Mohon tunggu...
文房
文房 Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Murid

Saya suka menonton dan membaca.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Persatuan Indonesia dalam Melakukan Perlawanan Terhadap Jepang Melalui Perjuangan Kooperatif

23 Maret 2023   09:57 Diperbarui: 23 Maret 2023   10:00 1473
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Semua perjuangan yang dilakukan tentunya memiliki sebuah tujuan. Bagi para pahlawan, baik pahlawan nasional maupun daerah, tujuan utama perjuangan mereka adalah kebebasan. Pada awalnya, bangsa Indonesia berjuang dengan mengatasnamakan kemerdekaan dan kebebasan daerah masing-masing. Persatuan Indonesia sendiri dimulai ketika Sumpah Pemuda, di mana pemuda-pemudi dari seluruh Indonesia berkumpul dan memperjuangkan hak pendidikan bagi pemuda-pemudi yang tidak seberuntung mereka dalam hal pendidikan. Selain memperjuangkan hak pendidikan, pemuda-pemudi tersebut juga merumuskan Sumpah Pemuda. Ini merupakan awal perjuangan dan persatuan bangsa Indonesia. Para pemuda-pemudi tidak berjuang dengan cara mengangkat senjata dan berperang. Sebaliknya, mereka berjuang dengan cara memperbaiki pendidikan Indonesia. Cara ini disebut sebagai perjuangan yang moderat. 

Perjuangan yang moderat kerap dilakukan oleh pahlawan pejuang kemerdekaan di masa lampau. Pada saat itu, Jepang dengan sikap kekuasaannya yang otoriter datang ke Indonesia dengan harapan untuk menjadikan Indonesia sebagai negara pertahanan militer Jepang. Menjadikan sebuah negara yang sudah terjajah selama ratusan tahun lamanya sebagai sebuah negara pertahanan militer tidaklah mudah dan dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas. Oleh karena itu, Jepang mendirikan organisasi-organisasi yang bersifat membangun dengan tujuan untuk menjadikan rakyat Indonesia sebagai sumber daya manusia berkualitas. Akan tetapi, organisasi-organisasi tersebut dibubarkan setelah Jepang menyadari bahwa hal itu tidak menguntungkan pihak mereka dan justru menguntungkan bangsa Indonesia yang mendapatkan pengetahuan baru. Setelah itu, Jepang mengawasi ketat seluruh organisasi yang bersifat politik. Akibat dari pengawasan ketat Jepang terhadap organisasi dan tokoh-tokoh politik, lahirlah perjuangan secara kooperatif dari para pahlawan.

Perjuangan kooperatif adalah perjuangan yang dilakukan dengan cara berkompromi dan bekerja sama dengan pihak penjajah. Perjuangan jenis ini dilakukan oleh para pahlawan untuk menghindari kecurigaan dari pihak Jepang atas segala strategi yang direncanakan untuk meraih kemerdekaan. Hal ini ditunjukan pada saat Indonesia mengalami kekosongan kekuasaan saat negara Jepang diserang. Indonesia pada saat itu langsung mengklaim kemerdekaan atas negaranya. Dalam artikel ini, beberapa hal yang menjadi topik pembahasan adalah persatuan dari bangsa Indonesia serta perlawanan yang dilakukan, dampak dari persatuan bangsa Indonesia, dan respon Jepang terhadap perlawanan dan usaha yang dilakukan Indonesia untuk meraih kemerdekaan.

Sila ketiga dari Pancasila berbunyi "Persatuan Indonesia" dan mengindikasikan bahwa Indonesia adalah bangsa yang satu,  bangsa yang menempatkan persatuan, kesatuan, keamanan bangsa dari ancaman luar, serta kepentingan bangsa di atas kepentingan pribadi. Sebagai contoh konkret dari sila ini, dapat dilihat pada saat penjajahan di mana bangsa Indonesia bersatu untuk memperjuangkan kemerdekaan bangsa. Persatuan bangsa tidak didapatkan secara tiba-tiba, ada faktor pendukung yang menyebabkan adanya persatuan tersebut. Faktor pendukung tersebut adalah persamaan sejarah, persamaan nasib, persamaan budaya, persamaan wilayah (letak geografis), serta kesatuan asas kerohanian. Tidak hanya faktor pendukung, hal tersebut juga disebut sebagai prinsip-prinsip nasionalisme Indonesia menurut Notonegoro (2009). 

Persatuan bangsa Indonesia untuk pertama kalinya, yaitu saat Sumpah Pemuda dipengaruhi erat dengan fakta bahwa pemuda-pemudi saat itu merasakan ketidakpuasan terhadap diskriminasi yang terjadi di bidang pendidikan dan ekonomi, yang tidak memperbolehkan beberapa golongan untuk mendapatkan kesempatan untuk menempuh pendidikan. Karena ketidakpuasan tersebut, mereka berkumpul untuk merumuskan Sumpah Pemuda dan juga solusi dari masalah diskriminasi di bidang pendidikan dan ekonomi. Hal ini adalah salah satu contoh dari bagaimana persamaan nasib dan keadaan dapat membawa persatuan.


Persatuan yang didasari oleh persamaan nasib dan keadaan ditunjukan juga dalam perlawanan-perlawanan bangsa Indonesia terhadap Jepang. Secara natur, tidak ada yang suka dijajah. Hanya pihak yang menjajah saja yang merasakan manfaat dan keuntungan dari penjajahan. Respon terhadap penjajahan yang kerap ditemui dan dicatat di buku-buku sejarah maupun di kehidupan sehari-hari adalah perlawanan. Bangsa Indonesia juga meresponi penjajahan dan pendudukan Jepang dengan cara melawan. Ada dua cara perlawanan yang dilakukan yaitu melalui angkat senjata atau berperang, dan dengan cara yang moderat. Perlawanan bangsa Indonesia terhadap Jepang melalui perang tercatat di beberapa daerah seperti Aceh, Singaparna, Indramayu, Kalimantan, Irian/Papua. 

  • Aceh

Perlawanan Aceh terhadap pendudukan Jepang di Indonesia oleh karena masalah penyetoran hasil panen warga yang tidak adil kepada Jepang dan juga karena penyebaran tenaga Romusha. Dalam kata lain, kekejaman dari pemerintahan Jepang, terutama Romusha menyebabkan rakyat untuk melawan. Perlawanan ini awalnya dimulai dengan pergerakan dari rakyat dan santri-santri di sekitar Cot Plieng. Akibatnya, Jepang merasa pergerakan tersebut membahayakan sehingga mereka mencoba menyelesaikannya dengan upaya perdamaian, yang kemudian ditolak oleh warga. Tidak lama kemudian, Jepang menyerang sebanyak tiga kali dalam kurun waktu dua minggu dan bahkan membakar masjid di Cot Plieng. Setelah tindakan Jepang membakar Masjid dan merenggut kurang lebih 150 nyawa orang Aceh, rakyat setempat semakin marah dan benci kepada Jepang sehingga menyebabkan adanya perlawanan lagi. 

  • Singaparna

Rakyat Singaparna merasa bahwa kebijakan dari Jepang tidak sesuai dengan ajaran Islam dan sangat merugikan rakyat (tidak manusiawi) sehingga para rakyat merencanakan pemberontakan dan perlawanan. Mendengar hal tersebut, Jepang mengajak untuk berdiskusi untuk menawarkan perdamaian. Tetapi, karena sikap Jepang kepada rakyat Singaparna yang dinilai sombong dan angkuh, rakyat Singaparna tetap bertekad untuk menjalankan rencana awalnya yaitu melaksanakan pertempuran. Pertempuran itu terlaksana, meskipun hanya berdurasi satu jam. Meski begitu, nasib para pahlawan yang ikut bertempur berakhir tragis di tangan Jepang. 

  • Indramayu

Perlawanan dari rakyat Indramayu terjadi karena alasan yang serupa dengan dua daerah sebelumnya, Aceh dan Singaparna. Pada dasarnya, perlawanan itu terjadi akibat kebijakan dan perlakuan Jepang yang tidak manusiawi. Rakyat Indramayu memiliki prinsip yang memilih gugur saat melawan Jepang daripada meninggal karena kelaparan akibat kebijakan Jepang yang tidak masuk akal dan meminta rakyat untuk menyerahkan sebagian besar hasil panen. Sebagai hasil, Indramayu kalah jumlah dengan pasukan Jepang dan tidak mampu melawannya sehingga banyak rakyat yang gugur dalam pertempuran ini. 

  • Kalimantan

Kekejaman Jepang yang tidak manusiawi kembali menjadi penyebab utama terjadinya perlawanan di Kalimantan. Berbeda dengan perlawanan-perlawanan di  daerah lainnya, para pasukan di Kalimantan menggunakan strategi perang gerilya dan juga memanfaatkan alam sekitar seperti sungai serta rawa. Namun, pada akhirnya perlawanan ini berakhir gagal akibat kalah jumlah dan juga karena adanya mata-mata Jepang yang berasal dari Indonesia sehingga bisa dengan mudah menyusup dan memberitahukan taktik perang dan strategi Kalimantan ke pihak Jepang. 

  • Irian/Papua

Dalam menghadapi Jepang, Irian/Papua pada masa itu menggunakan strategi yang sama dengan Kalimantan yaitu strategi perang Gerilya. Meskipun seringkali dikalahkan oleh jumlah pasukan Jepang yang lebih banyak, Irian/Papua tetap gigih dalam mencapai kemerdekaan dari daerahnya. Pada akhirnya, Jepang akhirnya dikalahkan dan menyerah sehingga daerah Irian/Papua menjadi daerah yang paling pertama merdeka di Indonesia. 

Perlawanan daerah-daerah Indonesia terhadap Jepang melalui perang dan perlawanan secara fisik/angkat senjata sebagian besar mengalami akhir yang sama, yaitu daerah tersebut mengalami kekalahan. Faktor kekalahan umumnya karena kekurangan jumlah serta adanya mata-mata Jepang yang berasal dari Indonesia. Oleh karena itu, sebagai strategi, maka selanjutnya Indonesia bersatu untuk memperoleh kemerdekaan atas Indonesia dan berjuang atas nama Indonesia, bukan atas nama daerah masing-masing. Untuk memperoleh kemerdekaan tersebut, ada strategi baru yaitu strategi melakukan perjuangan secara kooperatif. Jepang pada saat itu banyak mendirikan organisasi-organisasi yang bersifat "janji palsu" untuk mendirikan kemerdekaan. Akibat dari adanya pengawasan ketat dalam hal politik, maka apa solusi lain yang lebih baik selain merencanakan kemerdekaan bangsa tepat langsung di bawah pengawasan Jepang? Dengan bergabung ke organisasi-organisasi buatan Jepang, maka Jepang tidak akan curiga sedikitpun tentang rencana-rencana atas kemerdekaan yang dibuat oleh para pahlawan. Contoh perjuangan kooperatif adalah sebagai  berikut:

  • Pergerakan Organisasi Politik 

Mengetahui seberapa besar pengaruh dari Bung Karno dan Bung Hatta, Jepang melihat hal tersebut sebagai sebuah kesempatan untuk melakukan propaganda. Dengan melakukan hal demikian, Jepang akan memperoleh posisi yang kuat akibat membesarkan hati rakyat Indonesia. Bung Karno dan Bung Hatta melihat kesempatan kerjasama ini sebagai sesuatu yang menguntungkan karena melalui ini, mereka mendapatkan akses untuk merencanakan kemerdekaan dengan lebih cepat dari sebelumnya. 

Pergerakan PUTERA dinilai untuk lebih efektif daripada usaha dalam membantu perang Jepang. Organisasi ini didirikan dengan tujuan untuk menggali dan memaksimalkan sumber daya manusia dari rakyat Indonesia untuk membantu Jepang dalam perang. Saat Jepang kalah di suatu perang, Jepang kehilangan banyak pasukan, maka didirikan BPUPKI untuk kemerdekaan dengan tujuan agar Indonesia suatu saat dapat membalas kebaikannya dengan membantu Jepang dalam perang. BPUPKI pada saat itu digunakan sebagai tempat para tokoh-tokoh nasional untuk bertukar pikiran mengenai kemerdekaan. Manfaat dari berjuang dalam organisasi adalah dapat mempersiapkan kemerdekaan secara terbuka tanpa menimbulkan kecurigaan dari pihak Jepang. 

  • Pergerakan Organisasi Militer

Tujuan awal Jepang datang ke Indonesia adalah untuk menjadikannya sebagai negara pertahanan militer dari Jepang. Saat itu, Jepang sedang berada dalam perang melawan sekutu sehingga membutuhkan pasukan dan tentara yang banyak. Sebab itu, didirikan sebuah organisasi yang memberikan pendidikan dan latihan semi militer. Dengan bergabungnya ke organisasi ini, rakyat Indonesia dapat mendapatkan pengetahuan yang berharga serta keterampilan untuk mengoperasikan senjata dan berperang. Organisasi-organisasi kemiliteran sangat banyak diminati dan tercatat bahwa terdapat 2 juta pemuda Indonesia yang mendapatkan pelatihan semi militer dari Jepang dalam organisasi-organisasi yang berbeda-beda. Berada dalam organisasi yang bersifat kemiliteran justru semakin membakar semangat nasionalis para pemuda yang ada di dalamnya. Contoh nyatanya adalah perlawanan dari PETA. Dalam perlawanan PETA, hal yang mendasari perlawanan tersebut adalah bagaimana menderitanya rakyat Indonesia di tangan Jepang. Sebagai bentuk protes kepada pemerintah Jepang, maka disusunlah rencana perlawanan yang dipimpin oleh Supriyadi. Dengan dibekali dengan senjata berupa mortir, senapan mesin, serta granat, Supriyadi dan teman-temannya mulai melancarkan aksinya. Saat diketahuinya rencana ini oleh pihak Jepang, maka pihak Jepang segera mengutus pasukannya untuk mengepung pertahanan dari pasukan PETA. Akan tetapi, karena kegigihan dari pasukan Supriyadi, maka Jepang memutuskan untuk berpura-pura menyerah dan mengajak diskusi anggota pasukan PETA untuk berdamai. Tetapi, tak lama setelah para anggota pasukan PETA memutuskan untuk berdamai, para tokoh dan anggota PETA ditangkap dan diadili di Mahkamah Militer Jepang yang berada di Jakarta.

Sebagai dampak nyata dari perjuangan kooperatif, dibekali dengan semangat juang yang tinggi, kemampuan militer dari yang didapat dari Jepang, serta pengalaman dan kesempatan untuk membahas kemerdekaan secara terbuka dalam organisasi, maka saat terjadi kekosongan kekuasaan di Indonesia (vacuum of power), para pemimpin-pemimpin pada saat itu segera mengklaim kemerdekaan atas Indonesia.  

Perjuangan Indonesia melawan Jepang terbagi menjadi dua, yaitu secara angkat senjata maupun secara berorganisasi. Keduanya sama-sama membawa dampak kepada bangsa Indonesia. Akan tetapi, perjuangan tidak akan bisa berhasil tanpa adanya persatuan dari bangsa Indonesia. Pada akhirnya, untuk mengklaim kemerdekaan, hal terpenting yang dibutuhkan adalah tekad yang kuat, semangat perjuangan dan nasionalisme yang tinggi, serta persatuan Indonesia. Respon Jepang terhadap perlawanan Indonesia untuk meraih kemerdekaan dapat terlihat dengan jelas, di mana Jepang selalu berusaha untuk menggagalkan upaya tersebut. Namun saat mengalami kekosongan kekuasaan, Indonesia tidak ragu untuk mengklaim kemerdekaan berkat Jepang yang mendirikan organisasi-organisasi sebagai wadah untuk mengembangkan pemikiran bangsa serta wadah untuk mempelajari teknik-teknik dasar dalam berperang yang kemudian menjadi cikal-bakal dari Tentara Nasional Indonesia (TNI). 

Melalui sejarah perlawanan bangsa Indonesia kepada Jepang, hal yang dapat diambil sebagai pelajaran adalah kegigihan dan kemampuan para pahlawan untuk berpikir secara inovatif sehingga bisa menghasilkan strategi yang membawa Indonesia menuju kemerdekaan. Oleh karena itu, penerapan dan komitmen yang dapat diambil adalah untuk terus gigih dan pantang menyerah, baik dalam pembelajaran maupun dalam setiap aktivitas yang dijalani. 

Daftar Pustaka

Hanafi. (2018). HAKEKAT NILAI PERSATUAN DALAM KONTEKS INDONESIA (Sebuah Tinjauan Kontekstual Positif Sila Ketiga Pancasila). JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN, 3(1). h

Sulistiyowati, A. (2020). "MODUL PEMBELAJARAN SMA: SEJARAH INDONESIA: PENDUDUKAN JEPANG DI INDONESIA".

Yasmis, Y. (2017). JEPANG DAN PERJUANGAN KEMERDEKAAN INDONESIA. Jurnal Sejarah LONTAR, 4(2). 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun