Pagi yang cerah di Kersik Tuo, matahari yang bersinar indah membangunkanku dari tidur yang lelap, dengan semangat pagi aku bangun kemudian bergegas menjemur perlengkapan yang basah karena hujan pada saat turun dari kerinci kemarin. Termos, gula, teh dan kopi sudah tersedia di depan kami pagi itu, tinggal diolah untuk dijadikan sarapan, dan menu kami adalah pisang goreng + teh hangat. Setelah sarapan saya mandi, packing, dan bersiap-siap untuk berangkat ke danau gunung tujuh. [caption id="" align="aligncenter" width="303" caption="foto bareng sebelum meninggalkan basecamp"][/caption] Sekitar pukul 09.30 akhirnya dapatmobil yang langsung masuk ke pos jaga yang berada di kaki gunung. Kami segera pamitan dan berterimakasih pada tuan rumah dan juga pada teman-teman dari Depok yang kemarin muncak bareng di gunung kerinci. Setelah itu kami bertiga yakni saya, mol, dan rangga berangkat menuju desa pelompek kecamatan Kayu Aro, diperjalanan kami minta pak sopir mampir disalah satu warung untuk belanja logistik, kebetulan pak sopirnya akrab sama rangga. Kemudian kami lanjut menuju pos jaga yang letaknya dikaki gunung tujuh. Tiba di pos sekitar pukul 10.20 disana sudah nampak si andri berdiri di depan pos dia menunggu karena sebelumnya kami sudah janjian akan jalan bersama ke danau gunung tujuh. [caption id="attachment_283662" align="aligncenter" width="380" caption="Keindahan Danau Gunung Tujuh yang hanya bisa kami lihat dari puncak, 2 tahun lalu"]
[/caption]
Secara ilmiah Danau Gunung Tujuh merupakan danau vulkanik yang terbentuk akibat kegiatan gunung berapi di masa lampau. Danau ini berada pada ketinggian 1950 Mdpl dan merupakan danau tertinggi di Asia Tenggara dengan ukuran panjang 4,5 km dan lebar 3 km. Lokasinya berada pada Desa Pelompek, Kecamatan Kayu Aro, Kabupaten Kerinci, Jambi. Karena letaknya di atas gunung, menjadikan suasana danau masih asri dan alami. Danau ini juga digunakan sebagai sumber mata pencaharian nelayan setempat.
Danau Gunung Tujuh merupakan perjalanan tertunda 2 tahun lalu, karena waktu yang sangat sempit saat itu maka kami harus pulang dengan harapan suatu saat nanti dapat kembali mendaki gunung kerinci lagi sekaligus danau indah "Gunung Tujuh" yang hanya sempat kami lihat dari puncak kerinci. Alhamdulilah terkabulkan, diluar dugaan antara percaya dan tidak, saya berada di kersik tuo lagi (dejavu) tepatnya dikaki gunung kerinci bersama teman-teman meskipun dengansuasana yang sedikit berbeda.
[caption id="attachment_283663" align="aligncenter" width="367" caption="Keindahan Danau Gunung Tujuh nampak dari Tugu Yuda "]
[/caption] Setelah mandi, makan siang dan packing kami bersiap-siap untuk berangkat menuju danau. Tepat pukul 13.00 setelah berdoa bersama, kami berangkat meninggalkan pos jaga menuju danau gunung tujuh, berjalan disiang hari dengan kondisi jalur pada titik start pendakian benar-benar terbuka dan teriknya matahari begitu terasa membakar untung saja masih landai, saya berjalan tanpa henti kemudian melewati perkebunan penduduk, memasuki kawasan hutan dengan keragaman flora dan faunanya, disini barulah kutemukan tempat yang adem untuk beristirahat. Panas yang luar biasa menguras tenaga hingga keringat bercucuran dan dehidrasi melanda. Inilah tantangan berjalan siang dan secara perlahan jalurpun mulai menantang dengan tanjakan-tanjakan yang lumayan membutuhkan tenaga ekstra. You-C1000 segera membasahi tenggorokan ini kemudian kami melanjutkan perjalanan, Mol dan Rangga berjalan di depan sedang saya berjalan sedikit santai sambil bercerita bersama Andri (salah satu teman dari sekber kerinci yang menemani kami pada pendakian pertama menuju puncak kerinci dan beliau sudah seperti adik kami). Setelah 3 jam berjalan sampailah kami di danau. Nampak hamparan gunung yang terlihat indah dari kejauhan, segarnya udara pegunungan, panorama hijau, dan air yang jernih benar-benar menyuguhkan keindahan yang luar biasa dan membuat kita betah menikmati pemandangannya. [caption id="attachment_283670" align="aligncenter" width="448" caption="Inilah danau gunung tujuh itu yang kemarin hanya kulihat dari gunung kerinci"]
[/caption] Subhanallah..rasanya ingin teriak, saya segera berlari kecil menuju batu besar yang ada di tepi danau walau keliatan licin tapi andri meyakinkan saya untuk bisa memanjati batu tersebut,dan darisini saya menikmati keindahan danau sambil berucap dalam hati Alhamdulilah saya sudah berada disini, danau yang kemarin cuma bisa saya liat dari gunung kerinci. Waktu sudah sore saat itu dan kami harus segera cari tempat camp untuk mendirikan tenda.
Danau ini dikelilingi oleh tujuh puncak gunung disekitarnya yakni : Gunung Hulu Tebo ( 2.525 Mdpl), Gunung Hulu Sangir (2.330 Mdpl), Gunung Madura Besi ( 2.418 Mdpl), Gunung Lumut yang ditumbuhi berbagai jenis lumut (2.350 Mdpl), Gunung Selasih (2.230 Mdpl), Gunung Jar Panggang (2.469 Mdpl), dan Gunung Tujuh (2.735 Mdpl), itulah sebabnya diberi namaDanau Gunung Tujuh. Tempat yang sangat strategis untuk tenda kami, hanya ada saya, mol, rangga dan andri, bisa berburu kepiting sesukanya tanpa ada yang menggangu. Sore itu setelah tenda hampir selesai terpasang tiba-tiba hujan mengguyur kami, saya dan mol segera masuk tenda kemudian mengamankan barang-barang, sedang andri dan rangga tetap bertahan diluar sana memasang flysheet tenda se-safety mungkin demi keamanan dan kenyamanan, mereka rela hujan-hujanan diluar sana. Setelah itu mereka masuk tenda, ganti pakaian kemudian ngopi bareng, persaudaraan dan keakrabanpun semakin terasa, Rangga yang masih sungkan pada pendakian kerinci kemaren sekarang sudah bisa bercanda dan tertawa lepas bersama kami. Malam hari setelah hujan reda semua sibuk dengan urusan masing-masing, molyanti keluar tenda ditemani oleh si rangga berburu kepiting yang merupakan salah satu makanan favoritnya karena itu dia sangat senang ketika Rangga menginfokan bahwa ada kepiting disekitar danau. Mereka mencari kepiting di tepi danau yang tidak jauh dari tenda, sedang Andri berusaha membuat api unggun dengan menggunakan kayu yang Rangga dapatkan tadi sore namun sayang sekali kayunya sedikit basah karena hujan tadi, dan saya sendiri di dalam tenda mendengar musik sambil jaga lilin, kalau lilinnya mati kasihan mereka (mol, rangga, dan Andri) mereka pasti tidak mendapatkan kepiting yang ada juga mereka dimangsa (sambil senyu-senyum sendiri).
[caption id="attachment_283679" align="aligncenter" width="461" caption="kepiting di tepi danau.."]
[/caption]
[caption id="attachment_283680" align="aligncenter" width="466" caption="berusaha membuat api unggun.."]
