Sesampainya di rumah sakit, Ervan langsung menuju kamar rawat Cindy dan mendapati Dokter dan beberapa perawat di sana.
"Dok ini ada apa sama Cindy Dok?" tanya Ervan penuh khawatir
"Pak, Anda dari mana saja pihak rumah sakit sudah menghubungi bapak dari semalam tapi , tidak ada jawaban apapun dari bapak" ucap Dokter itu
"Maaf Dok, saya ada kesibukan kemaren, ini Cindy kenapa Dok, kenapa banyak sekali alat bantu yang dipasangkan padanya" ucap Ervan yang semakin khawatir
"Jadi tadi malam nona Cindy tiba-tiba saja kejang dan kesulitan bernafas pak, Kami mencoba mengembalikan kondisinya tapi detak jantungnya malah terhenti dan....." ucap Dokter itu terpotong oleh ucapan Ervan
"Apaa??? Cindyy....Bocillll lu kenapa ninggalin gua secepat ini sih???!!!" ucap Ervan sembari menangis memegang tangan Cindy
"Pak Anda dengarkan dulu penjelasan saya baik-baik ya, memang detak jantungnya sempat terhenti tapi, setelah kami lakukan kejut jantung beberapa kali, detak jantung nona Cindy kembali meskipun masih belum stabil, oleh karenanya kami memasangkan alat pernafasan tambahan agar dapat menstabilkan detak jantungnya seperti semula" ucap Dokter mencoba menjelaskan
"Astaga Dok, maaf sudah memotong perkataan Dokter, saya amat panik dan khawatir tadi, terima kasih Dok telah menyelamatkan nyawa Cindy, terimakasih" ucap Ervan
"Yasudah tidak apa-apa pak, itu sudah tugas saya, untuk saat ini bapak jaga saja kondisi nona Cindy ya, jangan ditinggalkan takutnya kejadian seperti semalam terulang lagi" ucap Dokter
"Baik Dok" ucap Ervan
Dokter dan perawat-perawat yang menyertainya pun keluar dari ruangan Cindy. Ervan Nampak sangat sedih dan semakin bersalah pada Cindy. Ia masih sedikit tersedu saat duduk di samping Cindy.
"Maafin gua ya Bocil, gara-gara gua gak jagain lu nyawa lu jadi terancam buat kedua kalinya" ucap Ervan sembari memegang tangan Cindy
Sejak kejadian itu Ervan selalu menjaga Cindy, ia menanti Cindy untuk kembali sadar. Saat ini sudah 15 hari Cindy di rawat.
"Ehhmmm...aduhh" suara Cindy lirih
"Aduh suara apaan sih, masak mimpi gua ada suara nya sih" ucap Ervan yang tertidur dengan posisi tengkurap di sofa sambil mengacak-acak rambutnya
"Aduh...pusing banget...Bantett...." Suara Cindy lirih
"Lah kan gua halu nih, sekarang gua denger suara tu Bocil lagi" gumam Ervan
"Bantett...Bantet...gua mau minum sini lu" suara Cindy lirih
Ervan langsung bangun dan seakan tak percaya
"Bocill??? Lu beneran udah sadar???" ucap Ervan seakan tak percaya dan mendekati Cindy
"Lu liat aja sendiri!" ucap Cindy singkat
"Gua mau minum, ambilin!" ucap Cindy lagi
"Iya..iya nih minumnya" ucap Ervan sembari memberikan segelas air dan sedotan pada Cindy
Cindy pun meminum air tersebut dengan sedotan. Ervan kemudian, kembali membuka pembicaraan
"Bocil...maafin gua ya" ucap Ervan
"..........?" Cindy hanya terdiam
"Iya gua tau, gua salah sampai bikin lu masuk rumah sakit, bahkan sampai gak sadar 14 hari.." ucap Ervan
"Apaa?? 14 hari? Selama itu gua gak sadar?!" ucap Cindy tak percaya
"Iya..Bocil maafin gua, gua gak gitu lagi deh" ucap Ervan
"Lu gila ya, berarti gua gak masuk sekolah 2 minggu dong,!!" ucap Cindy marah
"Iya lah lu kan sakit mana bisa sekolah bocil" ucap Ervan
"Tapi, lu udah ke sekolah gua kan, lu udah bikini surat ijin sekaligus surat keterangan dokter kan kalau gua sakit?" tanya Cindy pada Ervan
"Ehhmmm soal itu...anu....gua lupa" ucap Ervan yang juga baru menyadari hal itu
"Hahhhh???? Lu emang gak waras ya, parah lu gua pasti di keluarin nih dari sekolah sialan lu!!" ucap Cindy sangat marah
"Ambilin HP gua sekarang cepetan!!!" teriak Cindy pada Ervan
"Iya-iya gua ambilin" ucap Ervan
Ervan pun mengambil HP Cindy di loker dekat kasur Cindy dan memberikannya pada Cindy.
"Nih HP nya" ucap Ervan
Cindy langsung mengambil HP nya dari tangan Ervan tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Nampaknya Cindy mengirim pesan pada sahabatnya Revin, yang mana ia lihat ada sekitar 200 pesan masuk dari Revin di HP nya. Terlihat bahwa, di pesan itu Revin tampak khawatir pada Cindy yang tak kunjung berangkat ke sekolah
Cindy tak menggubris pesan lama Revin, ia langsung mengirim pesan pada Revin tentang kondisi sekolah selama 2 minggu dia gak berangkat. Cindy Nampak khawatir menunggu balasan pesan dari Revin. Hingga beberapa saat kemudian, Revin membalas pesan Cindy, yang menyatakan bahwa selama 2 minggu ini sekolah mengadakan class meeting untuk persiapan acara perlombaan nasional yang akan diadakan di sekolah mereka, jadi tidak ada kelas selama 2 minggu itu. Setelah menerima pesan itu Cindy langsung merasa tenang.
"Fiuuhhh...selamat gua kali ini" gumam Cindy
"Jadi gimana sekolah lu?" tanya Ervan
"Hissh ngapain lu nanya-nanya,! Untung ya gua masih selamat kali ini, kalau aja sekolah gua gak ngadain class meeting dah di keluarin gua gara-gara kebodohan lu itu!" ucap Cindy marah
"Syukur deh kalo gitu, ya maaf gua lupa" ucap Ervan
"Iyalah lupa lu kan sibuk pacaran sama cewek lu, mana ingat hal kaya gitu!" ucap Cindy
".........." Ervan hanya terdiam
Cuppp...satu ciuman mendarat di bibir Cindy, yang membuat Cindy terkejut
"Udah marah-marahnya lu?" ucap Ervan sambil melepas ciumannya
"Apa-apaan sih lu" ucap Cindy yang langsung memalingkan wajahnya dari Ervan dan menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut
"Kenapa sih lu, gua kan suami lu wajar kali gua kaya gitu" ucap Ervan
"Gua gak denger...gua gak denger...lu pergi aja deh sana!" ucap Cindy dari balik selimut
"Hisshhh yaudah gua panggilin Dokter dulu biar tahu kondisi lu sekarang kaya apa" ucap Ervan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H