Mohon tunggu...
Lidia Pratama Febrian
Lidia Pratama Febrian Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Puisi sebagai seni pengungkap rasa, tempat dan wadah menyalurkan inspirasi serta realita

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Angan yang Berpamitan

25 Desember 2021   23:45 Diperbarui: 27 September 2023   21:34 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aku berhasil menyelipkan beberapa paragraf hujan

Menyusun kala dengan imla

Memakan wafak-wafak perantara rindu

Agar kerinduan tak hanya menjadi kenangan

Kau sendiri bilang bahwa cintaku semu, abu-abu

Aku hanya berharap dan menanti temu

Setiap malam hujan yang kerdil dan sepuh

Pada tiap-tiap selasar catatan hati

Kini yang tersisa adalah noktah yang kian menua

Hatiku telah mati, terkubur jauh dalam perut bumi

Kau yang membiarkannya

Jatuh terperosok hingga tak bisa kembali

Mungkin, aku mencoba memaklumi

Kau yang tersesat di pertigaan anganmu

Sedangkan aku yang terjerembab pada ragu

Memilih pamit, berlari menutup hujan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun