Mendengar kata info ada kata mie ayam di telinga, langsung hati ini berbunga-bunga, seperti orang putri yang sudah lama tidak bertemu dengan sang pujaannya (walah...gubrak deh). Tidak akan sia-siakan kesempatan yang ada, hari pertama langsung mencari sasaran. Mie ayam memang bukan asli berasal dari Indonesia, tapi karena suka beli saat jaga dulu di RS,  jadi kangen juga makan ini. Penjual  mie ini adalah orang Indonesia yang sudah lama menetap di Belanda, rasanya sangat mirip dengan mie ayam yang di jual di Indonesia, bahkan boleh di bilang tidak ada bedanya. Di tempat ini juga bukan hanya menjual mie, tapi juga menjual beberapa makanan dengan menu Indonesia. Bertanya kepada sang pemilik restoran, apakan banyak juga orang Belanda yang datang membeli di sini,  jawabanya sesuai dengan perkiraan, cukup banyak juga orang Belanda yang datang untuk membeli makanan dengan menu Indonesia.
[caption id="attachment_309875" align="aligncenter" width="480" caption="daun pepaya"]
Karena tinggal di apartemen, maka harus singgah ke toko Asia yang menjual kebutuhan makanan, karena infonya di sini menjual banyak kebutuhan makanan dari Indonesia. Setelah masuk ke dalam dan tiba di lorong makanan segar, jadi sangat terharu sekali melihat pada lemari pendingin ada bungkus plastik yang berisikan daun pepaya, selain itu juga ada tempe serta tahu. Seperti ingin menangis membayangkan "tumis daun pepaya dengan teri di tambah lauk tempe-tahu juga dan juga sambel terasi". Jadi mau setel lagunya Ebit GAD yag judulnya "Aku Ingin Pulang"....huff... dasar lidah Indonesia asli, jauh-jauh di negeri orang masih aja carinya makanan Indonesia.
[caption id="attachment_309878" align="aligncenter" width="485" caption="durian beku"]
Bukan hanya sampai di situ, setelah melihat lemari es, mata ini tertumpu dengan gambar buah berduri dengan isi yang berwarna kuning keemasan, wah.. ada durian  yah...walapun beku. Tapi yang di sayangkan sekali durian beku ini bukan durian Indonesia, melainkan durian monthong yang notabene dari Thailand. Oh... dimana durian Petruk, durian Tembaga yang rasanya berkali-kali lipat lebih enak  dari rasa durian Thailand ini, bahkan biji durian kita ini juga ada yang kecil. Hai... para petani dan eksportir buah Indonesia, ada dimanakah..., perihatin juga rasanya.....tidak hanya di Moskow, bahkan di Den Haag- Belanda, buah ini-pun harus dari Thailand.
[caption id="attachment_309893" align="aligncenter" width="315" caption="pisang tanduk"]
Hal lainnya yang mengembirakan hati yaitu menemukan pisang tanduk yang ada dalam kotak kardus. Huaaa... bisa buat pisang goreng tepung, dan juga kolak pisang. Jadi ingat bulan puasa, salah satu menu wajib yang ada saat berbuka, jadi berpikir bisa nggak ya... kalau  pisang ini di simpan sampai bulan puasa, mengingat di Moskow tidak bisa menemukan pisang ini.
Tapi dari semuanya yang di jual jangan mengharap mendapatkan harga yang sama dengan Indonesia... benar teman kita harus membelinya pakai mata uang Euro, pasti tau-kan berapa kurs 1 Euronya ke mata uang Indonesia. Di sini utuk 1 Euro seperti tidak ada apa-apanya. Untuk 1 Euro yang bisa di dapat contohnya adalah 1 buah onde-onde dengan ukuran agak besar... yah... kalau di Indonesia dengan 1 Euro sudah bisa dapat makan nasi komplit di warteg , jadi  perut sudah kenyang berisi dengan nasi dan teman-temannya..
- Sama-sama punya banyak gang
Siapa bilang di luar negeri tidak punya gang. Di Belanda juga sama seperti Indonesia, pemukiman penduduknya mempunyai gang. Pada jalan  beberapa perumahan di sini bisa di lihat bayak gang-gang yang cukup sempit, dan orang Belanda juga menyebutnya dengan kata yang sama. Di sini   rumah-rumah penduduknya saling berhadapan, seperti halnya di Indonesia, tapi gang di sini tidak telihat kumuh, bahkan bersih dan cendrung malah bekesan mewah. [caption id="attachment_309917" align="aligncenter" width="317" caption="salah satu gang di Amsterdam saat musim dingin"]
Melihat lingkungan dan jalan yang bersih, bahkan  selama berjalan jumlahnya sampah mungkin bisa di hitung dengan jari. Kesadaran dalam warga dalam menjaga lingkungan yang baiknya kita tiru.  Heran  rasanya jika ada alasan bahwa negara kita masih saja tertinggal karena jajahan  Belanda sehingga tidak boleh pintar, kalau mau di renungkan kembali, padahal dahulu orang Belanda sudah memberikan contoh dengan penataan rumah yang asri, kemudian tidak suka di lingkungan rumahnya ada sampah bertebaran. Dari sini saja sebaiknya kita sudah sadar, kalau tuan Menir dan Noni tidak suka sampah di mana-mana, maka dengan latar belakang ini seharusnya dari dulu  kita yang sudah terbisa dipaksa untuk kerja bisa tertib dalam mengolah sampah, sehingga tidak mencemari lingkungan. Tapi kenapa sekarang malah berkesan tempat sampah kita malah sebesar Indonesia. Jadi bisa di ambil kesimpulan masing-masing, dimanakah yang salah... penjajah  atau sifat dasar dari orang Indonesia sendiri ???
[caption id="attachment_309925" align="aligncenter" width="72" caption="Sebagai bukti diri"]
- Kota Amsterdam- Belanda dan Jakarta-Indonesia, sama-sama  permukaaanya lebih rendah dari permukaaan air laut