[caption caption="Simulasi kanopi penutup bergaya jet tempur di mobil F1 terbaru. (ligaolahraga.com)"][/caption]Kecelakaan fatal Justin Wilson telah membuat para teknisi Formula Satu tergerak untuk bertindak cepat dalam menciptakan standar keselamatan yang lebih baik pada kokpit pengemudi. Namun menurut jurnalis freelance F1, Kate Walker, reaksi spontan dalam menjawab masalah ini bukanlah solusi.
Kematian Wilson bulan lalu telah menyebabkan perlindungan ekstra di kokpit pengendara menjadi perhatian masyarakat umum, yang menuntut para petinggi di badan F1 dunia (FIA) untuk segera memperkenalkan solusi yang bisa paling tidak meminimalkan kecelakaan yang sama di masa depan, solusi apapun.
Tuntutan untuk melakukan tindakan preventif dapat dimengerti dari sisi emosional jika mengingat betapa nyawa pembalap sangat terancam saat berlaga di lintasan. Tetapi solusi juga harus berdasarkan ilmu pengetahuan, penelitian dan bukti konkret bahwa yang akan dilakukan dapat benar-benar efektif.
Bila mengacu kepada dongeng balapan kura-kura dan kelinci, bergerak lambat tak akan bisa membuat siapapun memenangkan perlombaan. Tetapi ketika kita bicara tentang keselamatan pengemudi, lambat dan mantap adalah satu-satunya cara untuk bisa membalap dengan aman.
Konsep perlindungan kokpit bukan hal yang baru. Penelitian untuk menciptakan kanopi pentutup bergaya jet tempur telah dimulai sejak kecelakaan Henry Surtees dan Felipe Massa di tahun 2009, namun hal ini juga telah lama menjadi bahan perdebatan, mengingat efek negatif yang bisa ditimbulkan selain perlindungan itu tadi.
Pada awal abad ke-20, balapan Grand Prix tidak asing dengan kematian driver, yang terlempar keluar dari kokpit saat kecelakaan atau ketika menikung dengan kecepatan tinggi. Praktek seperti ini pernah dilarang di Eropa pada tahun 1924, menyusul kematian Tom Barrett di Spanyol.
Hingga kini, telah enam tahun sejak FIA melakukan penelitian awal untuk meningkatkan perlindungan pengendara di dalam kokpit. Namun penelitian tentang perlindungan kokpit, yang dianggap efektif pada pandangan pertama, sampai sekarang belum terbukti lebih baik dari apa yang telah ada.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H