Setelah sekian lama melabuhkan rasa, mencurahkan tenaga untuk sekolah tempat saya mengajar, akhirnya harus selesai juga.
Selain saya, pasangan pun harus beralih profesi. Kami tidak janjian sama sekali. Bukan pula kami tak sanggup bekerja di bawah arahan dan asuhan. Namun, pada masa itu keringanan menjalankan rutinitas pergi pagi pulang petang, enam kali sepekan, menjadi keberatan yang tak terduga. Selanjutnya, saya harus memulai lagi dari titik-titik awal. Saya menyebutnya titik-titik, karena saat itu saya merasa tidak tahu profesi apa yang benar-benar konsisten dapat saya jalankan.
Memulai dari Manfaat, Membuka Peluang dari MinatÂ
Saya.
Malam hari, saya mulai menghimpun materi belajar sembari duduk di depan laptop yang sudah terhubung dengan internet. Materi ini jauh berbeda dengan bahan ajar yang saya beri di sekolah. Setelah cukup lama 'bermain' dengan anak-anak tetangga yang belum bersekolah dan yang bersekolah tapi tak paham pelajaran, serta mereka yang suka membaca namun tak punya bahan bacaan, maka saya merasa yakin bisa memberi lebih untuk mereka. Beberapa tahun lalu, hanya ada beberapa rumah di lingkungan kami yang melakukan pemasangan internet IndiHome.Â
Sementara, di blok terdekat, hanya ada rumah kami yang akses internetnya nyaman dan kencang. Sehingga saya merasa sayang, bila pemakaian internet di rumah, hanya dinikmati oleh kami berdua. Saya mengunduh bahan pelajaran, bahan bacaan, printable mewarnai, lalu mengubahnya lebih konstruktif serta menarik, mencetaknya, serta membagikan kepada anak-anak tetangga yang memang sering singgah. Mereka bisa membaca dan belajar bersama. Sesekali, kami menonton tayangan edukasi. Saya senang sekali. Berkat internet, rumah berfungsi ganda selain hanya menjadi tempat tinggal semata.
Dia
Sama seperti saya, suami pun kerap mematung di depan laptop yang terkoneksi dengan internet. Biasanya kami tak saling mencampuri urusan masing-masing. Sehingga, masing-masing tak dapat menebak hajat apa yang sedang dibangun. Saya hanya tahu, setelah itu dia menemukan rekan-rekan bisnis dari dunia maya, dan mulai mengajak saya bertemu rekan-rekan ini hingga ke luar daerah.
Dulu, suami selalu membawa bekal notebook bila di luar kota, Â lalu kami duduk di taman-taman kota atau kedai sambil menikmati jaringan Telkom Indonesia. Entah demi menuntaskan pekerjaan, atau berselancar untuk menemukan tempat singgah, wisata, sampai keluarga jauh.
"Enaknya kalau pakai Internetnya Indonesia itu gini, bisa was-wis-wus," ujar suami.
Terlampau sering suami mengucap demikian, sampai-sampai saya hapal, biasanya setelahnya dia akan memperlihatkan hasil uji kecepatan internet.