Aku berhasil menyelipkan beberapa paragraf hujan
Menyusun kala dengan imla
Memakan wafak-wafak perantara rindu
Agar kerinduan tak hanya menjadi kenangan
Kau sendiri bilang bahwa cintaku semu, abu-abu
Aku hanya berharap dan menanti temu
Setiap malam hujan yang kerdil dan sepuh
Pada tiap-tiap selasar catatan hati
Kini yang tersisa adalah noktah yang kian menua
Hatiku telah mati, terkubur jauh dalam perut bumi
Kau yang membiarkannya
Jatuh terperosok hingga tak bisa kembali
Mungkin, aku mencoba memaklumi
Kau yang tersesat di pertigaan anganmu
Sedangkan aku yang terjerembab pada ragu
Memilih pamit, berlari menutup hujan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2HBeri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!