Mohon tunggu...
Lia Wahab
Lia Wahab Mohon Tunggu... Jurnalis - Perempuan hobi menulis dan mengulik resep masakan

Ibu rumah tangga yang pernah berkecimpung di dunia media cetak dan penyiaran radio komunitas dan komunitas pelaku UMKM yang menyukai berbagai jenis kerja kreatif

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pemanfaatan Iptek dan Optimisme Pendeta Johannis Albert Ticoalu untuk Tahun 2021

8 Januari 2021   09:26 Diperbarui: 8 Januari 2021   12:31 511
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tahun 2020 yang penuh tantangan ditutup sudah. Doa dan harapan terus dipanjatkan banyak orang dalam membuka tahun 2021. Setengah putaran bumi dari sini, di sanalah Pendeta Johannis Albert Ticoalu tinggal. Sang mantan pelaut yang telah lama terpanggil menjadi seorang pendeta ini kini menetap di ibukota Amerika Serikat, Washington DC. Dari negeri Paman Sam yang sebagian wilayahnya diselimuti salju kini, beliau memanjatkan banyak doa dan harapan untuk kehidupan di tahun 2021.

Saya senang sekali mengikuti kehidupan keseharian beliau bersama sang istri melalui media sosial, terutama saat menikmati datangnya musim dingin. Saya melihat pendeta yang pernah menempuh pendidikan di sekolah pendeta GPdI di Airmadidi, Minahasa Utara di tahun 1970 ini sebagai sosok yang ramah bagi siapa saja dan selalu memiliki optimisme.

Sebagai Gembala sidang GPdI Calvary Washington DC sekaligus Ketua Fellowship Indonesia Ministry in America (FIMA), Washington DC yaitu suatu persekutuan pendeta-pendeta/ romo yang ada di area Washington DC, Pendeta Johannis Albert Ticoalu menyampaikan harapan di tahun 2021, "Kita boleh beragam denominasi tapi mari kita sama-sama tetap bersatu untuk melaksanakan amanat yang Tuhan percayakan kepada kita yaitu Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah injil kepada segala makhluk (Markus 16:15)."

Tapi apa maksudnya denominasi ya? Pendeta Albert yang mantan ketua Majelis Daerah (MD) Gereja Pantekosta di Indonesia (GPdI) Amerika bagian timur ini menjelaskan maknanya yaitu suatu kelompok keagamaan yang dapat diidentifikasikan di bawah satu nama, struktur dan aliran. Saya pernah mendengar nama-nama denominasi seperti Pentakosta, Kharimastik, Calvinisme, Luteranisme, Baptis, dan lain-lain. Beberapa teman saya termasuk dalam denominasi itu. Dan, ternyata denominasi juga mencakup suatu nomenklatur gereja. Jadi, nama-nama persekutuan gereja seperti GPdI, GMIM, GBI, GTI, dan gereja lainnya juga termasuk denominasi.

Pendeta Albert yang berdarah Minahasa juga mengajak gereja-gereja agar tetap mengutamakan persatuan dalam mendukung pemerintah dalam program mengatasi pandemi Covid-19. Pendeta Albert yang pernah menggembalai jemaat di salah satu desa di Minahasa Induk, Desa Lolah, mengingatkan lewat firman Tuhan, "Roma 13:4, berbunyi karena pemerintah adalah hamba Allah untuk kebaikanmu. Tetapi jika engkau berbuat jahat, takutlah akan Dia, karena tidak percuma pemerintah menyandang pedang. Pemerintah adalah hamba Allah untuk membalaskan murka Allah atas mereka yang berbuat jahat."

Pendeta yang mempunyai hobi mengotak-atik mesin (mekanik) ini menghimbau kepada gereja-gereja untuk memanfaatkaan iptek menjadi bagian dalam pelayanan seperti ibadah daring atau live streaming selama masa social distancing karena pandemi Covid-19.

Menurut beliau, percepatan teknologi harus didukung dengan kreativitas kita dalam membuat konsep pelayanan seperti konten-konten yang membangun iman seperti khotbah, kesaksian membangun serta kata bijak atau ajakan -- ajakan. Semua konten itu kan sekarang mudah diakses di berbagai platform media khususnya media sosial.

Menurut Pendeta Albert, walaupun usianya sudah di atas 70 tahun, beliau sadar kebutuhan akan teknologi dengan mengikuti perkembangan IT yang terbaru, terutama demi kebutuhan pelayanan gereja. Pendeta Albert pun menyentil para hamba Tuhan yang berusia muda agar tidak kalah dengan dirinya. Wah, saya juga jadi termotivasi nih, pak Pendeta.

img-20210108-wa0001-5ff7edf6d541df3c73411792.jpg
img-20210108-wa0001-5ff7edf6d541df3c73411792.jpg
Uniknya, meskipun sudah berdomisili di USA selama 31 tahun, Pendeta Albert tetap sangat bangga bisa berbahasa daerah, khususnya bahasa Tonsea. Masa kecil beliau memang dihabiskan di suatu desa terletak di bawah kaki Gunung Kelabat, Desa Tumaluntung sebelum beliau pindah ke Jakarta dan menetap lama di Amerika.

Pendeta Albert yang lahir  pada April 1947 dan pernah bekerja di Kapal Greece (Yunani) yang sempat mengarungi Benua Afrika, Eropa, Amerika, dan Asia ini ternyata punya selera humor yang bagus. Saat ditanya resep bisa awet muda oleh seorang pewawancara, ini jawabnya, "Bagaimana, kami di Amerika ini setiap tahun diharuskan masuk dalam freezer." Membaca jawaban beliau, saya pun tertawa. Bagaimana tidak awet ya karena kalau sering masuk dalam freezer. Tapi itu jawaban candanya. Beliau memberi nasihat soal rahasia awet muda pun berdasarkan Alkitab Amsal 17 ayat 22 yang mengatakan "Hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi semangat yang patah mengeringkan tulang."

Suami dari Wiesye Sampul yang berdarah suku Tombulu, Minahasa ini pun menyampaikan ucapan selamat tahun baru bagi warga Indonesia di manapun berada. "Pakatuan wo pakalawiden, Tuhan Yesus memberkati kita semua, Haleluya." ucapnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun