Mohon tunggu...
El
El Mohon Tunggu... Desainer - Menulis opini mengenai realita sosial dari lensa feminisme kontemporer

Wiraswasta di Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Politik

Aksi Damai dalam Narasi Politik-Agama

23 Oktober 2016   01:19 Diperbarui: 24 Oktober 2016   20:25 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Mungkin tokoh-tokoh kemerdekaan NKRI sejak dulu sudah memperoleh ispirasi dari kisah bersejarah tentang seorang sultan ternama dalam peradaban Timur Tengah yaitu Salahuddin al-Ayyubi (menurut sumber wikipedia: Saladin adalah sultan dalam dinasti Ayyubi di Mesir dan Syria). Ia hidup di abad ke-12 Masehi dan dikenal sebagai pemimpin yang sangat memperhatikan penduduk di wilayah kepemimpinannya, termasuk kelompok minoritas Nasrani dan Yahudi. Di saat yang sama, ia dikenal sebagai musuh bebuyutan kerajaan-kerjaan Eropa pada waktu itu karena kekuatan militernya yang sangat besar. Apakah Sultan Salahuddin bisa memberi teladan bagi Islam rahmatan al-alamin sepantasnya kita telusuri lebih dalam jika sunnah rasul Muhammad SAW hendak sungguh-sungguh diamalkan oleh umat Muslim dan Muslimah demi perdamaian dan ketenteraman alam semesta.

Kembali ke konteks negara kita, negara Indonesia yang baru berusia 71 tahun ini masih belajar bagaimana memerdekakan masyarakatnya. Sejarah membuktikan, perlakuan diskriminatif terhadap kelompok minoritas masih belum 100% teratasi. Ada diskriminasi terhadap kelompok yang tidak memiliki kekuatan ekonomi. Ada pula diskriminasi terhadap kelompok yang tidak memiliki suara dalam politik. Dan, yang saya nilai paling tertindas adalah kelompok yang merasa negara Indonesia ini masih miskin, masih bodoh dan masih terjajah oleh negara asing.

Janganlah kita lupa bahwa kita dibesarkan oleh peribahasa: "bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh." Sekecil-kecilnya kelompok minoritas,  mereka punya kontribusi untuk keutuhan seluruh bangsa Indonesia. Juga sekecil-kecilnya suara politik pun kemampuan perekonomian kita, setiap orang punya nilai kemanusiaan yang jauh lebih tinggi artinya dalam kehidupan beragama, sekaligus berbangsa dan bernegara.

Kesimpulan

Tidak tertutup adanya kemungkinan slogan AKSI DAMAI dalam politik diboncengi oleh kepentingan golongan-golongan tertentu. Di samping itu, ada pula hal positif yang menjadi potensi sebuah aksi non-kekerasan, yaitu mempererat persaudaraan dan menyuarakan aspirasi kelompok. Hal ini seiring dengan wacana Islam Nusantara dan deklarasi cendekiawan Islam Indonesia.

Namun, gerakan ini memerlukan pedoman berbangsa yang teguh agar persatuan dan perdamaian sekelompok orang jangan sampai mengeliminasi, atau menghapus, eksistensi kelompok-kelompok lain yang minoritas. Meski jumlah mereka sedikit, kelompok minoritas juga bagian penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara sebagai Indonesia yang merdeka, yang tenteram, juga damai dan berkeTuhanan Yang Maha Esa. 

Wassalam.

Referensi

Ahmad Ali, 2011. Aktualisasi Nilai-nilai Aswaja NU Dalam Mencegah Radikalisme Agama dalam Jurnal Al-Dzikra Vol. 5 no. 9, http://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/adzikra/article/view/343 diakses 22 Oktober 2016.

Tulisan tentang agenda Aswaja di era modern dan deklarasi cendekiawan persatuan Muslim dapat dibaca di Http://satuislam.wordpress.com diakses 22 Oktober 2016.

Wikipedia tentang assalam'ulaikum: https://id.m.wikipedia.org/wiki/Assalamualaikum diakses 22 Oktober 2016.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun