![[Puisi] Jiwa yang Hampa](https://assets-a2.kompasiana.com/items/album/2024/10/25/whatsapp-image-2024-10-25-at-19-46-22-671b93be34777c0195085672.jpeg?t=t&v=100&x=100&info=meta_related)
![[Puisi] Kepergianmu yang Tiba-Tiba](https://assets-a2.kompasiana.com/items/album/2024/10/03/whatsapp-image-2024-10-03-at-16-28-09-66fe648234777c346a5f2202.jpeg?t=t&v=100&x=100&info=meta_related)
![[Puisi] Sepotong Hati Yang Terluka](https://assets-a2.kompasiana.com/items/album/2024/10/20/1000297404-6714843dc925c431a84db463.jpg?t=t&v=100&x=100&info=meta_related)
Setelah menanam kepercayaan,
Ia mulai memainkan perasaan,
Menjual kejujuran untuk sejengkal level
kursi paling kuasa.
Kaki kursi baik-baik saja
Menopang kedudukan sang tuan.
sebab, sesuap rupiah membutakan
Bodoh amat!
Kata-kata setia mati,
Sumpah mengabdi pun tinggal janji,
Suara-suara bungkam
Asal jaminan bulanan aman
Hal baik dipertontonkan
Kesalahan selangit dikuncikan.
Ah! Tuan,
Dustamu memang kreatif
Sarjo, 05 Oktober 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!