Judul resensi
Sejarah Perjuangan Panglima Besar Reteh Tengku Sulung Welawan Belanda Tahun 1799-1858
Identitas buku
Penulis             : Drs H.Rustam S. Abrus, dkk
Editor              : Tim Inparasa
Desain Sampul     : Cindyawan
Tahun Terbit       : 2015
Halaman           : xxxii +92
Ukuran Buku       : 14,8 x 21cm
ISBN Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â : 978-979-3435-79-1
Penyusunan dan penulisan materi "Sejarah Perjuangan Riau tentang Panglima Besar Retch Tengku Sulung" ini merupakan ramuan dari berbagai sumber yang telah ada yaitu Sejarah Riau, hasil suntingan Drs. Muchtar Lutfi, dan kawan-kawan, terbit tahun 1977, buku Sejarah Lokal Riau, susunan Prof. Suwardi Ms dan kawan-kawan, terbit tahun 2014, Tokoh-Tokoh dalam Sejarah Kepahlawanan Riau oleh Suwardi Ms, tahun 2006. Sejarah Perlawanan terhadap Imperialisme dan Kolonialisme di Riau, oleh Drs. Suwardi Ms, dkk., Proyek IDSN, Depdikbud Dirjarah dan nilai Tradisionil, Jakarta; tahun 1984/1985; buku tentang Panglima Besar Reteh Tengku Sulung oleh Drs. Rustam S. Abrus dkk., serta sumber-sumber lainnya yang mampu memperkaya  tulisan ini.
Pengertian Sejarah Riau
Pengertian Riau yaitu masa lampau dari manusia dan masyarakat yang mendiami wilayah yang dikenal dengan provinsi Riau yang didirikan berdasarkan UU Darurat RI no. 19 yang ditandatangani tanggal 9 Agustus 1957 dan dikukuhkan dengan UU no. 61 tahun 1960. Kondisi provinsi Riau berubah setelah pemekaran menjadi dua provinsi yaitu provinsi Riau dan Provinsi Kepualauan Riau pada tahun 2004. Sejarah yang dilalui oleh Riau sejak masa pra- sejarah, masa kuno mulai berdiri kekuasaan kerajaan. diantaranya kekuasaan Kemaharajaan Melayu Riau, dan pada masa tertentu melahirkan seorang tokoh dari Kemaharajaan Melayu Riau yaitu Raja Kecik/Kecil putra Sultan Mahmud Syah 11 (Sultan Mahmud Mangkat di Julang) mendirikan kerajaan Stak seterusnya kerajaan Siak mampu memperluas kekuasaannya dengan 12 jajahan sampai ke Temiang di Aceh dan Sambas di Kalimantan Barat. Kejayaan itu semakin memuncak masa Sultan Syarif Kasim II. termasuk usaha beliau menghadapi kekuasaan penjajah Belanda dan pada masanya Sultan Syarif Kasim yang berjiwa kebangsaan (nasionalis) mampu mendeklarsikan untuk mendukung proklamasi RI dan menyerahkan Tahta dan Tarta kekayaan kepada NKRI secara sukarela, ikhlas langsung kepada Presiden dan Wakil Presiden RI di istana kepresidenan RI di Jogyakarta..
Perang Reteh adalah perang rakyat Indonesia di Reteh, Indragiri Hilir di bawah pimpinan Panglima Besar Reteh Tengku Sulung melawan pasukan Belanda. Waktu itu Reteh adalah bagian dari pada wilayah Kerajaan Riau-Johor-Pahang yang masih dilanda suasana pancaroba, akibat menderita kekalahan dari Belanda dalam Perang Riau tahun 1784, di mana Yang Dipertuan Muda Riau Raja Haji Fisabilillah, seorang tokoh pemersatu yang kharismatik gugur sebagai pahlawan.
Tengku Sulung adalah seorang pejuang kemerdekaan yang memfokuskan perlawanannya terhadap kolonial Belanda di daerah Reteh/Sungai Batang. Tengku Sulung sendiri diperkirakan lahir di Lingga, Kepulauan Riau. Sejak Kecil, Sulung dididik dengan ajaran Islam yang ketat. Pemahamannya tentang Agama Islam membuatnya tidak suka dengan Belanda. Bahkan Dia tidak mau bekerjasama dengan Belanda dalam bentuk apapunTengku Sulung memperoleh kedudukan sebagai Panglima Besar Reteh setelah Sultan Muhammad, Sultan Lingga yang berkuasa di Reteh Waktu itu Sulung tidak mau tunduk pada Sultan) Sulaiman yang diangkat oleh Belanda untuk kawasan yang sama, menggantikan Sultan Mahammad. Semula Tengku berkedudukan di Kotabaru Hulu Pulau Kijang sekitar 16 mil dari Pulau Kijang.
Di Desa ini Tengku Sulung membangun Benteng yang kelak ditandai dengan adanya Desa Benteng. Sungai Batang, Indragiri Hilir di Hulu Sungai Batang. Dibenteng itulah pertahanan Tengku Sulung dan pasukannya dalam melawan Belanda Perjuangan Tengku Sulung dan Pasukannya terhenti setelah Belanda membawa Haji Muhammad Thaha, juru tulis Tengku Sulung yang sebelumnya tertangkap oleh Belanda di Kotabaru. Tengku Sulung pun di ultimatum oleh Residen Belanda supaya menyerah kepada Komandan Ekspedisi. Akibatnya penyerangan pada 7 November 1858, banyak menewaskan rakyat Reteh dan Tengku Sulung sendiri juga ikut tertembak di bagian,leher oleh pasukan Belanda.
Keunggulan buku
Perjuangan Panglima Besar Reteh Tengku Sulung merupakan bagian integral dari perjuangan bangsa Indonesia dalam mempertahankan integritas wilayah Republik Indonesia. Semangat patriot, pantang menyerah melekat disanubarinya sampai pada titik darah terakhir, mempertahankan harkat dan martabat bangsa dan agama. Maka sudah selayaknya untuk dikukuhkan sebagai Pahlawan Nasional Indonesia. Bahasanya sudah menggunakan Bahasa modern dan Bahasa Indonesia dengan sempurna, jalan ceritanya asik dan cukup menarik dengan dan sudah bisa membuat sang pembaca dapat mengetahui jalan ceritanya
Kekurangan bukuÂ
Dari buku ini terdapat menurut saya kekurangan seperti tempat kejadian dari buku ini, gambar-gambar halaman yang disajikan dalam buku ini tidak berwarna padahal jika dibuat berwarna akan lebih mencerahkan dan menarik Sebagian gaya anak remaja yang cenderung menyukai media gambar dan filim
PenutupÂ
Pejuangan yang telah dilakukan oleh Panglima Besar Retch Tengku Sulung yang telah dilakukannya dalam melawan Belanda pada hakikatnya, merupakan cerminan rasa cinta dan kesetiaan kepada Sultan Mahmud Muzaffar Syah yang telah dimakzulkan Belanda. Semangat nasionalisme yang dimilikinya juga diartikan sebagai rasa bencinya terhadap Pemerintahan Belanda di tanah Kemaharajaan Melayu.
Penulis              : Lidya Veronika (Mahasiswi Pendidikan Sejarah)
NIM Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â : 1905124298
Dosen pengampu    : Piki Setri Prenanta, Mpd
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H