Mohon tunggu...
Lidha Maul
Lidha Maul Mohon Tunggu... Penulis - merasa biasa saja.

Ingin menulis di hatimu.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Tantangan JNE dan Pemerintah Lokal Memaknai Infrastruktur dalam Menghadapi Geliat Pelaku Usaha

31 Oktober 2018   15:14 Diperbarui: 31 Oktober 2018   15:44 489
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
JNE dan Kepala Dinas Koperasi dan UMKM di Balikpapan (dok. pribadi)

Ibu Doortje Marpaung menyebutkan bahwa infrastruktur tidak hanya berupa fisik, namun juga non-fisik. Ekonomi kreatif; baik dari SDM terkait, permodalan, inovasi, kesemuanya merupakan infrastruktur non-fisik.

Berdasarkan perpres 98 Tahun 2014 tentang Perizinan Untuk Usaha Mikro dan Kecil, yang dikeluarkan untuk membantu sekaligus sebagai dorongan kepada UMKM agar dapat membuat izin usaha tanpa biaya (tidak termasuk untuk usaha menengah ke atas), maka Balikpapan telah membuat pemetaan UMKM. Pemetaan ini dibuat dengan bantuan dari tiap kecamatan dan keluarahan yang ada di Balikpapan.

Menurut Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Balikpapan ini, pemetaan ini bisa saja dinamis, karena tidak bisa setiap saat diambil datanya, dan bisa berbeda dari pihak lain, namun dengan adanya data, pemerintah dapat melihat dan mengambil langkah di lapangan.

Saat ini UMKM yang telah masuk dalam pemetaan jumlahnya cukup fantastis, sekitar 20.421 dan 2.927 UMK yang terdaftar. Bisa disebutkan, hanya 10% UMKM yang mengurus perizinan.

"Mungkin teman-teman di sini, kalau ada kawannya yang pelaku UMKM, tolonglah segera dikabarkan untuk mengurus perizinannya ke kecamatan tanpa dipungut biaya dan prosesnya juga cepat. Namanya : Izin Usaha Mikro Kecil,"  saran perempuan yang disapa Ibu Doortje ini kepada para peserta KOPIWRITING. Bidang yang paling banyak ditekuni oleh UMKM adalah perdagangan, kuliner dan kriya atau kerajianan disamping masih ada bidang-bidang lain.

MELIHAT POTENSI UMKM di BALIKPAPAN

Potensi UMKM yang ada di Balikpapan cukup besar, baik dari kuliner, kriya ataupun ekonomi kreatif, hanya saja perlu dikelola secara optimal oleh UMKM/IKM.  "IKM adalah Industri Kecil Menengah, jadi ada yang memproduksi saja tapi dia nggak menjual, melainkan UMKM lah yang menjual produknya," papar Doortje Marpaung.

Lanjut,  Doortje Marpaung mencontohkan brand Kampoeng Timoer, produk kuliner yang sudah menjadi khas Balikpapan dengan olahan kepitingnya. Disebutkan bahwa Filsa, owner dari Kampoeng Timoer, berinovasi terhadap produknya dari nol hingga menjadi terkenal hingga sekarang.

Ketika pemerintah menyoal 'adakah produk UKM Balikpapan yang sudah bisa diekspor ke luar negeri', owner Kampoeng Timoer tersebut menjawab persoalan tersebut dengan menyebutkan dirinya sedang dalam tahap latihan bersama pelaku usaha Sumatera Barat (dengan produk rendangnya ) untuk membuat kemasan kuliner yang tahan lama, bau dan tidak mudah basi, sehingga mudah diekspor.

Sedangkan dari bidang kerajinan, para pengrajin Balikpapan banyak yang mengikuti event-event di luar kota. Ibu Doortje mengambil contoh lagi, bahkan Batik Tenun Vi yang berasal dari Balikpapan telah berhasil tampil di ajang luar negeri, New York Now (NYNOW). Bagaimana awal mulanya?

Sebelum tampil di ajang tersebut, para pengrajin se-KalTim dikumpulkan oleh Ibu Gubernur yang telah mendatangkan kurator dari LA. Dan yang berhasil lolos ada tiga: produk Mahakam Lestari, satu berasal dari Kubar dan terakhir Batik Vi. Sedangkan Balikpapan sendiri sebenarnya memilik batik bercorak khusus yang disebut batik Balikpapan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun