Mohon tunggu...
Lidon Siagian
Lidon Siagian Mohon Tunggu... Wiraswasta - Berbagi dan melayani

Salt and light of the world

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Setan Ada yang Ikut, tetapi Kebanyakan Hanya sebagai Petugas Antar Jemput

6 Juni 2021   07:40 Diperbarui: 6 Juni 2021   07:41 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Dua bulan yang lalu,  ketika saya naik pesawat terbang dari Balikpapan kembali ke Jakarta.  Karena kondisi pandemi covid 19 semua penumpang yang naik pesawat wajib terlebih dahulu diswab/PCR dan melaporkan Surat keterangan dari klinik ke pihak bandara sebelum check in.  

Saya perhatikan sejak mengantri   untuk chek pelaporan  antigen banyak penumpang yang terkesan berebutan untuk antri.

Apakah mereka tergesa gesa karena takut terlambat check in dan ketinggalan pesawat?. Tetapi perkiraan saya tidak,  karena sebelumnya sudah diinfokan bahwa 1 jam atau 2 jam sebelum boarding harus sudah check in untuk keperluan pemeriksaan dokumen.

Saat saya masuk ke waiting room, sudah banyak penumpang duduk santai,  pesawat baru akan berangkat 90 menit lagi.  Saat ada aba aba dari petugas untuk siap siap untuk boarding, penumpangpun antri.

Semua tergesa gesa seakan berlomba ingin naik cepat  duluan naik pesawat. Apakah mereka ini semua baru pertama kali naik pesawat,  kelihatannya sangat antusias dan buru buru.  Bahkan kuperhatikan ada yang saling mendahului.  Petugas pemeriksa ticket hanya 2 orang, di  sebelah kiri dan di sebelah kanan.  Sewajarnya  antrian hanya 2 baris, tetapi barisan yang terbentuk sudah menjadi 3 baris sampai petugas mengarahkan untuk  kembali membentuk antrian 2 baris.

 Saat saya memasuki pesawat,  seketika saya tertahan di pintu pesawat karena di dalam pesawat sudah 'macet', ada beberapa penumpang  kesulitan memasukkan barang bawan ke dalam bagasi dan terpaksa dibantu  pramugari. Saat semua penumpang sudah dalam pesawat, kebanyakan sudah terdiam ditempat duduk,   hanya ada beberapa yang masih membetulkan posisi bagasinya.   Saat ada aba aba dari pilot pesawat akan take off.  Saya pun berdoa dan memejamkan mata.  Hening dan saya yakin semua penumpang melakukan seperti apa yang kulakukan, berserah dan memohon keselamatan kepada sang Khalik.

Setelah ada info dari pilot,  bahwa pesawat sudah terbang stabil di ketinggian 32.000 kaki, saya mengingat ingat perjalanan mulai dari masuk bandara sampai pesawat take off.  Suasana lebih tenang saat pesawat take off,  tidak ada terdengar amarah, sungut sungut dan debat.  Semua diam, tenang dan sejuk.  Jadi dari tadi situasi yang terburu buru,  tergesa gesa mulai dari  ketika pelaporan antigen,  check in,  boarding, itu untuk apa?  dan kenapa?. Lambat sedikit  menggerutu, terhalang sedikit bersungut sungut.  Saya merenungkannya,  dan kutarik kesimpulan bahwa semua itu adalah pekerjaan setan, agar penumpang tidak tenang, agar petugas marah,  agar tidak ada kedamaian.

 Tetapi kenapa kejadian itu hanya ada sampai pintu pesawat? setelah itu tenang?.  Apalagi setelah pesawat mulai terbang menjauh meninggalkan bumi?
" Dasar setan Jahanam, jagonya hanya di bumi doang, naik sedikit ke atas, dia menghilang.  Mungkin hanya sedikit gerombolan mereka yang bertahan menyelinap kemudian menguntit dari bagasi.  Setan jagonya hanya membuat kacau manusia di bumi.  Merasuki jiwa jiwa yang lemah dan menggoda jiwa jiwa yang berusaha kuat.

Saat ada aba aba dari pilot bahwa pesawat akan diturunkan dari ketinggian 30.000 kaki karena 20 menit lagi  akan tiba di bandara Soekarno Hatta,  ada beberapa orang penumpang mulai menarik nafas. Mungkin berkata puji Tuhan , Alhamdulillah.  Tetapi  saat pesawat akan landing,  pramugari  meminta penumpang memperbaiki posisi tempat duduk dan memakai seatbelt, ada beberapa penumpang yang sudah langsung  membuka dan terpaksa dipakaikan pramugari.  

Wah... bumi sudah mendekat,  kawanan setan yang ngumpet di bagasi mulai keluar pikirku. Benar tebakanku,  saat ban pesawat menyentuh bumi dan pesawat berjalan di aspal runway,  beberapa hp sudah berbunyi, pesan dan telpon masuk. Sudah ada beberapa yang berdiri mengambil dan menenteng bagasi. Betapa beringasnya setan itu,  saat manusia sudah kembali ke bumi, mereka kembali langsung menyambut dan merasuki jiwa jiwa yang lemah.

 Seharusnya pesawat terlebih dahulu parkir  dengan baik,  lampu tanda off,  baru bisa lepas seat belt dan diijinkan menghidupkan Handphone. Tetapi api ternyata Setan dari bandara tujuan juga dengan sangat cepat memasuki pesawat. Hampir kesuruhan penumpang sudah berdiri , hanya ada beberapa orang yang masih duduk tenang menunggu antrian. Untuk apa mereka semua berdiri ? kenapa tidak menunggu penumpang di depannya berjalan? untuk apa mereka diam di lorong menenteng barang,  kan itu berat?,  ada yang menggerutu "kok yang bagian depan lambat bangat jalannya?". Ada sebagian  yang teleponan dan mungkin berbalas balas wa sambil berdiri di lorong.

Setelah semua penumpang turun dan akhirnya semua berkumpul di tempat pengambilan bagasi, semua sama -sama menunggu barang bagasi keluar

Pada rentetan peristiwa di dalam pesawat sejak pesawat mulai turun,  saat pesawat berhenti saat penumpang bagian depan mulai melangkah turun ada  ketergesa gesaan,  ada gerutu,  ada ketidaksabaran,  ada ketidaktaatan pada rule dalam pesawat. Semua itu apa dan untuk apa?.  Semua itu sampah, semua itu pekerjaan dari Setan untuk mengacaukan situasi,  mengacaukan pikiran. Makanya ada contoh beberapa kali pejabat negeri ini dan penumpang ada yang marah marah saat naik pesawat,  marah marah saat bodycheck, saat check in dan saat dalam pesawat. Itu terjadi karena penumpang mengijinkan banyak yang ikut mengantar, menemani dan menjemputnya.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun