Mohon tunggu...
Lidia Alfi
Lidia Alfi Mohon Tunggu... Freelancer - Pecinta makanan

Belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau potensi perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang diperkuat

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Kemanusiaan Tertutup Ketakutan

12 April 2020   00:30 Diperbarui: 12 April 2020   00:35 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dimana rasa kemanusiaan kalian
Apakah sudah tertutup oleh ketakutan
Sehingga hati kalian menjadi buta
Hingga tega menolak tubuh mati ini

Salah apakah tubuh ini pada kalian
Hingga pembaringan terakhir pun kalian tolak
Untuk beristirahat dengan tenang dan dekat dengan keluarga yang ku tinggalkan

Bukan kemauanku berakhir karena virus ini
Ini takdir yang harus aku jalani
Dengan tubuh yang lelah karena kemanusiaan
Hingga tak kuasa menolak virus datang

Kebutaan hati karena ketakutan
Membuat lembutnya hati mengeras batu
Hingga sentuhan tuhan tak mampu tuk mencairkan
Dan bisikan hati pun kalian hiraukan

Pernahkah berfikir bagaimana jika kalian menjadi tubuh ini
Saudara kalian menjadi tubuh ini
Yang hanya tubuh tak mampu berlari ataupun menjerit
Kalian tolak dengan keegoisan ?

Bagaimana perasaan orang tua dan saudara-saudara nya yang di tinggalkan?
Bagaimana perasaan suami dan anak-anaknya yang kehilangan?
Menyaksikan tubuh yang terbujur kaku
Terasa terbuang 

Bukan virus yang mematikan
Tapi hati kalian lah yang mematikan
Bukan virus yang berbahaya
Tapi hati dan keegoisan kalian yang berbahaya

Sadarlah saudaraku?
Ingatlah saudaraku?
Bencana ini bukan kebetulan
Tak lain hanya untuk mengingatkan

KBC-07 |Kompasianer Brebes Jawa Tengah

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun