Dia juga bilang karena dia berhasil untuk meluapkan emosinya saat itu, ia menjadi lebih mudah untuk berdamai dengan keadaan. Ia bilang “ respon dari mereka bikin aku sadar, kalau menaruh ekspetasi terlalu tinggi terhadap seseorang itu gak baik. Dan aku juga sadar kalau jujur lebih cepat akan lebih baik, toh ujungnya kalau responnya sama aja sakitnya dua kali. Eh nahan lama-lama yang niatnya biar lebih tenang, responnya malah ga sesuai ekspetasi. Jadi dari situ aku belajar untuk tak berharap akan kondisi apapun. Jalani dan hadapi semuanya seperti air mengalir,ngalir aja gitu gausah ada harapan lebih.” Lagi dan lagi aku kagum melihat dia bisa setabah dan seikhlas itu dalam mengahadapi masalah,aku malu kadang masalah yang sepele, sering aku besar-besarkan. Sedangkan Khai,ia membalikan fakta itu,dan membuat masalah yang seharusnya besar terlihat seperti masalah yang kecil. Yang tentu saja bukan hal yang mudah untuk menghapinya dan menjalaninya.
Kehidupan Khai saat ini kurasa sudah cukup membaik. Meski harapan yang dulu pernah ada tak pernah terealisasikan, ia sudah ikhlas dan kembali menjadi Khai yang ku kenal dulu. Tawa dan canda yang selalu ia berikan kembali hadir, senyum yang dulu terasa sangat dingin sekarang kembali terasa hangat. Aku tahu pasti hati kecilnya masih menyimpan luka. Tapi,setidaknya ada sedikit beban yang ia lepaskan, ada sedikit harap yang akhirnya bisa ia lupakan. Khai dan aku yakin suatu saat nanti cerita ini akan menjadi pembelajaran untuk Khai dan untukku juga. Dan Khai selalu yakin kalau Allah telah menyiapkan kebahagiaan yang tak ada batas untuknya nanti. Ia yakin kesabaran ini akan terbalas oleh hal yang indah nantinya.
Bertahun-tahun Khai menahan kesedihan yang ia rasa. Dia adalah satu dari sekian banyak orang yang tetap tabah dan berhasil melewati masa sulitnya. Tapi,tak bisa dipungkiri kondisi seperti ini bukan hanya terjadi kepadanya, banyak orang yang kurang tabah dan akhirnya gagal hanya karena melihat kegagalan orang tuanya,banyak yang akhirnya terlalu larut dalam kesedihan dan melupakan bahwa itu bukan kesalahan mereka. Mereka yang ku maksud adalah anak-anak korban perceraian. Selain Khai yang mampu membuktikan ia tetap layak hidup dengan baik. Di luar sana, banyak anak korban perceraian yang melupakan bawasanya kehidupan mereka bukan hanya tentang orang tua mereka. Kehidupan mereka masih panjang dan harus mereka jaga. Seperti kasus Khai rasa egois dan keras kepalanya ia gunakan untuk membanya kearah yang positif. Menurutku ia tak jauh beda dari anak lain yang kabur dari rumah dan merusak hidupnya dijalanan, hanya saja Khai mencoba kabur dan mencari kesibukan yang akhirnya sama-sama membuat ia jauh dari keluarganya,tapi di arah yang baik dan menguntungkannya. Jadi semua kembali kepada anak tersebut, akan mereka bawa kemana kehidupan mereka selanjutnya. Aku juga sadar bergantung kepada orang lain bukanlah solusi untuk mengakhiri sebuah masalah.
Khai itu bagaikan bunga dandelion. Bunga dandelion dikenal sebagai bunga yang rapuh dan mudah terbang dibawa angin. Namun, dia bisa menjaga keutuhannya. Bahkan dalam keadaan terhempas angin dan bunganya tersebar sekalipun, bagian bunganya tidak rusak. Bunga ini begitu kuat menjaga diri. Selain itu, bunga dandelion juga tetap mampu mengikuti arah angin dan memberi keindahan kepada siapa saja yang melihat. Seperti Khai, meskipun ternyata ia sangat rapuh, ia tetap mampu memeberikan tawa kepada orang di sekitarnya. Ia tetap terlihat bagaikan sesorang yang berjalan tanpa ada beban di hatinya. Ia mampu menjaga kehidupannya dengan baik. Dan aku yakin tak ada satupun orang yang percaya bahwa selama ini ia menaruh luka.
Ditulis oleh :
Ligar Permas Adzrikhra
XII-MIPA 2
SMAN 1 PADALARANG
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H