Mulai dari Hand Of Hope yang mengeluarkan album pertama mereka yang bertajuk Dekadensi Dunia, hingga gigs-gigs yang diadakan dua hingga tiga kali dalam sebulan. Tak hanya itu, banyak pula band-band baru yang bermunculan untuk ikut andil dalam meramaikan skena musik yang katanya minor ini.
 Menjelang tahun 2019 hingga saat ini skena musik hardcore kian redup, masuknya genre musik baru membuat musik ini perlahan menghilang eksistensinya di Kota Malang. Namun masih ada saja beberapa band hardcore yang masih tetap berkarya dan bermusik meski skena hardcore mulai sepi.
 Masa pandemi seperti saat ini tidak menurunkan semangat mereka dalam bermusik. Naufal ilham selaku vocalist dari band TANHAD mengatakan, "Di masa pandemi ini skena musik hardcore malah semakin naik. Banyak band-band baru yang mulai bermunculan, bahkan sampai diadakan secret gigs untuk menghindari banyaknya kerumunan. Dan banyak juga band band yang mengadakan tour ke pulau jawa dan bali, dengan secret venue.
 Noise-Experimental
 Tahun 2012, Alo mulai membangun Malang Sub-Noise yang digelar di sebuah kafe bernama Houtenhand yang kini tinggal sejarah. Sebuah skena gigs tentang genre musik eksperimental dan noise yang dipupolerkan oleh Merzbow sejak 1979 di Jepang.
 Hingga saat ini, Alo tidak dapat memahami mengapa gigs noise eksperimental saat itu yang datang menyaksikan bisa puluhan orang. "Saya sendiri justru merasa failed dengan banyaknya audiens" sesal Alo.
Ia mengira mungkin saat itu audiens menganggap gigs noise dan eksperimental seperti gigs deathmetal atau grindcore yang notabene underground sudah pasti banyak orang datang untuk berjingkrak-jingkrak dan headbanging bersama.Â
Namun yang ada malah distorsi frekuensi nada dan efek suara tertentu yang abstrak bagi masyarakat pada umumnya. Mayoritas masyarakat tidak memahaminya.
Â
Â
Â