Ku perpikir dalam galauku sekejab
Kau akan tersenyum sembari berkata
‘Aku hanya bercanda’
Badik itu kau bawa lari dihadapanku
Tanpa alasan aku tak dapat mengelak
Raut wajahmu memang bukan pertanda gurau
Sesaat saja aku berharap itulah mimpi buruk
Tapi bukan kenyataannya
Matamu melotot buatku terpojok
Apa salahku?
Badik itu telah menusuk tubuhku
Dan kau berkata untuk terakhir kalinya
‘Ini saatnya kita berpisah’
Karena demikianlah janji kit sehidup semati
Aku hidup dan kau mati
Sebagai imbalan perbuatanmu
Kau telah punya wanita lain
Tapi sekarang bukan wanita yang kau punya
Tapi maut
Lumba-lumba, 20 Juli 2011, pk. 19.10
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H