7.Teori empati dari martin hoffmanÂ
Teori empati Martin Hoffman adalah salah satu teori yang menjelaskan perkembangan empati pada manusia, terutama bagaimana empati berkembang sejak masa kanak-kanak hingga dewasa. Hoffman memandang empati sebagai kemampuan untuk merasakan emosi orang lain dan melihatnya sebagai proses perkembangan yang melibatkan aspek emosional dan kognitif. Menurut Hoffman, empati berkembang melalui berbagai tahap yang didukung oleh kemampuan kognitif dan pengalaman sosial individu. Berikut adalah penjelasan utama dari teori Hoffman:
Tahapan Perkembangan Empati Menurut Hoffman
Empati Global (0-1 Tahun)
Pada tahap ini, bayi merasakan distress (ketidaknyamanan) ketika melihat orang lain merasa tidak nyaman, tetapi belum dapat membedakan emosi orang lain dari emosinya sendiri. Misalnya, bayi mungkin menangis ketika mendengar bayi lain menangis.
Empati Egorsentris (1-2 Tahun)
Anak mulai memahami bahwa emosi orang lain terpisah dari emosinya sendiri, tetapi masih sulit untuk sepenuhnya memisahkan keduanya. Misalnya, seorang anak mungkin mencoba menenangkan orang lain dengan cara yang ia anggap menenangkan dirinya, seperti memberikan mainan favoritnya.
Empati untuk Perasaan Orang Lain (2-3 Tahun)
Pada tahap ini, anak semakin memahami bahwa orang lain memiliki perasaan dan perspektif yang berbeda dari dirinya. Anak mulai menunjukkan kepedulian yang lebih spesifik terhadap kebutuhan emosional orang lain.
Empati untuk Kondisi Hidup Orang Lain (Usia Sekolah dan Seterusnya)
Anak-anak yang lebih tua dan orang dewasa mampu memahami bahwa empati tidak hanya berkaitan dengan perasaan langsung seseorang, tetapi juga dengan kondisi kehidupan mereka secara keseluruhan. Misalnya, mereka dapat merasakan simpati terhadap seseorang yang mengalami kemiskinan atau ketidakadilan, meskipun mereka tidak melihat penderitaan tersebut secara langsung.
Aspek Utama dalam Teori Hoffman
Hoffman juga menekankan mekanisme pengembangan empati, termasuk:
Empathy arousal (pemicu empati): Hal-hal yang merangsang empati seperti ekspresi emosional orang lain atau situasi yang terlihat menyedihkan.
Pengaruh sosial: Lingkungan, pola asuh, dan norma sosial membantu membentuk empati.
Moral internalization: Empati menjadi dasar bagi perkembangan moral, di mana seseorang tidak hanya merasakan emosi orang lain tetapi juga bertindak untuk membantu mereka berdasarkan prinsip moral.
Implikasi Teori
Teori ini penting untuk memahami bagaimana empati mendukung interaksi sosial dan perilaku prososial, seperti membantu, berbagi, dan peduli terhadap orang lain. Hoffman juga menunjukkan bahwa empati memiliki peran kunci dalam pengembangan moralitas manusia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H