Mohon tunggu...
Kang Mas Lidah Buaya
Kang Mas Lidah Buaya Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Semoga Terhibur

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kau Tanggalkan Cintaku

24 Oktober 2011   04:08 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:35 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kicau burung pagi ini mengawali hariku Membangunkanku dari peraduan Terawali hari ini dengan do’a syukur pada sang Rabb Berbangga dengan kesempatan-Nya menikmati Hari

Hari ini tepat 5 tahun kami bersama, tak terasa memang banyak kisah senang dan sedih terangkum selama 5 tahun ini. Jadi sejak kenal sudah 5 Tahun 1 Bulan. Tinggal 2 tahun lagi permintaan dari Ibunya untuk mendapatkan cintanya secara utuh. Aku bersyukur karena kami masih diberikan izin untuk bersama menjalin cinta kasih ini.

Hm…ku mulai hari ini dengan gembira. Aku bergegas mandi dan segera berangkat ke kantor. Kupakai baju yang dipilih dewi pacarku dipasar bulan lalu. Senang sekali rasanya memakai sesuatu yang menjadi kesukaannya. Kata dia, auranya dapet banget. Entahlah aku tidak memperdulikan itu.

Hari ini…hari ini…dan hari ini….tak sabar aku menemui dewi ku di rumahnya nanti malam. Siang ini setelah istirahat makan, kuambil cincin pesananku. Tertera inisial kami ‘DD’ Dika-Dewi. Cocok banget deh untuk mengubah dari status pacar menjadi calon suami. Hihihi…

Rasanya memang seperti menghayal saja. Aku bisa memilikinya sepenuh hati. Semoga.

Mentari kian meninggi Angin sepoi-sepoi menyapu sang awan Bergerak kesana-kemari Bak burung-burung bermain riang

Hari ini usai sudah pekerjanku. Setelah kubaca pesan singkatnya ‘ Sayang, jangan lupa nanti malam ya?’ Girang sekali aku dibuatnya…tandanya dia sudah menantikanku… buru-buru kupacu sepeda motorku untuk segera sampai di rumah.

Adzan magrib sudah berlalu, kutunaikan dulu kewajibanku. Seraya bersyukur atas karuniaNya yang tak henti-hentinya menghampiriku. Cincin pertalian kami sudah kusiapkan di saku jaket. Segera kubergegas menuju rumahnya.

Jalanan ini ku lalui dengan penuh senyuman dan riangnya hati ku ini.

Akhirnya sampai juga, gumamku. Ku buka pagar rumahnya lalu kuparkir motorku. Ku tekan tombol bel dirumahnya. Ting-tong. Ting-tong.

Pintu pun dibuka. Seperti biasa langsung kusambut tangan ayahnya. Sejak awal kami pacaran, selalu ayahnya yang meluangkan waktu menemaniku saat aku menunggu dewi ku keluar. Mala mini terasa istimewa bagiku. Meskipun aku datang sendiri, aku disambut dengan begitu formal menurutku. Padahal sebelumnya mala mini hanya acara kami berdua saja. Apakah dia sudah bicara dengan orang tuanya?

Kemudian tak lama gadisku keluar dari kamarnya dengan paras ayu nya.

Pelangi elok menghiasi kalbu Kerlingan bintang menggoda hati tatapan rembulan menghangatkan suasana membuat hati makin berbunga

Setelah makan malam aku berbincang dengannya. Dia menunduk, tak biasanya dia seperti itu. Biasanya dewiku yang ceria, apalagi saat dekat denganku. Aku selalu bisa membuatnya tertawa. Aku yang selalu bisa mewarnai harinya.

‘Ada apa wi, malam ini kok kamu murung’ tanyaku ‘Nggak, kok. Cuma ada yang mau aku bilang’ ungkapnya ‘Aku minta maaf sama kamu kak, karena selama ini aku simpan rahasia ini’lanjutnya ‘Rahasia apa? Apa kamu belum percaya sama aku. Kok ada rahasia segala?’ aku jadi kalut ‘Sebenernya, aku dah nggak bisa sayang lagi sama kamu’jawabnya lirih ‘Ada apa? Apa alasannya? Selama ini kita damai. Apa sebenarnya yang jadi masalah wi?’ selidikku ‘Karena kamu jelek, orang tua ku malu dengan keluarga, karena kamu nggak ganteng’ jwabnya jujur.

Jujur memang aku kurang beruntung dari segi tampang. Tapi aku tetap bersyukur, karena diberikan kelengkapan fisik. Aku tulus mencintaimu. Namun, apa daya. Tak kuasa aku menahan air mataku. Saat itu pula aku berdiri dan memacu sepeda motorku. Menjauh dari rumah dewi, yang sudah seperti rumahku sendiri. Keluarganya juga sudh kuanggap keluargaku sendiri. Tak pernah aku membedakan mereka. Bahkan aku rela kerja berangkat dari rumah sakit saat ayahnya operasi ginjal. Namun, ketulusanku kalah pamor dengan wajah ini.

Bagaimana perasaan ibuku, yang memang mengharuskanku setia dan jujur. Ibuku sudah berharap punya mantu pujaanhatiku 2 tahun lagi. Semuanya Hancur.Terima Kasih Ya Allah, engkau telah menunjukkan siapa dewi sebenarnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun