Mohon tunggu...
Lia Wahab
Lia Wahab Mohon Tunggu... Jurnalis - Perempuan hobi menulis dan mengulik resep masakan

Ibu rumah tangga yang pernah berkecimpung di dunia media cetak dan penyiaran radio komunitas dan komunitas pelaku UMKM yang menyukai berbagai jenis kerja kreatif

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Menguak Cerita Mesjid Bersejarah An Nawir di Kampung Arab Pekojan

11 April 2022   06:23 Diperbarui: 13 April 2022   08:56 2456
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bedug lama atau bedug asli dari Masjid Jami Pekojan yang sudah tidak dipakai karena kelayakannya tapi tetap disimpan. (Sumber: dok. pribadi)

Bedug baru di Masjid Pekojan (Sumber: dok. pribadi)
Bedug baru di Masjid Pekojan (Sumber: dok. pribadi)

Bedug lama atau bedug asli dari Masjid Jami Pekojan yang sudah tidak dipakai karena kelayakannya tapi tetap disimpan. (Sumber: dok. pribadi)
Bedug lama atau bedug asli dari Masjid Jami Pekojan yang sudah tidak dipakai karena kelayakannya tapi tetap disimpan. (Sumber: dok. pribadi)

Menurut ustad Dikky, yang menarik dari masjid ini yaitu filosofi yang terdapat di beberapa bagian dari bangunan. Di bagian dalam masjid terdapat 33 pilar yang melambangkan jumlah bacaan zikir selepas shalat. 

Pintu utama yang semuanya menghadap ke selatan berjumlah empat buah melambangkan jumlah Khulafaur Rasyidin atau khalifah sahabat utama Rasulullah yaitu Abu Bakar As-Shiddiq, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib. 

Di sisi lain, pintu yang menghadap ke timur berjumlah lima buah melambangkan lima bagian dari rukun Islam. Dan, pintu sebelah utara yang berjumlah lima buah melambangkan lima waktu shalat wajib. Jendela masjid ini pun tak lepas dari arti filosofi. Enam buah jendela yang menghadap ke barat melambangkan rukun iman.

Lampu gantung minyak tanah yang asli sejak Masjid Jami Pekojan berdiri kini tetap dipakai tetapi diisi dengan lampu listrik. (Sumber: dok. pribadi)
Lampu gantung minyak tanah yang asli sejak Masjid Jami Pekojan berdiri kini tetap dipakai tetapi diisi dengan lampu listrik. (Sumber: dok. pribadi)

Ustad Dikky menambahkan, pilar asli masjid ini hanya dibuat dengan batu bata dan kapur, tidak ada cat yang melapisi. Saat ini, pilar tersebut sudah diberi warna.

Makam seorang Syarifah (wanita keturunan Hadramaut) yang terdapat di salah satu sisi masjid ini adalah makam keramat yang rutin dikunjungi jamaah dari berbagai daerah. Nama "Syarifah" dan "Syarif" adalah nama-nama yang dipakai untuk perempuan dan laki-laki keturunan Hadramaut. Nama-nama tersebut digunakan untuk menandai garis keturunan atau nasab mereka.

Yang istimewa lagi dari masjid ini adalah aliran air dari sumurnya yang sangat melimpah. Dulunya, sumur masjid dijadikan tempat berwudhu tapi kini sumur itu sudah ditutup tetap airnya masih dipakai untuk sumber air wudhu dan keperluan lainnya di masjid ini. Meskipun sudah tidak dipakai untuk keperluan umum, sumur tersebut masih dirawat dengan baik oleh pengurus masjid.

Tempat berwudhu asli  yang kini sudah diubah menjadi kolam ikan. Mata air sumur di masjid ini hingga kini tetap dipakai sebagai sumber air masjid (Sumber: Dok Pribadi)
Tempat berwudhu asli  yang kini sudah diubah menjadi kolam ikan. Mata air sumur di masjid ini hingga kini tetap dipakai sebagai sumber air masjid (Sumber: Dok Pribadi)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun