Mohon tunggu...
Lidia Aprileny Hutahaean
Lidia Aprileny Hutahaean Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswi

ID Medsos: Lidiaprilenyh

Selanjutnya

Tutup

Gadget

Melirik e-Tourism Andalan Kemenpar, Lapak Digital Pelaku Bisnis Pariwisata

6 Juni 2018   13:22 Diperbarui: 6 Juni 2018   16:20 897
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagi distributor, ITX menyediakan single source connection yang membuka akses ke semua konten pariwisata Indonesia. Selain itu, memudahkan distributor untuk menjalin hubungan usaha dan memilih supplier serta mendapatkan data langsung dan dapat melakukan kontrol invertory tanpa harus khawatir double booking. 

ITX membantu menghemat biaya dan memastikan bahwa semua supplier memiliki sistem yang aktif dan real time serta pembayaran langsung sehingga meningkatkan cashflow.

 ITX menyediakan berbagai fitur dan fasilitas yang lengkap untuk setiap pelaku industri pariwisata. Bagi pemerintah sendiri, adanya ITX memudahkan dalam mencari data perjalanan wisata, yang penting untuk mendukung informasi dalam pengambilan keputusan.

Program Indonesia Tourism Exchange pada saat ini sudah berhubungan dengan banyak homestay dan destinasi wisata. Berdasarkan jawaban admin akun Facebook Indonesia Tourism Exchange atas pertanyaan singkat tentang pengimplementasian ITX yang penulis ajukan melalui pesan Facebook (4 Juni 2018), ITX sudah mempunyai inventory sebanyak 1718 akomodasi homestay, dimana keseluruhan produk akomodasi, activity, dan atraksi, sudah mencapai 15000. ITX juga sudah terkoneksi dengan distributor besar seperti Agoda, booking.com, C-Trip dan terkoneksi dengan indonesia.travel yang dimiliki Kementerian Pariwisata. Selain itu ITX juga selalu terlibat dengan acara yang diadakan oleh Kementerian Pariwisata atau Dinas-dinas Pariwisata yang ada di Indonesia.

Di lapangan, implementasi program ITX masih memiliki beberapa kendala. Kendala yang paling dominan yaitu dalam hal pemahaman dan kesadaran yang masih minim dari para supplier mengenai ITX itu sendiri. Mereka juga cenderung merasa 'ribet' dan 'repot' jika harus menyempatkan waktu untuk mengelola bisnis mereka melalui internet. 

Padahal di jaman sekarang ini internet sangat dapat mendukung perkembangan bisnis mereka. Oleh karena itu, ITX harus lebih giat lagi mengadakan sosialisasi dan pelatihan-pelatihan tentang penggunaan situs ITX ini sendiri. ITX sebaiknya memaksimalkan kemampuan sistemnya agar lebih mudah penggunaannya (user friendly), memaksimalkan kemampuan agar dapat mengakomodir semua kebutuhan dari industri dan pengembangan serta penambahan fungsi. 

Kendala yang lain adalah belum meratanya infrastruktur berbasis teknologi informasi di Indonesia, seperti sarana berbasis teknologi yang masih minim, jangkauan akses data dari provider, akses Wi-Fi yang masih terbatas, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, pemerintah pusat maupun daerah harus dapat bekerja sama dalam menyediakan sarana dan prasarana berbasis teknologi informasi. Karena saat ini internetlah yang menjadi tulang punggung baru untuk promosi pariwisata dibandingkan dengan bentuk promosi konvensional yang tidak bisa terlalu diandalkan. 

Seharusnya, pengelola usaha pariwisata minimal harus memiliki website yang representatif dan informatif, namun sampai sekarang hal ini masih diabaikan. Banyak website tentang potensi di daerah-daerah yang hanya asal ada dan tidak diperbarui secara rutin. Padahal, website inilah yang menjadi salah satu rujukan utama wisatawan domestik dan mancanegara sebelum memilih destinasi wisata. 

Selain website, media sosial dan efek word-of-mouth-nya saat ini juga menjadi faktor yang menentukan keberhasilan promosi destinasi. Oleh karena itu, ITX sebagai platform yang membantu pelaku bisnis pariwisata menyediakan solusi terbaik untuk GO DIGITAL sebaiknya lebih giat lagi menyediakan berbagai fitur dan fasilitas yang lengkap untuk setiap pelaku industri pariwisata. 

ITX yang merupakan B2B tourism marketplace yang mempertemukan Seller (penyedia produk jasa pariwisata) dengan buyer (Online Travel Agent) terus mengembangkan fungsi canggih sesuai perkembangan teknologi dan kebutuhan pasar.

oleh

Lidia Aprileny Hutahaean - Mahasiswi Jurusan Pendidikan Ekonomi Universitas Sebelas Maret

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun