Sigmund Freud, penemu psikoanalisis, membagi pikiran menjadi komponen-komponen. Ego adalah diri kita yang sadar. Itu mempertahankan kontak dengan eksternal dunia dan bertindak sebagai sensor terhadap impuls dari dalam yang mungkin bertentangan dengan aturan, norma, dan mandat dari dunia luar itu.
Id adalah ketidaksadaran, tetapi juga merupakan nama untuk "ke-itu-an" kita sendiri, milik kita pada sifat fisik, terutama pada dunia dorongan naluriah untuk bertahan hidup dan kepuasan.
Pemantau dalam diri kita yang mengawasi dorongan dan menjaganya tetap terkendali adalah superego, yang juga merupakan hati nurani kita, bahwa dalam diri kita yang memelihara rasa perilaku yang benar dan salah, perilaku yang dapat diterima dan tidak dapat diterima.
Kondisi manusia adalah konflik abadi antara dorongan dan keinginan Anda sendiri dan persyaratan yang dipaksakan oleh peradaban dan budaya.
Sinema dapat dilihat sebagai semacam mimpi kolektif, dan dengan demikian menerapkan metode interpretasi Freud pada film dapat mengungkapkan keinginan tersembunyi penulis, atau, yang lebih menarik, penonton, yang menggunakan film sebagai ruang fantasi untuk bermain. mengeluarkan keinginan mereka sendiri.
Psikoanalisis dalam Mulan II (2004)
Pada awal film dimulai tampak scene ketika Mulan mengajarkan kung fu pada anak-anak perempuan di desanya, dengan meniru keadaan alam. Pada bagian ini, penulis cerita sedang menunjukkan bahwa pada kenyataannya, ilmu kung fu memang mengikuti keadaan alam dengan menjadi lembut seperti rumput, mengalir seperti air.
Hal tersebut menunjukkan bahwa pemikiran para praktisi kung fu turut dipengaruhi oleh alam, sebab mereka menerapkan prinsip alam dalam latihan mereka.
Selanjutnya pada scene ketika Jenderal Shang sedang meragukan hubungannya dengan Mulan terjadilah konflik batin yang menimbulkan pemikiran negative dari Jenderal kepada Mulan.