Dilansir dari Metro Merauke yang dirilis pada tanggal 3 Desember 2020 dengan judul Masyarakat Kanum Gelar Ritual Adat Bersama Romanus Mbaraka. Ritual adat tersebut adalah ritual adat Goyang Misal yang dilakukan bersama dengan calon Bupati Kabupaten Merauke, Papua. Drs. Romanus Mbaraka, MT. Ritual adat ini dilaksanakan dengan ikut serta sembilan kampung yang disaksikan oleh ratusan masyarakat. Kepala Suku Kanum, Marthen Ndiken mengatakan, bahwa Romanus Mbaraka adalah Figur pemimpin bagi masyarakat Kanum dan memberikan dukungannya kepada Romanus Mbaraka. Oleh karena itu dirinya diundang dalam ritual adat Goyang Misal ini.
Identitas merupakan sebuah konsep multifaset, dinamis, dan abstrak yang memainkan peran integral interaksi komunikatif dalam kehidupan sehari-hari, khususnya dalam komunikasi antar budaya. Dalam suatu interaksi sosial, identitas dapat menjadi faktor penting dalam komunikasi antar budaya, sehingga diperlukan pemahaman yang menyeluruh mengenai kebudayaan tersebut. Secara tradisional, identitas ras terikat pada nenek moyang biologis seseorang yang menghasilkan ciri fisik yang serupa. Sebaliknya, etnis atau identitas etnis berasal dari rasa berbagi warisan, sejarah, nilai, perilaku serupa, daerah asal, dan dalam segi bahasa. (Samovar, 2014)
Dalam berita tersebut terlihat bahwa Romanus Mbaraka memiliki identitas budaya yang diakui dan didukung oleh Suku Kanum, sehingga berdasarkan pada kesamaan identitas budaya, mereka memberikan dukungannya kepada Romanus Mbaraka selaku calon Bupati. Dan Romanus dapat bergabung dalam ritual adat tersebut, sebagai bentuk pengahargaannya terhadap adat istiadat yang dianut. Secara tradisional, Romanus dan Suku Kanum memiliki identitas rasial yang sama dikarenakan berasal dari nenek moyang yang sama, dan ciri fisik yang sama. Secara etnis, keadaan wilayah Kabupaten Merauke menjadikan suatu kesamaan antara Romanus dan Suku Kanum, hal ini dikarenakan mereka memiliki historis yang sama dari daerah asalnya.
Melalui pesta rakyat Goyang Misal, menjadikan masyarakat adat Suku Kanum, terutama generasi mudanya menjadi semakin mengenal kebudayaan mereka, dan menumbuhkan rasa kecintaanya terhadap kebudayaannya. Seiring dengan kemajuan teknologi, adat istiadat Goyang Misal ini tidak mengalami hambatan, justru sebaliknya adat istiadat ini menjadi semakin berkembang dengan bertambahnya topik pembahasan dalam rapat adat.
Misal adalah sepotong kayu khusus yang ditanam pada area berkumpulnya beberapa marga tertentu sebagai tanda atau bukti bahwa beberapa marga yang ikut berkumpul telah melalui rapat umum dan menyepakati beberapa hal. Goyang Misal merupakan pesta rakyat, dimana masyarakat melakukan tari tarian dalam kegembiraan, hal ini dilakukan sebelum rapat adat dan setelah rapat adat, terutama setelah tercapai kesepakatan dari semua marga yang hadir, dan akan dipegang teguh oleh semua pihak dalam melaksanakan hasil keputusan rapat tersebut.
Proses rapat adat dilakukan dengan cara demokrasi, dimana para tetua adat berkumpul lalu duduk diatas tanah sebagai tanda bahwa semuanya memiliki derajat yang sama, kemudian akan saling mendengarkan dan memberikan masukan secara damai dalam suasana gembira dan saling mendengarkan dari semua pihak, menandakan sikap menerima dan memberi dalam kerahaman antara tua dan muda dalam suasana kekeluargaan dan penuh suka cita.
Masyarakat adat Marind biasanya melakukann rapat adat yang dilaksanankan dengan duduk diatas tanah tanpa menggunakan alas. Hal ini bersangkutan dengan hajat hidup orang banyak yang bermakna semuanya sama dan sederajat. Serta mendekatkan diri dengan alam, agar mendapatkan kekuatan dari alam atau bumi yang dipijak, sehingga rapat adat tersebut juga menyatu dengan tanah kelahiran, dan menghasilkan hasil rapat yang mengedepankan kepentingan umum.
Pesta rakyat Goyang Misal ini dilaksanakan dalam kurun waktu tertentu. Sebelum pelaksanaannya masyarakat adat dilarang menjaring udang dalam kurun waktu tertentu, karena dianggap udang sedang dalam proses bertumbuh, belum saatnya untuk panen, hal ini sesuai dengan kesepakatan, hal ini juga dapat dilaksanakan untuk beberapa hal lain seperti memanen kelapa atau berburu ke hutan. Inti dari kesepakatan ini adalah membuat sebuah pembatasan dalam mengambil hasil ketika belum saatnya panen.
Tujuan dari pelaksanaan pesta rakyat Goyang Misal ini adalah sebagai penanda bahwa masyarakat adat akan memulai rapat umum, kemudian sebagai penanda bahwa rapat adat tersebut telah selesai dengan hasil kesepakatan dari semua marga dalam mengatasi  suatu permasalahan yang berhubungan dengan lingkungan hidup masyarakat adat.
Seiring dengan perkembangan zaman tradisi ini tetap dapat terlaksana dan semakin berkembang dengan baik, dengan topik pembahasan rapat adat yang semakin beragam seperti pemilihan kandidat caleg, cabup, dan cagub. Tradisi ini juga menjadi sebuah sarana perjumpaan, berbagi informasi, dan berbagi kabar diantara para tetua adat yang berkumpul sehingga dapat mempererat rasa kekeluargaan. Sejauh ini generasi muda juga turut terlibat aktif dalam pelaksanaan tradisi ini, serta sebagai media pembelajaran dalam mengenal kebudayaannya, dan menambah relasi dengan saudara jauh dari berbagai kampung.
Daftar Pustaka
Metro Merauke. (3 Desember 2020). Masyarakat Kanum Gelar Ritual Adata Bersama Romanus Mbaraka. Diakses pada 15 Desember 2020.
Samovar, L. A., Porter, R. E., & MCDaniel, E. R. (2014). Komunikasi Lintas Budaya: Communication Between Cultures (ed. 7). Jakarta: Salemba Humanika.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H