[/caption] Teriakan yang heboh dari mol dan Rangga mulai terdengar mereka mendapatkan banyak kepiting, kebetulan diseberang sana jarak tempuh 15 menit dari tempat kami ada sekelompok PA juga yang lagi camp terdiri dari anak Jakarta, Padang, dan ada 1 orang juga dari Makassar. Teriakan mol dan rangga memecah keheningan malam, mereka teriak sekeras mungkin biar tenda tetangga yang cukup jauh mendengar dan ikut bergabung berburu kepiting malam itu, namun tidak ada jawaban dari mereka. Sayapun penasaran dan bergegas keluar tenda tapi lilinnya tetap kubawa meskipun menggunakan headlamp, woww kepitingnya kecil-kecil tapi lumayan berisi. Kemudian saya menuju tempat si andri yang sedang tetap berusaha membuat api unggun meski belum kelar-kelar juga dari tadi, gimana mau nyala anginnya lumayan dan kayunya juga basah tapi saya tetap membantu dan menyemangatinya berharap akan ada keajaiban hingga apinya bisa nyala, hahaa.. Malam itu sangat gelap, tidak ada bintang hanya ada cahaya lilin dan headlamp, semua sibuk dengan aktifitas masing-masing. Karena apinya tidak kunjung nyala terpaksa saya stel musik dari hp rangga sambil memandangi mol dan rangga yang sedang berburu kepiting. Danau yang begitu luas dan hari yang semakin malam tak juga hening dengan keributan rangga dan mol bersama kepitingnya. Akhirnya pencarian kepiting telah selesai waktunya memasak dengan bumbu ala kadarnyaoleh chef Molyanti, Aromanya yang begitu sedap membuat kami lapar, namun rangga, saya dan andri tidak terlalu hobby makan kepiting meski demikian saya dan andri tetap mencicipi sedikit, dan merasakan kepiting danau gunung tujuh yang dimasak oleh chef yang handal meski dengan bumbu alakadarnya namun aromanya sangat menggoda. Sambil makan kami bercerita dan juga tertawa sesukanya di dalam tenda seolah danau milik kami, hingga selesai makan satu persatu tumbang dan tidak tidak lama kemudian terdengarlah suara dengkuran yang entah dari "SB" siapa. Masak kepiting di dalam tenda dengan bumbu ala chef Mol Selamat Pagi Danau Gunung Tujuh, Udara pagi yang begitu segar, pemandangan dan suasana danau yang begitu mendamaikan hati. Aktifitas pagi dimulai dengan beres-beres tenda persiapan logistik untuk sarapan kemudian mol mengeluarkan matras lalu berjalan menuju tepi danau disana dia mulai masak-masak. Setelah kopi siap kami berempat kembali ngopi sambil ngerumpi masih seperti kemaren danau serasa milik kami dengan keributan yang kami, sesekali eksis dengan mengabadikan gambar di danau yang indah ini sambil menunggu pak nelayan yang tidak kunjung datang. Karena terpesona dengan kejernihan air danau ini saya mengajak mereka mandi tapi ga ada yang mau terpaksa saya mandi sendiri menikmati segarnya air danau yang jernih ini. Kami lama bercerita sambil makan-makan dan sambil menikmati keindahan danau ini hingga tanpa terasa sudah pukul 11.00dan kami baru menyadarinya setelah hujan memaksa kami untuk beranjak dari tepi danau dan kembali masuk ke tenda. Gemercik hujan tidak mengalahkan suara tawa kami karena didalam tenda session paling seru yakni curhat, saling mengejek dan gosipin orang, semuanya akan menjadi kenangan yang tidak terlupakan di danau ini. [caption id="" align="aligncenter" width="384" caption="Menyambut Pagi di Danau"][/caption] Sarapan sambil menunggu kedatangan pak nelayan Kami beranjak meninggalkan danau sekitar pukul 13.00 setelah packing dan doa bersama. Disepanjang perjalanan sudah tidak ada teman yang camp tinggal kami berempat, langkah kami percepat dan tanpa rest dengan harapan bisa cepat sampai karena mobil sudah menunggu kami di kaki gunung. Kami tiba di pos sekitar pukul 15.00 tapi alangkah kecewanya karena mobil yang menunggu kami sudah berangkat bersama teman-teman yang kemaren ditawari berburu kepiting oleh mol dan rangga. Setelah hampir 30 menit di pos ini akhirnya ada juga mobil yang mau masuk menjemput kami dan mengantar hingga ke sungai penuh (Sekber Kerinci), disanalah kami nginap sebelum balik ke makassar pada keesokan harinya. Demikianlah Perjalanan tertunda kami di danau gunung tujuh, waktu 1 malam tidak cukup, banyak cerita lucu yang akan menjadi kenangan kami bersama danau ini. Meskipun rasanya ingin berlama-lama menikmati keindahan danau ini namun kami harus segera pulang dan kembali menjalani rutinitas seperti biasa. Terima kasih buat teman-teman di Sekber Kerinci dan teman-teman KPA Jejak Kerinci yang sudah menjamu kami disana, dan terimakasih khusus buat Rangga dan Andri yang sudah menemani dan membuat perjalanan kami menjadi lebih seru.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Travel Story Selengkapnya