Ke arah timur selatan Aceh akan kita temui kota-kota seperti Idi Rayeuk, Tamiang dan Langsa yang tradisinya sudah bercampur antara tradisi Aceh dengan tradisi melayu. Ini semua juga kota-kota pesisir yang pantainya berhadapan dengan laut Natuna. Ombak di lautan pesisir ini tidak sebesar ombak-ombak yang ada di pantai-pantai barat Aceh yang menghadap ke samudera.
Kita menuju Aceh Tengah yang memiliki cuaca sedikit berbeda dengan wilayah Aceh lainnya yang berada di pesisir. Untuk menuju Aceh Tengah kita bisa melewati kota Bireuen, kota Nagan Raya atau melalui kota Singkil. Aceh Tengah memiliki ibukota bernama Takengon. Satu-satunya danau di Aceh yaitu Danau Laut Tawar berada di ketinggian di tengah kota ini. Danau Laut Tawar dikelilingi bukit-bukit yang asri yang sudah masuk dalam gugusan bukit barisan di sepanjang pulau Sumatera.
Masyarakat Gayo juga memiliki tarian khas yaitu tari Saman, tari Bines, Didong, tari Munalu dan lainnya. Wilayah pegunungan Gayo dipenuhi oleh kebun-kebun kopi yang menjadi komoditi andalan daerah ini bahkan kebanggaan nusantara.
Ke arah selatan dari wilayah Gayo ini kita akan menemukan Taman Nasional Gunung Leuser di kaki gunung Leuser yang menjadi jantung hutan hujan tropis di pulau Sumatera. Taman nasional ini masuk dalam kabupaten Gayo Lues dan Aceh Tenggara. Di taman nasional ini, aneka satwa liar Sumatera masih terjaga kelestariannya. Selain itu, di sepanjang Aceh, masih banyak satwa liar yang hidup di dekat permukiman penduduk seperti babi hutan, harimau, kera, gajah dan buaya. Selama habitat mereka terjaga maka mereka akan damai di dalamnya tanpa mengganggu manusia.
Eksotisme adat istiadat, keindahan pesisir, pegunungan yang ditambah dengan indah dan terjaganya ekosistem hutan hujan menjadi alasan lengkapnya keistimewaan Aceh. Tak akan habis kata untuk mengeksplorasi ini semua, maka berkunjunglah ke Aceh untuk menyaksikan langsung semua karunia Tuhan ini. Â Di mata saya, jika keindahan menghilangkan tradisi asli maka itu akan jadi kehancuran.Â
Pada tanggal 21 Desember 2019 lalu pemerintah Aceh melalui Dinas Budaya dan Pariwisata (Disbudpar) Aceh dan Badan Penghubung Pemerintah Aceh (BPP Aceh) mengadakan Diskusi "Aceh Meusapat" dan Pameran Travel Mart di Mess Aceh, Cikini, Jakarta untuk meningkatkan pembangunan di sektor pariwisata dan jumlah wisatawan menuju Aceh. Dan di momen ini, Plt Gubernur Aceh, Nova Iriansyah menjanjikan bahwa pariwisata Aceh akan terus dimajukan untuk bersaing di kancah internasional dengan tetap menjaga tradisi asli dan syariah Islam yang diterapkan.
Di kegiatan ini hadir pula manajer dari Traveloka, staf pemberdayaan masyarakat dari Kementerian Pariwisata dan Industri Kreatif, penggiat desa wisata dari Sleman Yogyakarta dan penggiat pariwisata dari Banyuwangi. Kesimpulan yang didapat adalah perlu kekuatan sinergi semua pihak untuk memajukan sektor pariwisata di Aceh.
Demikian ulasan saya mengenai Aceh. Ini baru sebatas pengetahuan Saya tentang Aceh dan saya yakin masih banyak keistimewaan Aceh yang belum saya ketahui. Saya cuma ingin berpesan, "Jak Ta Jaga Aceh Geutanyo Sayang" (mari kita jaga Aceh kita tersayang).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H