Kalau anda mendengar kata Japan bisa jadi yang terpikir oleh anda yaitu nama sebuah negara di Asia. Tapi, di kabupaten Kudus ada Japan yang berbeda. Ini adalah nama sebuah desa di lereng gunung hingga ke salah satu puncak dari gunung Muria. Ya, di dataran setinggi 600 hingga 1500 mdpl desa ini menjadi salah satu desa tertinggi di Kudus. Hawa sejuk akan anda rasakan ketika berada di desa ini.
Nama Japan yang banyak orang kira diambil dari nama negara ternyata punya arti tersendiri. Menurut Sigit Tri, Kepala Desa Japan, kata 'Japan' di sini berasal dari kata 'Jopo Montro' yang berarti doa pertama atau pembuka.
Larangan Menjual Sate di Desa Japan
Salah satu keunikan dalam tradisi di Desa Japan yaitu adanya larangan untuk menjual sate di seluruh lokasi desa. Mitos yang beredar yaitu Sunan Muria tidak menyukai makanan sate.
Pernah terjadi di tahun 2018 ketika seorang pedagang sate masuk ke wilayah desa ini meskipun sudah dilarang oleh warga. Tak lama sejak datangnya si tukang sate terjadi hujan dan angin kencang padahal saat itu sedang musim kemarau dan cuaca cerah. Tentu saja, soal mitos ini anda boleh percaya atau tidak percaya. Tetapi sebaiknya pendatang mengikuti kearifan lokal yang ada di desa ini.
Desa Japan berada di sisi sebelah timur dari Desa Colo dimana terdapat kompleks Makam Sunan Muria. Konon Desa Japan dihuni pertama kali oleh Mbah Suro Gonjo yang merupakan pengurus kuda milik Sunan Muria. Hal itulah yang membuat Desa Japan semakin dekat dengan sosok Sunan Muria.
Makam Syekh Rejenu dan Air Tiga Rasa Yang Bikin Awet Muda
Selain Sunan Muria yang terkenal karena bagian dari Wali Songo. Di Japan terdapat satu makam tokoh Islam bernama Syekh Sadzali. Tokoh ini dikenal dengan nama Syekh Rejenu karena makamnya berada di Dusun Rejenu. Beliau dikenal sebagai tokoh penyebar agama Islam di Pulau Jawa yang datang dari Timur Tengah sebelum era Wali Songo. Sejak makam ini diketahui adalah makam tokoh penyebar agama Islam, makam ini ramai dikunjungi oleh peziarah.