Stevia, pemanis alami yang berasal dari tanaman Stevia rebaudiana, telah menarik perhatian besar dalam beberapa tahun terakhir. Kemampuannya memberikan rasa manis tanpa kandungan kalori menjadikannya sebagai alat potensial untuk mengelola diabetes dan mendukung kesehatan secara keseluruhan. Namun, pertanyaannya adalah: Apakah stevia benar-benar solusi untuk mencegah diabetes, atau hanya tren kesehatan yang mengikuti minat konsumen terhadap produk alami?
Apa Itu Stevia?
Stevia adalah pemanis berbasis tumbuhan yang berasal dari Amerika Selatan, di mana ia telah digunakan selama berabad-abad dalam pengobatan tradisional. Rasa manisnya berasal dari steviol glikosida, senyawa yang diekstraksi dari daun tanaman ini. Glikosida ini memiliki tingkat kemanisan 200–300 kali lebih tinggi dibandingkan gula tetapi tidak mengandung kalori. Kemampuan stevia memberikan rasa manis tanpa meningkatkan kadar gula darah menjadikannya alternatif menarik bagi gula dan pemanis buatan, terutama bagi mereka yang mengelola diabetes atau berat badan.
Hubungan Stevia dengan Pengelolaan Diabetes
Penelitian menunjukkan hasil yang menjanjikan terkait peran stevia dalam mengontrol kadar gula darah. Menurut sebuah studi yang diterbitkan di International Journal of Nutrition Sciences (IJNS), stevia aman untuk penderita diabetes dan berpotensi memiliki manfaat terapeutik jika digunakan dalam dosis terkendali. Studi tersebut menyoroti bahwa stevia dapat meningkatkan sensitivitas insulin, membantu tubuh mengatur kadar glukosa dengan lebih efektif.
Selain itu, sebuah artikel di ScienceDirect meneliti dampak metabolik konsumsi stevia. Hasilnya menunjukkan bahwa sifat unik stevia dapat membantu menurunkan kadar glukosa darah setelah makan (postprandial) baik pada individu dengan diabetes maupun yang tidak. Bahkan, stevia dilaporkan dapat menurunkan kadar glukosa darah hingga 35% dalam uji coba manusia, menunjukkan potensinya sebagai intervensi diet untuk mencegah diabetes.
Namun, meskipun temuan ini menggembirakan, para ahli memperingatkan bahwa diperlukan lebih banyak studi jangka panjang untuk mengonfirmasi efek stevia dalam jangka panjang dan efektivitasnya dalam pencegahan diabetes.
Manfaat Kesehatan Lain dari Stevia
Selain potensinya dalam pengelolaan diabetes, stevia menawarkan manfaat kesehatan lainnya. Stevia memiliki sifat antioksidan dan antiinflamasi, yang mungkin berkontribusi pada peningkatan kesehatan kardiovaskular. Selain itu, stevia tidak menyebabkan kerusakan gigi, menjadikannya alternatif yang menarik bagi mereka yang peduli dengan kesehatan mulut.
Keuntungan lain yang patut diperhatikan adalah kompatibilitas stevia dengan tujuan pengelolaan berat badan. Karena tidak mengandung kalori, stevia dapat membantu seseorang mengurangi asupan kalori total tanpa mengorbankan rasa manis. Bagi mereka yang berisiko obesitas—faktor utama penyebab diabetes tipe 2—stevia dapat menjadi alat yang berharga untuk menjaga berat badan yang sehat.
Tren Konsumen dan Popularitas Stevia
Pasar global stevia telah mengalami pertumbuhan yang signifikan, didorong oleh preferensi konsumen terhadap bahan alami berbasis tumbuhan dan meningkatnya kesadaran akan diabetes. Menurut penelitian pasar, industri stevia diproyeksikan tumbuh dari $0,83 miliar pada tahun 2023 menjadi $1,48 miliar pada tahun 2028. Pertumbuhan ini didorong oleh meningkatnya permintaan akan alternatif gula yang lebih sehat, terutama dalam produk minuman, camilan, dan makanan panggang.
Namun, popularitas ini juga memunculkan kekhawatiran bahwa manfaat stevia mungkin dibesar-besarkan. Kritikus berpendapat bahwa penekanan pada stevia sebagai bahan “ajaib” dapat mengalihkan perhatian dari pentingnya pola makan seimbang dan perubahan gaya hidup secara keseluruhan dalam mencegah dan mengelola diabetes.
Risiko dan Kesalahpahaman Potensial
Meskipun memiliki banyak kelebihan, stevia bukan tanpa keterbatasan. Beberapa studi melaporkan ketidaknyamanan pencernaan pada individu yang mengonsumsi stevia dalam jumlah besar. Selain itu, meskipun stevia tidak meningkatkan kadar gula darah, ketergantungan berlebihan pada pemanis—baik alami maupun buatan—dapat memperkuat keinginan terhadap rasa manis dan menghambat upaya mengurangi konsumsi rasa manis secara keseluruhan.
Ada juga risiko kebingungan di antara konsumen terkait status alami stevia. Banyak produk stevia yang tersedia secara komersial telah diproses secara berlebihan dan dicampur dengan pemanis lain, yang dapat mengurangi manfaat kesehatannya. Konsumen harus membaca label produk dengan hati-hati untuk memastikan mereka memilih produk stevia murni atau yang diproses secara minimal.
Kesimpulan
Stevia memiliki potensi sebagai bahan alami untuk mengelola kadar gula darah dan mendukung gaya hidup yang lebih sehat. Profil nol kalorinya dan dampak glikemik rendah menjadikannya pilihan menarik bagi individu dengan diabetes atau mereka yang berisiko mengembangkan kondisi tersebut. Namun, stevia bukan solusi tunggal. Untuk sepenuhnya memanfaatkan manfaatnya, stevia harus diintegrasikan ke dalam pendekatan kesehatan yang komprehensif yang mencakup pola makan seimbang, olahraga teratur, dan panduan medis.
Meskipun popularitas stevia mencerminkan pergeseran yang lebih luas menuju pilihan yang alami dan sadar kesehatan, penting untuk tetap kritis dalam penggunaannya. Penelitian yang ada, meskipun menjanjikan, menekankan perlunya studi lebih lanjut untuk mengonfirmasi efektivitas dan keamanannya dalam jangka panjang. Pada akhirnya, apakah stevia menjadi alat yang revolusioner untuk mencegah diabetes atau sekadar tren kesehatan sementara tergantung pada bagaimana konsumen dan komunitas kesehatan terus memahami dan memanfaatkannya.
Dengan menyeimbangkan wawasan berbasis bukti dengan penerapan praktis, stevia dapat menjadi lebih dari sekadar tren—melainkan bagian dari strategi berkelanjutan untuk meningkatkan kesehatan.
Sumber:
https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S1056872712002802
https://www.ajol.info/index.php/ajfand/article/view/163660
https://ijns.sums.ac.ir/article_46546.html
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H