Ada yang mengatakan bahwa anak yang membuat orangtuanya terkhusus ibunya menangis anak itu telah berdosa. Namun, apakah hal yang sama akan terjadi apabila ini dibalik. Justru anaklah yang dibuat menangis orangtuanya.
Kalau memang tiddak berdosa, kasian sekali anak di dunia ini yang tersiksa lahirnya atau bahkan batinnya. Yaa anak-anak memang sudah kewajibannya untuk selalu patuh ,di Alkitab yang saya punya pun mengajarkan saya untuk patuh pada kedua orangtua dan hormatilah mereka tetapi terkadang hal ini menjadi susah dilakukan karena faktor keadaan. Mungkin keadaan dimana kaum anak sedang moody dan yang menjadi pertanyaannya adalah apakah moody tersebut pure dari kondisi anak itu sendiri ? tidak selalu.
Mungkin sebagian dari pembaca ada yang kontra dengan pernyataan saya atau mungkin bertanya-tanya. Namun, inilah yang menjadi kenyataanya dari pengalaman-pengalaman tidak sedikit para orang tua yang membuat anaknya menangis karena tersakiti mungkin dengan sikap atau perkataan yang keluar dari mulut manis beliau, entah itu sengaja atau tidak. Entah mereka menyadari atau tidak bahwa mereka pernah menyakiti hati buah hatinya, jika hal ini terjadi kami para anak hanya bisa berdoa agar dikuatkan dan mampu menerima demi kebaikan dikemudian harinya dan berusaha semampunya untuk mencoba menyadari bahwa hal yang menyakiti itu adalah baik untuk kita bahkan kami para anak berusaha keras memakluminya dengan pikiran-pikiran positif(ohh mungkin papa/mama lagi capek,ohh mungkin memang kita yang salah,dll.)
Ada cerita juga dari dosen saya bahwa hal-hal yang membuat kami para anak itu tidak cocok adalah karena pemikiran yang berbeda-beda. Para orang tua yang umurnya tidak muda lagi kebanyakan dari pemikiran mereka tidak berkembang sehingga sering memaksakan kehendaknya pada anaknya yang dianggap itu baik sekalipun anak itu memohon karena hal itu tidak membuat nyaman. Sedangkan kami para anak yang masih muda , yang masih dalam masa pertumbuhan yang pasti dibarengi dengan pemikiran yang berubah(pikiran yang berkembang) pula. Kalau hal ini sudah terjadi kebanyakan dari kami para anaklah yang mengalah masih bersyukur kalau para orang tua memiliki sikap demokratis sehingga masih ada celah unutk mengambil jalan tengah.
Di sini saya hanya sharing mengenai hal-hal kecil yang mungkin tidak disadari dan bersama-sama menyeting ulang mind set yang kurang pas.
Tulisan ini jangan jadikan angin pantai bagi kaum anak yang merasa terbela, tapi mari kita lebih giat untuk membuat orang tua kita bangga. Apapun itu prosesnya sesakit apapun itu kita lalui saja, karena tujuan kita adalah membuat orangtua bahagia dan bangga jadi semangatlah !
Dan bagi para orang tua, mulailah memberi reward tidak harus dengan hadiah yang bernominal bisa dengan menghargai dan saling menghormati. Buat anak-anaknya yang sukses maupun gagal, agar anak tersebut selalu termotivasi untuk lebih berkembang. Biarkan anak-anak itu berkembang secara alami tanpa paksaan, bemainlah seperti layang-layang melihat dari kejauhan jika kira-kira tidak stabil karen banyak angin yang menerpa mulailah sedikit-sedikit ditarik dan kemudian diulur lagi. :salam hangat :)
created by : Lidia Ruliastiniwa, PSIK UNDIP
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H