Mohon tunggu...
Lidia
Lidia Mohon Tunggu... Bidan - Penulis pemula yang beberapa karyanya dimuat media. FLP Ranting Unismuh Makassar.

Puisi adalah nyawa bagi katakata yang takut bersuara

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Sampah

10 Juli 2019   21:33 Diperbarui: 10 Juli 2019   21:35 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tubuhku berserakan
di jalan, pasar, taman.
Beterbangan hingga di depan kakimu
Tapi mata cuek itu pura-pura tak melihat

Ia pun menginjak-injak temanku
Tanpa sebilah salah di dadanya
Membiarkan kami dirubung lalat-lalat lapar
Egois!
Setelah menikmati makanan, ia melemparkan tubuh-tubuh kami di sembarang tempat.

Di sore yang mendung,
Langit menangis, menumpahkan tangisnya di bendungan
Membawaku menuju genangan
Lalu menyumpal selokan-selokan

Kau histeris,
Mencari sosok yang entah
Sebut-sebut kami penyebab bencana
Egois!

Kau; sampah kota yang suka menyampah.

Parepare, 10 Juli 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun