Mohon tunggu...
Lidia
Lidia Mohon Tunggu... Bidan - Penulis pemula yang beberapa karyanya dimuat media. FLP Ranting Unismuh Makassar.

Puisi adalah nyawa bagi katakata yang takut bersuara

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Siang di Perempatan

15 Mei 2019   12:13 Diperbarui: 15 Mei 2019   12:26 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kendaraan ramai siang ini, 

Berpayung terik, meluruhkan peluh

Ada yang tak luput

Di pinggiran jalan

Pengemis tua duduk mengiba. 

Biaya hidup mahal, 

Mendesak tubuh beradu nasib

Berjalan dengan kedua tangan

Menunggu uluran belas kasih.

Pada jalan yang terbentang,

Orang-orang berdasi sibuk kantoran

Sopir mengemudi sepanjang waktu

Dan peminta-minta rela kepanasan

Kita hidup di bawah kolong langit yang sama

Namun takdir berbeda-beda

Seindah pelangi, kita adalah warna 

Yang berjuang mengubah masa depan

Di pinggiran jalan ini, 

Tak kutemui jiwa-jiwa merdeka

Apakah kita terjajah? 

Parepare, 15 Mei 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun