Pertambahan jumlah penduduk yang semakin meningkat berdampak pada ketersediaan lahan pertanian dan kebutuhan pangan, dua keadaan ini sangat bertolak belakang akibat dari pertumbuhan penduduk dari masa ke masa, akibatnya banyak terjadi degradasi lahan produktif pertanian karena dijadikan pemukiman masyarakat, semakin meningkatnya populasi penduduk maka lahan pertanian akan semakin menurun, akan tetapi malah sebaliknya justru kebutuhan pangan semakin naik. Di samping itu, sekian banyaknya lahan pertanian diubah menjadi tempat tinggal, sangat sedikit dari mereka yang bisa memanfaatkan lahan pekarangan rumah untuk dijadikan sebagai media pertanian demi mencukupi kebutuhan pangan sekaligus menjadi sumber pendapatan keluarga mereka.
Urusan pangan tentunya tidak bisa ditunda karena itu adalah sumber satu-satunya manusia untuk bertahan hidup, maka dari itu pemerintah terpaksa melakukan impor pangan demi memenuhi kebutuhan dalam negeri, jika dilakukan impor secara terus-menerus, akan berdampak kepada perekonomian negara. Selain itu juga akibat kekurangan hasil pangan, dapat menyebabkan naiknya harga yang juga tidak sebanding dengan pendapatan masyarakat. Karena banyak dari mereka masih tidak mandiri, masyarakat hanya bergantung pada hasil pangan yang sudah tersedia dengan membelinya, walaupun harga pangan semakin naik masyarakat mau tidak mau harus membelinya demi bertahan hidup, kasus ini mengakibatkan pengeluaran masyarakat yang begitu besar dibanding dengan pemasukannya.
Atas permasalahan tersebut, perlunya dilakukan optimalisasi lahan pekarangan rumah masyarakat untuk dijadikan sebagai kebutuhan pangan mereka sekaligus sebagai menambah pemasukan ekonomi mereka. Jika lahan pekarangan tidak tersedia lagi tanah untuk ditanami, sekarang bisa dilakukan dengan melakukan berbagai caramenyediakan media tanamnya seperti menggunakan polybag, pot, atau hidroponik. Cara tersebut sangat mudah dilakukan akan tetapi menumbuhkan motivasi, minat, pengetahuan cara bercocok tanam yang baik, dan pengoptimalan lahan pekarangan masih kurang di dirimasyarakat.
Diambil dari Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian tahun 2019 dalam Direktori Perkembangan Konsumsi pangan di Indonesia, dilihat dari grafik Perkembangan Konsumsi Kelompok Pangan Tahun 2013-2018 (Gram/Kap/Hari), untuk padi-padian pada tahun 2013 sebanyak 296.0, kemudian konsumsi padi-padian semakin meningkat dari tahun ke tahun, hingga pada tahun 2018 sebanyak 320.0. Untuk umbi-umbian pada tahun 2013 sebesar 32.3 hingga pada tahun 2018 meningkat menjadi 45.0. Konsumsi pangan hewani pada tahun 2013 sebanyak 98.5 dan pada tahun 2018 meningkat menjadi 118.5. Kacang-kacangan pada tahun 2013 sebanyak 23.3 hingga pada tahun 2018 meningkat sebesar 27.3, dan untuk sayur & buah pada tahun 2013 sebanyak 238.9 meningkat hingga tahun 2018 sebanyak 248.0. Dari data tersebut membuktikan bahwa kebutuhan pangan terus meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk. Kemudian menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa luas lahan pekarangan di Indonesia masih mencapai luasan 10,3 juta hektar, ini juga terbukti bahwa lahan pekarangan masih tidak dipergunakan sebagaimana mestinya.
Pemanfaatan lahan pekarangan bukanlah hal yang baru dilakukan, justru kegiatan ini sudah ada sejak lama, namun semakin berkembangnya zaman banyak masyarakat meninggalkan kebiasaan itu sehingga pengetahuan cara bercocok tanam tidak dapat diteruskan ke keluarga secara turun temurun, berakibat banyak pekarangan yang tidak dimanfaatkan dan dibiarkan begitu saja, mereka hanya mengharap hasil pangan dari petani yang sudah jelas telah mengalami krisis lahan.
Dari optimalisasi lahan pekarangan ini dapat kita petik manfaatnya sebagai berikut :
- Mengurangi permasalahan ketahanan pangan akibat maraknya alih fungsi lahan pertanian
- Menjadikan masyarakat yang mandiri dalam memenuhi kebutuhan pangannya
- Tumbuhnya kesadaran masyarakat akan pentingnya kegiatan pertanian
- Meminimalisir kekurangan pendapatan masyarakat
Diharapkan dalam optimalisasi lahan pekarangan ini terdapat peran serta para penyuluh pertanian untuk melakukan pengabdian ke suatu lokasi yang berpotensi pekarangannya dapatdimanfaatkan, terutama di daerah perkotaan. Karena target yang dituju hanya masyarakat ekonomi ke bawah, dilakukan penyuluhan hanya memilih model tanam menggunakan pot dan polybag saja, karena biayanya terjangkau murah. Untuk media tanam pot dan polybag, ada banyak jenis tanaman yang cocok untuk dibudidaya, akan tetapi dalam penyuluhan ditargetkan hanya membudidaya tanaman yang sering dibutuhkan dalam rumah tangga dan terbilang mahal jika membeli di pasar, yaitu tanaman cabai, selada, terong, dan jahe. Penyuluhan dilakukan dengan tahap sosialisasi, praktik langsung, hingga pendampingan. Tidak lupa juga untuk menumbuhkan motivasi mereka dalam menambah penghasilan melalui menjual sebagian hasil panen tanaman mereka.
Agar mudah dipahami, berikut penulis sajikan ringkasan yang penulis ingin sampaikan :
1. Batasan
- Lahan pekarangan rumah warga yang belum dimanfaatkan
- Warga yang kekurangan dalam segi finansial
2. Potensi
- Sempitnya lahan pertanian
- Meningkatnya kebutuhan pangan
- Masih banyak lahan pekarangan warga yang masih kosong
- Cabai, Selada, Terong, dan Jahe Merah terbilang mahal bagi masyarakat kurang mampu
- Pengeluaran masyarakat lebih banyak dibanding pemasukan
3. Permasalahan yang Harus Ditangani
- Kurangnya minat masyarakat
- Ketergantungan membeli pangan di pasar
- Kurangnya kemandirian masyarakat
- Ketidak tahuan cara bercocok tanam