Mohon tunggu...
Sholikah Natriyani
Sholikah Natriyani Mohon Tunggu... Lainnya - Lika

I can do it

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kekasih Bayangan

1 September 2020   12:15 Diperbarui: 1 September 2020   12:24 501
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku Sindy mahasiswi jurusan sastra Inggris di salah satu kampus di Jakarta. Ini tahun ketiga ku berkuliah disini meskipun aku asli Jawa tengah tapi aku memilih untuk berkuliah di Jakarta yah untuk mencari banyak pengalaman baru pikirku. 

"Sindy..!" Suara dengan nada berat memanggilku dari arah belakang, yang membuatku secara otomatis langsung menoleh ke sumber suara itu. "Ya, ada apa Rayn?" Tanyaku pada Rayn, "kamu pulang sendiri ya aku ada urusan" kata Rayn padaku dan dia langsung pergi begitu saja. 

Ya! dia Rayn mahasiswa jurusan hukum yang juga berkuliah di tahun ketiga seperti ku. Dan dia adalah kekasih ku kami sudah berpacaran selama 2 tahun. Dia orang yang kurasa hanya membutuhkan teman - temannya dibandingkan aku kekasihnya sendiri. Entah apa yang membuatku bertahan dengannya selama 2 tahun ini padahal dia tak pernah sekalipun bersikap manis padaku, hehe lucu juga jika dipikir-pikir . 

Asal kalian tahu aku dan dia hanya bertemu 1-3 kali saja selama beberapa bulan padahal kami satu kampus tapi untuk bertemu saja susah sekali, maksudku bertemu menghabiskan waktu berdua layaknya sepasang kekasih. Ini karena, Rayn lebih sering bersama teman-temannya dan menghabiskan waktu dengan mereka sekalipun ada jadwal kami yang jam nya sama tetap saja dia akan bersama temannya bukan denganku. 

"Hai, Sindy" ucapnya saat tidak sengaja berpapasan dengan ku di area kampus itupun ia lakukan kadang-kadang saja dan menyapa sambil berlari mengikuti laju teman-temannya. 

Kami juga tidak sering berkirim pesan hanya seperlunya saja. Kami tidak menanyakan hal-hal seperti "sudah makan belum" "selamat tidur" satu sama lain hal itu sama sekali tidak pernah kami lakukan. 

Kami sekedar berkirim pesan seperti " makanlah dulu sebelum pergi" , "kerjakan tugas, jangan lelah" dan kata yang paling sering dan pasti ia kirimkan padaku adalah "jangan sakit, aku tidak mau repot" ia begitu karena tidak ingin kegiatannya diganggu karena aku sakit, maklum aku disini sendiri tidak ada saudara dan pikirnya aku akan merepotkan dia jika aku sakit karena, dia kekasih ku. 

Meskipun aku terbiasa dengan sikapnya itu tapi aku tak menepis bahwa aku juga ingin memperoleh perhatian yang lebih banyak darinya seperti pasangan-pasangan lainnya. Tapi apa daya Rayn tetaplah Rayn dia tidak akan pernah berubah. 

Pernah waktu itu aku ada kelas malam dan jam 10.00 wib aku baru keluar kampus karena itu kelas malam ku untuk pertama kalinya aku tak tahu harus pulang naik apa, jadi aku berinisiatif untuk menelpon Rayn meminta dia untuk menjemput, tapi yang terjadi adalah secercah percakapan yang tidak menolongku sama sekali. 

"Halo, Rayn" sapa ku di telpon kala itu, dan dijawab oleh Rayn demikian " Ya, ada apa Sindy, aku sedang sibuk". "Aah, itu bisakah kau menjemput ku di kampus aku baru selesai kuliah, aku tak tahu harus naik apa ini sudah malam" , kataku padanya di telepon dan dia hanya menjawab " aku sedang bersama teman-temanku, aku tak bisa menjemput mu naiklah taksi yang biasa lewat di samping cafe yang berjarak 2 km dari kampus ya bye" tutt...tuttt...tutt.. . 

Belum sempat aku menjawab dia telah menutup teleponnya begitu saja, dan ya aku berjalan kurang lebih 2 km dari kampus untuk menunggu taksi, sekitar 30 menitan aku baru memperoleh taksi dan pulang. 

Kala itu aku begitu kesal padanya karena tak bisa menjemput ku malam itu, dan aku mencoba untuk mendiamkan dia beberapa hari, agar dia setidaknya memberiku perhatian lebih meskipun sedikit saja. 

Namun, semuanya nihil dia tidak merasa bersalah maupun menyadari bahwa aku marah padanya karena kejadian malam itu. Dan 3 hari setelah kejadian itu dia mengirimiku pesan "Sindy temani aku ke cafe exfo ya, aku akan mengerjakan tugas" begitu pesan yang ia sampaikan padaku dan ku balas "baiklah, aku siap-siap dulu" , dia pun membalas " datanglah langsung ke cafe ya, kita bertemu langsung di sana" aku menjawab "ya aku segera kesana Rayn". 

Singkat cerita aku sudah sampai di cafe dan aku melihat Rayn sedang duduk bersama teman-temannya, aku menghampiri mereka dan Rayn langsung menyuruhku duduk. 

Tak lama Rayn mengajak ku mengobrol tentang tugasnya " Sindy, aku ada tugas bahasa Inggris nih, suruh buat laporan tentang hukum yang berlaku di Inggris tapi pakai bahasa Inggris" katanya padaku dan aku menjawab "lalu?" dan dia kembali berkata "ya jangan begitu aku sudah mengerjakannya tapi tolong lihatlah kau tau kan aku tidak begitu bisa berbahasa Inggris" akupun menjawab "aaa, yasudah mana" jawabku sambil berpikir padahal dia bisa saja mengirim softfilenya ke email ku.

Dia pun menyodorkan laptop miliknya dan memperlihatkan tugasnya dan akupun langsung memeriksa nya. Sedangkan dia sibuk mengobrol dengan teman-temannya. 

Saat aku sudah selesai meneliti tugasnya dan sudah kurapikan aku memberikannya pada Rayn sembari berkata "Rayn ini sudah beres," dan dia hanya menjawab "ya sindy, kamu mau pulang?". Akupun menjawab "ya aku akan pulang aku lelah" dia hanya menjawab "yasudah hati-hati" sambil wajahnya tetap mengarah pada teman-temannya. 

Aku pulang ke kos ku dan beristirahat, hingga saat malam hari sekitar pukul 9.00 malam aku merasa sangat pusing yang benar-benar hebat hingga rasanya kepalaku akan pecah. 

Apesnya adalah aku tidak punya stok obat pusing di kos dan kebetulan teman-teman kos ku sedang pergi mengurus urusan masing-masing. Aku pun menelepon Rayn untuk meminta tolong padanya "Rayn, bisakah kau belikan aku obat pusing aku sangat pusing sekarang" kataku padanya ditelepon , Rayn menjawab " ya, aku sedang ke pesta ulang tahun temanku, aku tak bisa, lagian kamu hanya pusing kan tidur saja nanti juga sembuh" dia kemudian menutup teleponnya.

#MASUK BAGIAN RAYN#

Pagi hari Rayn mengecek handphone nya dia ingat bahwa semalam Sindy pusing, tapi sampai hari ini Sindy tidak memberikan kabar apapun padanya. Kemudian Rayn mengirim pesan pada Sindy " Sindy, apa kau masih pusing?" tidak ada jawaban dari Sindy, lalu Rayn berpikir bahwa mungkin Sindy masih tidur karena kebetulan hari ini Sindy juga tidak ada jadwal kuliah. Rayn pun berangkat ke kampus untuk kuliah hukum perdata seperti biasanya. 

Setelah waktu berlalu dan seharian kuliah Rayn kembali mengecek handphone miliknya untuk melihat apakah Sindy sudah membalas pesannya atau belum, dan ya belum ada balasan dari Sindy. 

Rayn tidak terlalu menggubris nya ia lanjut bermain dengan teman-temannya hingga larut malam. Saat akan tertidur di kamarnya handphone Rayn berbunyi tringg...tringg...tringg... ternya telepon dari Sarah gadis yang satu kos dengan Sindy. 

Rayn pun menerima telepon nya "Halo, kenapa kau menelepon ku Sarah, apa Sindy merepotkan mu ha?!, katanya saat menjawab telepon dari Sarah. Sarah pun menjawab dengan nada yang terisak-isak seperti orang yang tengah menangis karena terkejut " Huhuhu....hiks...hiks... Rayn, Sindy Rayn cepatlah datang ke kos Sindy" lalu Rayn menjawab " Ya apa kau menangis, pasti dia membuatmu repot ya, yasudah aku kesana" Rayn langsung menutup teleponnya dan bergegas pergi ke kos Sindy. 

Sesampainya ia di kos Sindy ia sedikit kaget karena ada bendera bela sungkawa di depan tempat kos Sindy, dia pun langsung masuk ke kos dan menuju kamar Sindy. 

Dia terkejut lagi karena banyak orang yang merubung di sekitar kamar kos milik Sindy. Dia langsung bergegas masuk dan dia melihat Sindy yang tergeletak lemah dengan wajah pucat tanpa sinar di atas kasur kos miliknya. 

Rayn langsung menjatuhkan dirinya di samping Sindy dia menangis sambil bertanya pada semua orang yang ada di sana " heeyy apa yang terjadi pada Sindy ? Mengapa dia pucat sekali? Katakan padaku dia kenapa haa!!!" Ekspresi sedih dan juga marah terpancar dari wajah Rayn yang sedang memeluk tubuh Sindy yang tergeletak tak berdaya. 

Kemudian Sarah menghampiri Rayn dan berkata "maafkan kami Rayn, kemarin tidak ada orang di kos kami ada urusan dan Sindy sedang sakit sendirian di kos, saat kami kembali ke kos tadi pagi dan membuka kamarnya kami sudah menemukan dia dengan keadaan seperti ini" kata Sarah sembari menangis. 

Dia pun melanjutkan kata-katanya "kami sudah memanggil dokter dan dia sudah diperiksa, kata dokter dia mengalami pusing yang sangat hebat pada kepalanya dan kemungkinan dia terjatuh saat merasakan pusing itu dan hal itu membuat adanya pembekuan pada otaknya yang membuatnya meninggal, dokter juga mengatakan kemungkinan orang yang merasa pusing yang hebat akan rentan jatuh dan berdampak pada pembekuan di otaknya". 

Tampaknya Rayn tak kuasa mendengar apa yang dikatakan Sarah dia hanya terus menangis memeluk Sindy dan berkata "maafkan aku Sindy, kumohon jangan pergi, aku menyayangimu, maafkan aku, aku akan lebih perhatian kepadamu, Sindy bangunlah, sayang bangunlah". Percuma semua sudah terlambat kini Sindy telah hidup tenang di alam sana.

Beberapa waktu berlalu setelah kejadian meninggalnya Sindy. Rayn terlihat masih sangat terpuruk bahkan ia seringkali berhalusinasi di datangi oleh Sindy dan berbicara dengan bayang-bayang semu Sindy yang menghampiri nya setiap waktu. 

Dia, menyadari bahwa itu hanya halusinasi nya saja tapi dia selalu beranggapan bahwa dengan cara itulah ia bisa menebus segala kesalahannya pada Sindy, dengan cara itu dia bisa bermain lebih banyak dengan Sindy dan memberikan perhatian padanya. Hampir 5 tahun dia menjalani kehidupan seperti itu sampai ia bertemu satu gadis yang menyerupai Sindy dan menjalani kehidupan normal seperti sebelumnya. 

Namun, satu hal yang pasti Rayn telah berubah ia tidak ingin Sindy yang baru ini bernasib sama seperti Sindy yang dulu karena sikap bodohnya yang tidak peduli dengan kekasihnya itu. 

Meskipun begitu ia dan kekasihnya yang baru itu selalu mengunjungi makam Sindy dan kekasihnya itu tidak masalah akan hal itu karena, Rayn telah menceritakan semua kisahnya dan Sindy dulu pada kekasih barunya itu. Bahkan tiap ulang tahun Sindy mereka selalu meninggalkan bunga kesukaan Sindy di makamnya dan membacakan surat dari keduanya untuk Sindy.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun