Mohon tunggu...
Lidia Alfi
Lidia Alfi Mohon Tunggu... Freelancer - Pecinta makanan

Belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau potensi perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang diperkuat

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Buruh Tani Bukan Sesuatu yang Memalukan

1 Mei 2020   19:51 Diperbarui: 1 Mei 2020   19:56 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setiap pagi adalah waktunya pergi menyusuri pematang sawah untuk menanam padi, biasanya saya berangkat bersama teman- teman jam 7 pagi untuk memulai aktivitas setiap harinya.

Buruh tani bagi saya adalah pekerjaan yang sangat menyenangkan selain bekerja juga bersilaturohmi dengan teman teman yang lain. Walaupun saat ini pekerjaan yang bisa saya lakukan untuk membantu suami saya memenuhi kebutuhan sehari hari dan anak sekolah.  

Pekerjaan sebagai buruh tani menurut saya bukan hal yang memalukan karena bekerja dengan tenaga dan keringat saya sehingga menghasilkan uang yang halal untuk dipakai memenuhi kebutuhan

Adalah bu kawiyem (50) Dukuh Karanganyar Desa Wanatirta Kecamatan Paguyangan Kabupaten Brebes Jawa Tengah bekerja sebagai buruh tani untuk menghidupi ke lima anaknya . ada diantaranya dua yang masih sekolah SD dan SMP. Karena suami bekerja sebagai buruh tani akhirnya bu kawiyem membantu karena untuk mengandalkan satu orang tidak cukup

"Saya harus membantu suami bekerja untuk mencukupi kebutuhan walaupun itu sebagai burih karena hanya mengandalkan upah suami Rp. 30.000,00 per hari tidak cukup apalagi untuk makan dan keperluan anak sekolah, untuk itu sebagai bendahara keluarga saya harus membantu suami, kalau saya berdiam diri dirumah apa yang akan terjadi, mungkin anak yang sedang bersekolah akan berhenti karena tidak cukup, ungkapnya."

Mungkin banyak yang merendahkan pekerjaan buruh tani, mereka menganggap ini adalah pekerjaan yang memalukan. Tapi untuk saya selama ini adalah pekerjaan halal dan hasil keringat sendiri apa salahnya dan dari sisi mana yang memalukan. Toh tanpa kita petani tidak akan memanen karena tidak ada yang menanam padi. Jadi apapun pekerjaan ya selama tidak merugikan orang lain apa salahnya dilakukan.

Belajar dari bu kawiyem yang hanya sekolah SD saja tidak lulus bekerja semampunya walaupun terkadang ada rasa capai yang menyelimuti tetap tidak menumbangkan semangat untuk bekerja. Hidup jangan mengharap belas kasihan dari orang lain tetapi kita harus tetap semangat dan berusaha untuk mencapai tujuan. Hasil keringat sendiri walaupun sedikit akan lebih membahagiakan daripada hasil yang tidak halal.

Selamat Hari buruh

KBC -07

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun