Tulisan ini bermaksud mendukung tulisan kompasioner Haidar Ali (22 Okt'16) untuk membangun kepekaan kita terhadap isu-isu menyangkut polemik penistaan agama dan pemilihan pemimpin yang dikaitkan dengan unsur agama tersebut. Di sini, saya hendak merefleksikan narasi di dalam polemik berbau agama-politik berdasarkan slogan-slogan "AKSI DAMAI" yang dicanangkan oleh berbagai kalangan.Â
Refleksi arti kata damai dalam konteks Islam Nusantara: pedoman Aswaja
Seruan-seruan "AKSI DAMAI" (untuk mendukung atau menolak apapun dan siapapun itu) menjadi begitu mudahnya digunakan, dipublikasikan, dan menarik massa dalam jumlah besar. Apakah ada kemungkinan Aksi Damai semacam ini diboncengi oleh kepentingan politik? Menjelang pilgub kali ini, penyalahgunaan narasi yang seharusnya mendamaikan tersebut bisa saja terjadi. Apa sih arti kata "damai"? Ketiga agama keturunan Nabi Abraham mempunyai kesamaan dalam mengutamakan perdamaian ini. Tak terkecuali agama-agama besar lainnya di dunia, seperti agama Hindu dan Buddha, semuanya mewartakan pesan damai.
Dalam Islam, tidak diragukan lagi bahwa salaam, artinya damai, adalah sebuah keutamaan yang utama di samping keutamaan iman yaitu berserah kepada kehendak Allah yang Maha Esa. Kata "Islam" sendiri dalam bahasa Arab berarti "damai dan selamat" dan agama Islam sebagai rahmatan lil 'alamin artinya membawa kedamaian dan ketentraman bagi semesta alam (Ahmad Ali, 2011). Masih ingatkah kita apa arti kalimat assalamu 'alaikum yang kita gunakan sebagai kalimat sapaan? Artinya, "selamat sejahtera ke atas kamu semua" (wikipedia assalamu'alaikum).
Islam Nusantara yang berlandaskan paradigma Fikrah Nahdhiyah menempatkan kedamaian sebagai inti kehidupan beragama dalam Islam, yaitu dengan prinsip-prinsip yang menjaga keseimbangan serta bersifat akomodatif terhadap perbedaan pandangan yang bermunculan di dunia (Ahmad Ali, 2011). Hal ini sesuai dengan konsep AhlusunnahWalJamaah, yang di Indonesia kini disingkat menjadi Aswaja (Ibid.). Blog satuislam.wordpress.com memaparkan sedikit sejarah lahirnya konsep Aswaja ini oleh imam abad ke-9 Masehi di Timur Tengah serta agenda penerapan Aswaja di era modern untuk seterusnya.
Deklarasi Jakarta untuk persatuan umat Islam: implikasi politik
Di dalam Deklarasi Jakarta untuk Persatuan Umat Islam tahun 2014, para cendekiawan Muslim Indonesia mewacanakan 10 poin. Yang pertama, menurut saya adalah yang utama dan berlaku universal: pembunuhan terhadap sesama manusia berdasarkan warna kulit, keyakinan, etnis dan agama adalah haram dan bertentangan dengan syariah. Kesembilan poin yang lain, juga sama pentingnya, merujuk kepada membangun hubungan persaudaraan antar golongan yang ada dalam agama Islam.
Aspek persatuan umat Muslim di atas telah muncul secara tidak langsung di dalam slogan politik akhir-akhir ini, khususnya menjelang pilgub DKI. Apakah ada kemungkinan nilai persaudaraan umat Islam di Indonesia saat ini tengah dimanipulasi untuk kepentingan politik? Misalnya, wacana memilih cagub dan cawagub yang seagama, secara tidak langsung akan mengeliminasi pasangan cagub yang beragama lain.
Saya pribadi tidak akan berpihak pada seorang calon gubernur yang tidak memperhatikan kepentingan dan tidak menghormati nilai-nilai budaya serta agama masyarakat, tak peduli agama apa yang dipeluk oleh calon tersebut.
Menjadikan perdamaian dan kemerdekaan Indonesia sebagai konteks Aswaja dan persatuan umat Islam
Kembali ke aspek Aswaja dan perdamaian, saya hendak bertanya apakah perdamaian dan persatuan sebuah kelompok secara implisit akan meminggirkan kelompok yg lain? Mungkin ya, mungkin juga tidak. Kemerdekaan Indonesia di tahun 1945 diproklamirkan oleh tokoh-tokoh Muslim dan mereka memastikan bahwa umat non Muslim dapat hidup layak dengan hak serta kewajiban yang sama dengan umat lainnya tanpa diskriminasi.
Mungkin tokoh-tokoh kemerdekaan NKRI sejak dulu sudah memperoleh ispirasi dari kisah bersejarah tentang seorang sultan ternama dalam peradaban Timur Tengah yaitu Salahuddin al-Ayyubi (menurut sumber wikipedia: Saladin adalah sultan dalam dinasti Ayyubi di Mesir dan Syria). Ia hidup di abad ke-12 Masehi dan dikenal sebagai pemimpin yang sangat memperhatikan penduduk di wilayah kepemimpinannya, termasuk kelompok minoritas Nasrani dan Yahudi. Di saat yang sama, ia dikenal sebagai musuh bebuyutan kerajaan-kerjaan Eropa pada waktu itu karena kekuatan militernya yang sangat besar. Apakah Sultan Salahuddin bisa memberi teladan bagi Islam rahmatan al-alamin sepantasnya kita telusuri lebih dalam jika sunnah rasul Muhammad SAW hendak sungguh-sungguh diamalkan oleh umat Muslim dan Muslimah demi perdamaian dan ketenteraman alam semesta.
Kembali ke konteks negara kita, negara Indonesia yang baru berusia 71 tahun ini masih belajar bagaimana memerdekakan masyarakatnya. Sejarah membuktikan, perlakuan diskriminatif terhadap kelompok minoritas masih belum 100% teratasi. Ada diskriminasi terhadap kelompok yang tidak memiliki kekuatan ekonomi. Ada pula diskriminasi terhadap kelompok yang tidak memiliki suara dalam politik. Dan, yang saya nilai paling tertindas adalah kelompok yang merasa negara Indonesia ini masih miskin, masih bodoh dan masih terjajah oleh negara asing.
Janganlah kita lupa bahwa kita dibesarkan oleh peribahasa: "bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh." Sekecil-kecilnya kelompok minoritas, Â mereka punya kontribusi untuk keutuhan seluruh bangsa Indonesia. Juga sekecil-kecilnya suara politik pun kemampuan perekonomian kita, setiap orang punya nilai kemanusiaan yang jauh lebih tinggi artinya dalam kehidupan beragama, sekaligus berbangsa dan bernegara.
Kesimpulan
Tidak tertutup adanya kemungkinan slogan AKSI DAMAI dalam politik diboncengi oleh kepentingan golongan-golongan tertentu. Di samping itu, ada pula hal positif yang menjadi potensi sebuah aksi non-kekerasan, yaitu mempererat persaudaraan dan menyuarakan aspirasi kelompok. Hal ini seiring dengan wacana Islam Nusantara dan deklarasi cendekiawan Islam Indonesia.
Namun, gerakan ini memerlukan pedoman berbangsa yang teguh agar persatuan dan perdamaian sekelompok orang jangan sampai mengeliminasi, atau menghapus, eksistensi kelompok-kelompok lain yang minoritas. Meski jumlah mereka sedikit, kelompok minoritas juga bagian penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara sebagai Indonesia yang merdeka, yang tenteram, juga damai dan berkeTuhanan Yang Maha Esa.Â
Wassalam.
Referensi
Ahmad Ali, 2011. Aktualisasi Nilai-nilai Aswaja NU Dalam Mencegah Radikalisme Agama dalam Jurnal Al-Dzikra Vol. 5 no. 9, http://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/adzikra/article/view/343Â diakses 22 Oktober 2016.
Tulisan tentang agenda Aswaja di era modern dan deklarasi cendekiawan persatuan Muslim dapat dibaca di Http://satuislam.wordpress.com diakses 22 Oktober 2016.
Wikipedia tentang assalam'ulaikum: https://id.m.wikipedia.org/wiki/Assalamualaikum diakses 22 Oktober 2016.
Wikipedia tentang Salahuddin: https://en.m.wikipedia.org/wiki/Saladin diakses 22 Oktober 2016.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H