Sempat saya berpikir bahwa saya tidak sanggup untuk melaksanakan tanggungjawab ini. Karena sangat banyak dinamika yang dilalui dalam menjalani kepengurusan di cabang. Akan tetapi bukan berarti kita menyerah karena tidak sanggup untuk melalui nya. Yakinlah, masalah hanya mendewasakan kita. Mari kita hadapi dan jangan pernah menyelesaikan masalah dengan lari dari masalah.
Selama ber PMKRI hampir sebagian besar waktu saya habiskan di Margasiswa (sebutan secretariat dalam PMKRI). Margasiswa atau sekretariat adalah pusat kegiatan internal. Tidak hanya sekedar kantor semata, akan tetapi banyak pelajaran harusnya kita dapatkan ketika berkunjung bahkan tinggal di margasiswa, karena margasiswa ibaratkan laboratorium kreatif tempat kita berdiskusi dan melahirkan ide-ide kreatif untuk berkarya. Dan dengan alasan ingin belajar lah maka saya pada tahun 2017 memutuskan untuk tinggal di margasiswa. Selama tinggal di margasiswa, kita sangat merasakan kedekatan atau kehangatan ibarat keluarga kandung. Sungguh saya dapat merasakan rasa kekeluargaan itu.
Rasa persaudaraan sejati (fraternitas) adalah nilai utama yang dibangun di margasiswa. Ibarat dalam keluarga, tak jarang ada masalah antara satu dengan yang lain, dan kita selalu memperhatikan dan menjaga agar tetap terjalin dengan baik.
Banyak perubahan yang secara pribadi saya alami selama aktif dalam PMKRI. Tentunya perubahan dalam hal positif, yang merubah diri secara perlahan menjadi lebih baik. Karena kita selalu ditekankan agar mengadopsi hal-hal baik yang ada dari pendahulu kita.
Mengikuti kegiatan Nasional adalah juga salah satu pembelajaran berharga bagi saya. Terakhir saya mengikuti kegiatan Kongres dan Majelis Permusyawaratan Anggota Pengurus Pusat PMKRI tahun 2020 yang diselenggarakan di kota Ambon. Agenda Nasional tersebut bertujuan untuk membahas fokus arah gerak perhimpunan untuk satu periode kedepan dan regenerasi kepemimpinan pusat. Bagi saya agenda ini adalah gambaran kecil bagaimana kontestasi politik berlangsung, bagaimana calon pemimpin berusaha merebut suara dari antar cabang-cabang, bagaimana cabang-cabang juga harus bijak dalam memilih calon pemimpin. Apa yang sudah dipelajari selama ini kita aplikasikan dalam kegiatan ini, mulai dari komunikasi yang baik, loby-loby, management conflik dan masih banyak lagi.
Semua antusias dan pasti membanggakan jagoan masing-masing. Berdebat untuk saling mendukung jagoan masing-masing adalah hal yang lumrah. Tak jarang suara pukulan meja kita dengar ketika emosi memuncak dalam berdebat. Akan tetapi sampai akhir kegiatan terlaksana dengan baik dan lancar hingga mengambil keputusan. Perbedaan pilihan sah-sah saja kita hadapi, tapi ingat bahwa kita adalah tetap keluarga besar. Dan yang lebih penting adalah bahwa masih banyak tugas yang menanti dan harus kita tuntaskan demi Gereja dan Tanah air.
Saat ini masih banyak tugas yang menjadi pr kita bersama dan harus dituntaskan di PMKRI agar tetap menjadi laboratoriun perubahan bagi kader selanjutnya. Butuh orang-orang yang komitmen dalam hal pengkaderan. Butuh orang-orang yang peduli akan kondisi perhimpunan. Karena kita pasti berharap segala yang terbaik untuk perhimpinan tercinta.
Saya punya impian besar untuk PMKRI Cabang Pematangsiantar agar lebih baik kedepan. Dari usia, kita dapat lihat bahwa saat ini bukanlah umur yang singkat lagi. Akan tetapi dikarenakan dinamika yang ada, banyak hal yang harus kita caritau tentang PMKRI dahulu. Saya berharap agar kita tidak hanya sekedar singgah dalam ber PMKRI, akan tetapi lebih dari itu kita harus tetap untuk menjalin komunikasi dan memperhatikan cabang ini.
Religio Omnium Scientiarum Anima;
Pro Ecclesia et Patria !!!
Tulisan sudah pernah terbit pada buku Perubahan Ada Disini karya kader PMKRI Pematangsiantar