Mohon tunggu...
Bahsuan_Anin
Bahsuan_Anin Mohon Tunggu... Guru - Anin Lihi

Anin Lihi lahir di Amaholu Seram Bagian Barat. Adalah anak ke 7 dari 9 bersaudara. Hidup sederhana dan berusaha menyebar manfaat.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Belajar Butuh Cinta

17 September 2020   08:16 Diperbarui: 17 September 2020   08:21 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Dalam Islam, belajar adalah aktifitas yang diwajibkan. kewajiban ini tidak terbatas pada usia.  Balita, Anak-anak,  remaja,  muda,  tua,  kakek, nenek, dan buyut.  Kapan kewajiban belajar ini tertutup?, tertutup sampai usia manusia habis.  Begitulah Nabi Saw.,  mengajarkan kita. 

Imam Ahmad rahimahullah pernah ditanya ketika rambut beliau sudah tampak memutih,

"Sampai kapan Engkau masih bersama dengan wadah tinta?"

Maksudnya, orang tersebut heran ketika Imam Ahmad rahimahullah tetap bersama dengan alat-alat untuk mencari ilmu seperti kertas dan wadah tinta, padahal usia beliau tidak lagi muda. Sehingga dikatakan dalam sebuah kalimat yang terkenal,

"Bersama wadah tinta sampai ke liang kubur".

Maksudnya, janganlah terputus untuk meraih ilmu agama. Raihlah ilmu agama sampai ajal menjemput. (https://muslim.or.id/29061-perjalanan-panjang-meraih-ilmu-bersabarlah.html).

"Menuntut Ilmu itu wajib bagi setiap umat islam" (HR.  Ibnu Majah, no.  224). 

Namun, kewajiban belajar sangat berbeda dengan perintah melaksanakan perkara wajib dalam mengamalkan ibadah mahdah yang terikat oleh ketentuan waktu.  Misalnya shalat,  puasa, zakat dan haji.

Kewajiban belajar sifatnya bebas sekaligus terbatas.  Bebas tidak terikat oleh waktu, terbatas pada tempat-tempat yang bersih dan khusus pada ilmu yang benar dan sesuai kewajaran.

Apa yang terpikirkan dalam benak tentang belajar adalah suatu aktifitas yang melelahkan. Karenanya, butuh semangat dan usaha agar belajar menjadi kebiasaan. 

Kehadiran cinta dalam belajar dapat mensugesti kejiwaan seseorang. Belajar butuh kehadiran cinta agar hasilnya menusuk dan bercokol di hati. Kenapa?  Karena hanya cinta yang bisa menembus kedalam hati. Lantas mendatangkan rindu ingin selalu bersama yang dicintainya.

Dengan cinta, kalau tidak belajar seperti ada yang terlupakan. Hati resah dan gelisah.  Tubuh gemetar seakan kehilangan stamina.  Perut lapar karena belum ada makanan yang mendatanginya.  Begitulah jika belajar sudah menjadi aktifitas yang dicintai.

Tentu kita tak perlu bertanya lagi, apakah cinta terhadap belajar bukan sesuatu yang berlebihan sehingga menjadikan seseorang  syirik kepada Tuhan?. Bagi saya tidak!  Kenapa?.  Karena cinta belajar sangat berbeda jauh dengan suka belajar. Suka belajar bisa membuat orang syirik, tapi cinta belajar tidak. Semua bergantung pada kedalaman pengetahuan kita memahami arti cinta. Cinta bagi saya adalah kalimat murni dan suci. Sebab ia lahir dari sang Murni (Allah), yang didalam cinta senantiasa diawasi oleh Iman.  Cinta rusak karena manusia salah memahaminya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun