Mohon tunggu...
Lihali Maratus Solihah
Lihali Maratus Solihah Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Jadilah diri sendiri dan bermimpilah! Jangan pernah melihat matahari jika telah menggenggam sang rembulan. Tetap rendah hati.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Resensi Buku "Disforia Inersia" Karya Wira Nagara

2 Desember 2021   09:20 Diperbarui: 2 Desember 2021   09:29 7846
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sehingga akan ada selipan tersendiri untuk menjadikan si pembaca merasa harus menuntaskan buku tersebut hingga ceritanya habis. Buku ini mengisahkan tentang sulitnya seseorang melupakan cintanya, penerimaan terhadap rasa sakit yang menghambat dirinya untuk melanjutkan hidupnya akan tetapi dengan usahanya ia terus berusaha untuk menata kembali hati yang telah patah dan melanjutkan hidup tuk menemui bahagia. Sehingga selain kisah romansa, pembaca juga akan mendapatkan pelajaran hidup juga motivasi yang akan membangkitkan diri untuk keluar dari keterpurukan ditinggalkan oleh orang yang paling dicinta.

Selain kelebihan dalam sebuah karya sastra pasti ada beberapa kekurangannya seperti, penulisannya kurang rapi, penulis atau pihak editor menggunakan rata kiri untuk buku Disforia Inersia ini sehingga terkesan seperti sebuah kumpulan puisi dan ketika membacanya pun kurang enak dipandang. Penulis banyak menggunakan kata asing atau kata ilmiah dalam setiap judulnya sehingga pembaca yang enggan untuk berpikir atau sekedar mencari informasi makna katanya akan merasa kesulitan untuk memahami maknanya bahkan enggan melanjutkan bacaannya.

Penutup :

Dengan adanya ciri khas si penulis dalam menciptakan sebuah karya dan alur dalam ceritanya dengan menggunakan banyak kata kiasan, permainan majas bahkan penggunaan kata asing dan ilmiah dalam karyanya akan membuat pembaca merasa kesulitan atau bahkan sudah tidak bergairah lagi untuk melanjutkan bacaannya. Saran dari kami, lebih diminimalisir penggunaan kata seperti itu, jikalaupun tetap dicantumkan maka selipi ruang kosong dalam buku untuk menuliskan makna dari kata asing tersebut. Sehingga ketika pembaca mengeja karyanya akan tahu dan diberikan pencerahan dalam memahami makna di dalamnya.

Untuk format kepenulisan, lebih ditata lagi dengan serapi mungkin bukan seperti puisi ataupun sajak, jika memang buku itu berarti sebuah cerita romance atau novel percintaan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun