa orang, lalu memotret masing-masing nama caleg.

Serangan fajar menawarkan keberhasilan instan. Tapi tingkat keberhasilannya sulit diukur malah cenderung rendah. Apalagi nilai uang yang dikeluarkan tidak kecil. Bila tidak berhasil, para caleg bisa stress. Menurut data Kemenkes, pada pemilu 2009, ada 7.736 caleg yang mengalami gangguan jiwa berat alias gila. Semoga para caleg di indonesia tidak cukup gila untuk memilih politik uang. Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun