Mohon tunggu...
Lifania Riski Nugrahani
Lifania Riski Nugrahani Mohon Tunggu... -

Muslim | 28July96 | Cerpenist | Novelist | Carilah akhiratmu tapi jangan lupakan duniamu | Manajemen SV UGM '13

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

My Happiness It’s You

21 Desember 2013   05:03 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:41 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dunia ini tak pernah lagi terasa indah bagi Fella, entah kenapa akhir-akhir ini hanya keheningan yang menyelimutinya, sejak kedua orangtuanya sering berselisih mulut membuat Fella tak nyaman berada di rumahnya. Seperti hari-hari biasanya Fella banyak menghabiskan waktunya di kamar, dengan buku-buku pelajarannya, dengan handphonenya, atau bermain di dunia maya dengan laptopnya. Suatu malam kejadian yang tidak ingin dilihat oleh Fella terjadi, Fella melihat ayahnya melemparkan tangan dipipi bundanya.

“Ayah!!” teriak Fella memperingatkan ayahnya, tapi peringatan dari Fella terlambat, bercak merah mulai terlihat di ujung bibir sang bunda. Fella merasakan kesakitan yang mendalam sama seperti bundanya, tanpa ia sadari air mata Fella yang terbilang langka mulai membasahi pipinya. Fella bergegas menghampiri bundanya yang jatuh lemas di lantai.

“Bunda, Bunda baik-baik saja?” tanya Fella penuh rasa khawatir. Bundanya hanya diam merasa malu pada anaknya karena melihat kedua orangtuanya dalam keadaan seperti ini. Air mata yang memenuhi kelopak mata Bunda Fellapun mulai jatuh.

“Ayah benar-benar keterlaluan, Fella benci ayah” kata Fella pada sosok laki-laki di depannya. Sementara Ayah Fella terkejut mendengar putri lembut dan pendiamnya berkata seperti itu, membuatnya mematung. Ayah Fella beranjak pergi dari rumah, sementara Fella dengan sekuat tenaganya ia membantu bundanya ke kamar.

“Bunda istirahat ya, Fella ambilin air es biar enggak bengkak” kata Fella sambil merebahkan tubuh bundanya dan menyelimutinya. Fella kembali dengan wastfle dan air es ditangannya, di usapkan kain itu perlahan di ujung bibir bundanya. Bunda Fella hanya diam mematung, tapi Fella tahu bahwa itu sangat sakit. Malam ini Fella membiarkan tubuhnya tidur disebelah bundanya.

***

Pagi ini Fella bangun tanpa mendapati bundanya, ia segera beranjak dari tempat tidur dan keluar dari kamar mencari bundanya.

“Bunda.. Bunda” panggil Fella, tak ada jawaban hanya kicauan burung pagi yang terdengar. Fella melirik jam dinding di ruang tamu.

“Lebih baik aku sarapan dulu” kata Fella dalam hati. Setibanya Fella di dapur ia melihat di atas meja makan sudah ada roti dan segelas susu. Perlahan Fella berjalan ke arah meja makan, dilihatnya sebuah memo kecil dengan kertas biru muda dan tinta hitam.

“Sayang, bunda minta maaf enggak bisa nemenin kamu sarapan, tapi sebelum berangkat sekolah roti dan susunya harus habis J bunda selalu sayang Fella” Fella hanya tersenyum kecil membaca memo dari bundanya. Ia segera duduk dan melahap roti serta susu yang sudah disiapkan oleh bundanya. Usai roti dan susunya benar-benar habis Fella bersiap pergi kesekolah. Dilihatnya wajahnya di cermin, ia terkejut melihat matanya yang sendu.

“Ahh kenapa ini mataku, pasti gara-gara nangis semalem” keluh Fella dalam hati. Ia mulai mengaduk-aduk isi lacinya, dan ia menemukan kaca mata dengan frame hijau muda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun